Konferwil PWNU Sulsel
Profil AGH Baharuddin HS Calon Ketua PWNU Sulsel Penantang Serius Prof KH Hamzah Harun Al-Rasyid
Calon Ketua PWNU Sulsel AGH Baharuddin HS dilahirkan pada tanggal 23 Jumadil Akhir 1367 H bertepatan 5 Februari 1848 M di Watanta, Bone.
TRIBUN-TIMUR.COM - Pemilihan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan (PWNU Sulsel) diprediksi akan melibatkan 2 calon kuat yakni Prof KH Hamzah Harun Al-Rasyid dan AGH Baharuddin.
Diketahui Prof KH Hamzah Harun Al-Rasyid saat ini merupakan Ketua PWNU Sulsel yang artinya sebagai calon petahana.
Sementara itu KH AG Baharuddin adalah Rais Syuriah PCNU Makassar.
Pemilihan Ketua PWNU Sulsel ini masuk dalam agenda Konferensi Wilayah (Konferwil) XIV PWNU Sulsel.
Adapun acara Konferwil PWNU Sulsel sudah dibuka di UIN Hotel dan Convention Center, Jl Alauddin, Kota Makassar, Rabu (29/5/2024).
Ajang musyawarah lima tahun ini menjadi waktu yang untuk memilih pemimpin baru PWNU Sulsel.
Dalam pemilihan ketua, NU punya tradisi sendiri.
Sehingga nama bakal calon jarang keluar ke permukaan.
Ada satu nama yang bisa menjadi lawan tangguh petahana yakni Rais Syuriah PCNU Makassar KH Anre Gurutta Haji (AGH) Baharuddin.
AGH Baharuddin pantas memimpin PWNU Sulsel.
Baca juga: Delapan Nama Mencuat Maju Pimpin PWNU Sulsel Masa Khidmat 2024-2029
Tapi kehendak ini memang belum keluar secara terang-terangan.
Karena ada mekanisme sendiri dalam pemilihan ketua PWNU Sulsel.
Ketua Panitia Konferwil XIV, prof Kamaluddin Abunawas mengatakan kepentingan organisasi lebih penting.
Siapapun yang terpilih bisa membawa NU menjadi lebih baik.
NU sebagai rumah nahdliyin.
Dalam struktur NU ada Rais Syuriah dan Tanfidziyah.
Dosen UIN Alauddin Makassar pencalonan ketua PWNU Sulsel akan terlihat saat sidang.
“NU seperti ini yah, karena mungkin sikap tawadhu-nya sama sekali belum ada nama yang disebut termasuk ketua PWNU, kita lihat nanti perkembangannya apakah nama beliau yang disepakati,” katanya saat ditemui.
Prof Kamaluddin menjelaskan di NU lebih mengedepankan musyawarah.
Kemudian cenderung memilih voting sebagai jalan terakhir.
Hal ini tidak lepas dari sikap saling menghargai antara sesama warga NU.
“Tradisi NU lebih ke musyawarah kalau bisa hindari voting, voting itu jalan terakhir, kalau memungkinkan dengan musyawarah mufakat buat apa kita voting,” terangnya.
Harapan ke depan NU, pengurus bisa membawa organisasi Islam terbesar di Indonesia ini menjadi lebih baik.
NU sebagai rumah umat islam khususnya warga nahdliyin.
"Harapan besar kami siapapun terpilih menjadikan NU di kalangan nahdliyin menjadi rumah bersama. Siapapun dari mana pun semua terlibat selama memenuhi syarat," pungkasnya.
Profil KH AG Baharuddin
AGH Baharuddin HS dilahirkan pada tanggal 23 Jumadil Akhir 1367 H bertepatan 5 Februari 1848 M di WatanTa, Bone. Lahir dari keluarga cinta ilmu.
Ayahnya, AGH. Abduh Shafa adalah sosok ulama yang istiqamah dan cukup disegani kalangan masyarakat di desa Cakkeware, Bone dan sekitarnya.
AGH Baharuddin HS mengaji al-Qur’an dan kitab kuning langsung dari ayahnya saat usianya masih belasan tahun. Beliau mengaji bersama AGH. Ilyas Salewe, AGH. Abunawas Bintang dan AGH. Muhammad Harisah AS.
Meski berada jauh dari perkotaan, bahkan berada di desa sangat terpencil, tetapi di desa itulah AGH. Abduh Shafa mengajarkan kitab kuning standar seperti matan jurumiyah dan Safinatun Najah.
Berbekal ilmu yang dipelajari dari AGH Abduh Safa yang juga alumni DDI Mangkoso, murid langsung AGH. Abdurahman Ambo Dalle itu, maka AGH. Baharuddin HS dikirim dari Cakkeware menuju kota Sengkang.
