Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Profesor Baru Unhas

Unhas Kini Miliki 521 Profesor

Rektor Unhas Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc dalam pidato sambutannya menyampaikan selamat atas penambahan guru besar pada Fakultas Farmasi.

|
Editor: Muh. Irham
ist
Pengukuhan guru besar bidang Farmasi Universitas Hasanuddin 

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Universitas Hasanuddin (Unhas) kembali mengukuhkan empat guru besar Fak. Farmasi melalui Rapat Paripurna Senat Akademik Terbatas, Selasa (11/06), di Ruang Senat Akademik, lantai 2 Gedung Rektorat, Kampus Unhas Tamalanrea.

Mereka yang dikukuhkan adalah, Prof Yusnita Rifai guru besar ke 518 dalam bidang Sintesis Obat, Prof Yulia Yusrini Djabir guru besar ke 519 dalam bidang Farmasi Klinik dan Farmakologi, Prof Firzan Nainu guru besar ke 520 dalam bidang Ilmu Farmakologi, dan Prof Andi Dian Permana guru besar ke 521 dalam bidang Penghantaran Obat.

Rektor Unhas Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc dalam pidato sambutannya menyampaikan selamat atas penambahan guru besar pada Fakultas Farmasi.

“Pengukuhan tersebut sebagai pencapaian dan kebanggaan sekaligus menunjukkan peningkatan kapasitas dan kualitas pembelajaran. Diperlukan komitmen untuk mendorong pengembangan Unhas dalam berbagai sektor,’’ tegas Jamaluddin.

Rektor berharap para sivitas akademika Unhas bisa bersatu membangun kolaborasi untuk membangun Unhas, salah satunya dalam mendorong kapasitas Unhas dalam perengkingan global.

“Diharapkan penambahan guru besar menjadi motivasi dan pembuktian bagi Unhas sebagai salah satu kampus terbaik dalam proses akademik. Diharapkan pula para Guru besar Unhas dapat menghasilkan karya terbaik pada bidang keilmuan masing-masing untuk berkontribusi bagi peningkatan kualitas,” ungkap Prof JJ demikian sapaan akrab ahli Ekologi Terumbu Karang itu.

Orasi Ilmiah Guru Besar

Prof Yusnita Rifai

Orasi Ilmiah pertama disampaikan Prof Yusnita Rifai yang mengangkat tema ‘’Membangun Kemandirian Nasional Bahan Baku Obat Sintetik’’. Menurut Yusnita, efisiensi industri farmasi memproduksi obat berbasis bahan baku lokal sangat rendah.

‘’Di Tengah biodiversitas hayati dan laut Indonesia yang berpeluang sebagai bahan baku obat, justru impor bahan baku luar menguasai 96 persen pasar domestik,’’ kata Yusnita.

Menurutnya, faktor penyebab di antaranya terlalu beragam jenis obat yang beredar di Indonesia dan ketidakekonomian bahan baku obat jika diproduksi dalam skala massal.

“Ketergantungan pada bahan baku impor obat merupakan bentuk ketidakberdayaan yang harus diatasi berbagai pihak. Salah satu cara menekan angka impor adalah dengan mendorong pemanfaatan bahan baku sintetik yang diisolasi dari keberagaman bahan alam lokal Indonesia. Penghitungan nilai TKDN produk farmasi yang berdasarkan pada processed-based, dilakukan dengan pembobotan terhadap kandungan bahan baku Active Pharmaceuticals Ingredients sebesar 50 persen , proses penelitian dan pengembangan sebesar 30 persen , proses produksi sebesar 15 % serta proses pengemasan sebesar 5 % ,” jelas alumni Flinders University, Australia itu.

Prof Yulia Yusrini Djabir

Orasi kedua disampaikan Prof Yulia tentang “Peran Pemodelan Hewan dalam Pencarian Kandidat Terapi untuk Mengurangi Toksisitas Hepatorenal Akibat Obat: Limitasi dan Arah Pengembangan”

Prof Yulia menjelaskan kerusakan hati akibat obat atau lebih dikenal dengan Drug Induced Liver Injury (DILI), masih menjadi tantangan dalam praktik klinik. Pada pasien dengan kondisi tertentu, DILI merupakan penyebab utama kasus gagal hati akut dengan tingkat kematian hingga 50 persen.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved