Penyebab Mantan Sopir Angkot dari Indonesia Bisa Lompat Jadi Orang Terkaya di Dunia
Prajogo Pangestu (80), orang terkaya peringkat ke-22 di dunia asal Indonesia, ternyata dulu adalah sopir angkot. Dia tak lahir dari keluarga kaya raya
TRIBUN-TIMUR.COM - Prajogo Pangestu (80), orang terkaya peringkat ke-22 di dunia asal Indonesia, ternyata dulu adalah sopir angkot.
Dia tak lahir dari keluarga kaya raya.
Ayahnya adalah seorang petani penyadap getah karet.
Kondisi ekonomi keluarga yang serba pas-pasan inilah yang memotivasi Prajogo Pagestu giat bekerja hingga akhirnya mengantarnya menjadi taipan.
Berdasarkan data dari Real Time Billionaires Forbes, Jumat (24/5/2024), harta kekayaan Prajogo Pangestu kini mencapai 72,9 miliar dollar AS atau setara Rp 1.173 triliun atau sepertiga dari APBN 2024.
Prajogo Pangestu kini punya duit melimpah, padahal dulu dia dan keluarga sangat kekurangan duit.
"Pabrik uangnya" kini ada di bisnis kayu dan petrokomia.
Prajogo Pangestu lahir dengan nama Phang Djoem Phen, di Sungai Betung, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, 13 Mei 1944.
Dia lahir setahun lebih sebelum Indonesia merdeka.
• Hanya Tamatan SMP, Mantan Sopir Angkot Kelahiran Kalimantan Barat Kini Jadi Orang Terkaya Dunia
Sejak kecil, ia harus bekerja untuk membantu keluarganya, dengan ayahnya yang bekerja sebagai penyadap getah karet.
Karena keterbatasan biaya, Prajogo Pangestu hanya mampu menyelesaikan pendidikannya hingga sekolah menengah pertama.
Meski hidup dalam kekurangan, hal itu tidak membuat Prajogo Pangestu menyesali nasibnya.
Dengan sikap yang baik dan motivasi untuk menghidupi keluarga secara halal, ia membuka pintu menuju kesuksesan dengan merantau ke Jakarta.
Namun, pergi ke Jakarta tidak langsung memberinya penghasilan.
Setelah merasa kecewa, ia pun kembali ke kampung halamannya.
Prajogo Pangestu kembali menguatkan tekadnya untuk mencari nafkah dengan menjadi sopir angkot.
Pada sekitar tahun 1960, saat menjalani pekerjaan tersebut, ia bertemu dengan pengusaha kayu asal Malaysia bernama Bong Sun On atau Burhan Uray.
Pertemuan dengan pengusaha kayu asal Malaysia itu menjadi titik awal perubahan nasib Prajogo Pangestu.
Pada tahun 1969, Prajogo mulai meniti karier di PT Djajanti Group milik Sun On.
Berkat kerja kerasnya, tujuh tahun kemudian ia mendapatkan jabatan sebagai general manager di pabrik Plywood Nusantara.
Setahun kemudian, ia memberanikan diri membuka usaha sendiri.
Ia memulai dengan membeli CV Pacific Lumber Coy yang bermodalkan pinjaman dari bank.
Perusahaan ini sukses dan pada tahun 1993 masuk ke lantai bursa pasar modal Indonesia, kemudian berganti nama menjadi PT Barito Pacific pada tahun 2007.
Bisnisnya terus berkembang hingga bekerja sama dengan anak-anak mantan Presiden Soeharto dan pengusaha lainnya.
Dalam kariernya, Prajogo Pangestu pernah menjabat sebagai Presiden Komisaris PT Tripolyta Indonesia Tbk, Presiden Komisaris PT Chandra Asri Petrochemical Center, Wakil Presiden Komisaris PT Tanjungenim Lestari Pulp & Paper, Presiden Komisaris PT Barito Pacific Timber, Tbk sejak 1993, hingga Komisaris PT Astra International pada 1993-1998.
Perkembangan bisnis Prajogo Pangestu, menurut Forbes, mencatat bahwa perusahaannya, Barito Pacific Timber, go public pada tahun 1993 dan berganti nama menjadi Barito Pacific setelah mengurangi bisnis perkayuannya pada tahun 2007.
Pada tahun 2007, Barito Pacific mengakuisisi 70 persen perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Pada tahun 2011, Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. Thaioil mengakuisisi 15 persen saham Chandra Asri pada Juli 2021.
Menindaklanjuti kesuksesan bisnis petrokimia dalam negeri, pada Maret 2022, kantor keluarga Pangestu mengambil alih produsen energi panas bumi Star Energy dengan mengakuisisi 33 persen saham dari BCPG Thailand seharga US$440 juta atau Rp6,8 triliun.
Perusahaan ini telah diincar Prajogo sejak 2009. Setelah itu, Prajogo akhirnya melakukan akuisisi sehingga jumlah saham Star Energy menjadi 66,66 persen dari saham yang beredar.
Sebagai hasilnya, selain usaha perkayuan, Barito Group juga semakin meluas di bidang petrokimia, mengoperasikan cracker nafta petrokimia terbesar dan satu-satunya yang terintegrasi di Indonesia, serta memproduksi berbagai palet Olefin, Poliolefin, Styrene Monomer, dan Butadiene.
Barito Pacific juga mengoperasikan produsen tenaga panas bumi terbesar ketiga di dunia untuk mengembangkan portofolio energi terbarukan melalui proyek greenfield yang ada dan menjajaki kemungkinan akuisisi brownfield di seluruh dunia.