Terdaftar sebagai santri di Pesantren As’adiyah yang kala itu dipimpin AGH. Muh. Yunus Maratan. Menempuh pendidikan pada tingkatan Madrasah Ibtidaiyah (1962), Madrasah Tsanawiyah (1965), dan Madrasah Aliyah (1968) hingga mengabdi di Pesantren As’adiyah.
Baca Juga: Nasiruddin Ath-Thusi, Sang Pemikir dan Astronom Muslim Terkemuka dari Persia
Salah satu kebijakan AGH. Muh. Yunus Maratan, kala itu, setiap alumni diharuskan mengabdi pada cabang-cabang As’adiyah.
Sebagai alumni, AGH Baharuddin HS mendapat tugas di Madrasah Ibtidaiyah cabang Atapange, sekaligus menjabat kepala madrasah PGA 4 tahun As’adiyah cabang Atapange, Wajo.
Setelah menjalankan amanah tersebut, beliau kemudian hijrah ke Makassar menyusul saudaranya, AGH. Muh. Harisah AS.
Di Makassar, AGH. Baharuddin HS mengikuti pengajian sejumlah ulama dan melanjutkan pendidikan di Fakultas Adab IAIN Alauddin Makassar untuk mendalami bahasa Arab yang telah dipelajarinya sejak kecil.
Kecintaanya terhadap Bahasa Arab diwarisi dari ayahnya sekaligus dari AGH. Mustafa Nuri LAS yang aktif mengajar di UIN Alauddin hingga kini.
Meraih gelar sarjana muda (1975), sarjana (1986). Kemudian melanjutkan pada program pascasarjana IAIN Alauddin, selesai 1996.
Di tengah kesibukannya mengajar di UIN Alauddin, kecintaanya pada ilmu semakin tinggi, sehingga memutuskan untuk melanjutkan pendidikan pada Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan meraih gelar doktor di bidang tafsir pada tahun 2002.
Setelahnya, beliau memutuskan kembali ke Makassar untuk mengabdikan diri dengan mengajar di perguruan tinggi serta aktif memberi pengajian kitab kuning di beberapa tempat.
Diantaranya mengajarkan kitab Khasinatul Asrar dan kitab al-Hikam di Pesantren An-Nahdlah, juga di Masjid Raya dan beberapa masjid di kota Makassar.
Menjabat Direktur IMMIM (2003-2007) dan Syaikhul ma’had An-Nahdlah.
Beliau sosok sederhana, aktif mengajar tafsir dan bahasa Arab di UIN Alauddin, baik di Fakultas Adab dan Humaniora maupun di Pascasarjana.
Selain bergelut dengan dunia akademik, juga aktif merawat tradisi pesantren serta berorganisasi.
Beliau produktif menulis termasuk mengasuh rubrik Hikmah Tribun Timur 2013, juga aktif berolahraga dan pecinta beladiri. Diantara karya tulisnya;
Al-Mu’arrab wa al Dakhil min awamil tanmiyat allugah al-arabiyah (2003),
Ayat-Ayat Sufistis dalam Tafsir Ruh al-Ma’ani karya al-Alusi (2011),
Pengaruh Rasm Usmani Terhadap Perkembangan Kaligrafl Islam (2012).
Hingga saat ini beliau masih Aktif sebagai rais syuriah NU Kota Makassar, Ketua Umum MUI Kota Makassar, disamping tetap aktif sebagai Mursyid Tarekat Al-Muhammadiyah As-Sanusiyah yang diijazahkan oleh AGH. Sayyid Rijal Assegaf.
Beliau juga masih aktif mengisi pengajian di sejumlah masjid, diantaranya Masjid Raya Makassar, Masjid Al-Markaz Al-Islami, Masjid Raudhatul Muflihin Pasar Terong, termasuk membina pengajian kitab kuning yang rutin digelar di kediamannya setiap Ahad Pagi.(*)
Prof KH Hamzah Harun Terpilih Ketua Tanfidziyah PWNU Sulsel 2024-2029 |
![]() |
---|
SELAMAT! AGH Baharuddin dan Hamzah Terpilih Rais Syuriah dan Tanfidz NU Sulsel, Ini Daftar Formatur |
![]() |
---|
Tiga Rekomendasi Bahtsul Masail di Konferwil XIV PWNU Sulsel: Jangan Golput di Pilkada Serentak 2024 |
![]() |
---|
Konferwil XIV PWNU Tak Bahas Pilkada, Ketua Panitia: Jangan Sampai Ada Kepentingan |
![]() |
---|
Konferwil PWNU Sulsel Dihadiri 24 Cabang, dan Lima Batom |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.