Sahamnya kuasai Bursa Efek Indonesia
Dikutip dari Kontan, pada pekan lalu, sejumlah saham milik Prajogo Pangestu berhasil menembus rekor harga tertinggi (all time high).
Capaian itu mendongkrak kapitalisasi pasar (market cap) emiten Prajogo hingga "menguasai" Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) masih membetot perhatian publik dengan level harga yang sudah menyentuh Rp 10.750.
BREN kokoh di puncak emiten dengan market cap terbesar di BEI, senilai Rp 1.438,20 triliun.
Saudara sekandung BREN, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) ikut melejit dan menjadi emiten dengan market cap terbesar ketiga senilai Rp 787,26 triliun.
Lompatan harga juga dialami tiga saham Prajogo lainnya: PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Petrosea Tbk (PTRO).
Hingga perdagangan kemarin, BRPT memiliki market cap senilai Rp 125,62 triliun, CUAN punya market cap Rp 95,56 triliun, dan nilai kapitalisasi pasar PTRO sebesar Rp 8,98 triliun.
Hitungan Kontan.co.id, market cap gabungan dari lima saham Prajogo Pangestu ini menyentuh Rp 2.455,62 triliun. Jumlah itu setara dengan 19,77 persen atau nyaris seperlima dari total market cap emiten di BEI sebesar Rp 12.420 triliun hingga akhir pekan ini.
Lonjakan signifikan saham-saham itu menjadikan Prajogo sebagai konglomerat dengan peningkatan harta tertinggi di dunia.
Kekayaan taipan berusia 80 tahun ini setara dengan Rp 1.173 triliun.
Selain berada di puncak konglomerat terkaya di Indonesia, Prajogo menjadi taipan terkaya ke-22 di dunia.
Cuan Prajogo juga mengalir ke pasar saham, yang datang dalam wujud lonjakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Punya bobot yang jumbo, kenaikan saham-saham Prajogo signifikan mendongkrak IHSG yang selama pekan ini mengakumulasi penguatan 3,22 persen ke level 7.317,23.
Secara bersamaan, pesta pora saham Prajogo membawa rotasi di jajaran konglomerasi penguasa bursa.
Tanpa menghitung emiten plat merah, BEI masih dikuasai segelintir emiten dari grup konglomerasi.
Di jajaran top market cap, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dari Grup Djarum bertenggar di posisi kedua.
Kemudian ada PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) kepunyaan Grup Salim.
Selanjutnya ada PT Bayan Resources Tbk (BYAN) milik Low Tuck Kwong, dan PT Astra International Tbk (ASII) dari grup konglomerasi Astra yang masih bertahan di 10 top market caps BEI.
Selain dari ekspansi, branding Prajogo Pangestu sebagai orang terkaya di Indonesia dan masuk ke jajaran konglomerat dunia turut menambah daya tarik pasar terhadap saham-sahamnya.
Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto sepakat, sentimen dari konglomerat yang sedang bersinar secara psikologis membawa optimisme.
Dia juga mengamati adanya kecenderungan kenaikan satu saham di dalam grup konglomerasi akan mengangkat saham lain dari grup yang sama.
Terlebih jika saham milik konglomerat tersebut juga diminati oleh investor asing, sehingga dianggap punya tren naik yang solid dan layak diikuti.
Hanya saja, William mengingatkan pelaku pasar tetap perlu waspada lantaran lonjakan harga saham dan market cap tak selalu mencerminkan performa fundamentalnya.
"Penguatan signifikan itu akan menghasilkan valuasi mahal melampui kinerja emiten sendiri. Plus-nya, IHSG terdongkrak. Tapi nanti hanya masalah waktu saja sampai ada rotasi berikutnya," ungkap William.
Analis Stocknow.id Emil Fajrizki menambahkan, pelaku pasar mesti berhati-hati lonjakan harga saham dari suatu grup konglomerasi bisa menjadi euforia yang menimbulkan spekulasi. Dus, perlu disiplin dalam manajemen risiko karena potensi koreksi akibat profit taking terbuka lebar.
Emil melihat ketangguhan emiten dalam menjaga stabilitas kinerja maupun posisi market cap akan tampak dari strategi bisnis grup tersebut. Grup yang punya portofolio bisnis terdiversifikasi lintas sektor bakal memiliki prospek lebih menarik.
Sementara dalam momentum pasar saat ini, Emil menyarankan untuk mencermati peluang buy on weakness pada saham BRPT.
Menurut Emil, BRPT punya prospek yang menarik dengan sokongan dari dua anak usahanya, TPIA dan BREN.
Sedangkan Cheril mengingatkan valuasi saham Grup Barito yang sudah mahal. Sedangkan Ratih menyarankan wait and see terlebih dulu terhadap saham TPIA.
Target harga yang bisa dipertimbangkan untuk TPIA ada di resistance Rp 9.500 dan support di Rp 8.500.
Sementara itu, William menyematkan rekomendasi buy untuk saham BRPT yang secara teknikal masih potensial.(*)
Daftar 10 Orang Terkaya Indonesia Juli 2025, Prajogo Geser Raja Tambang |
![]() |
---|
Profil Fenny Frans Produk Skincare Miliknya Positif Merkuri, Istri Sopir Angkot Kini Sultan Makassar |
![]() |
---|
Sebelum Jadi Ketua Golkar Termuda, Bahlil Lahadalia Dipenjara, Sopir Angkot, Jual Pisang Goreng |
![]() |
---|
Hanya Tamat SMP dan Mantan Sopir Angkot, Kekayaan Prajogo Pangestu Kini Tembus Rp 970 Triliun |
![]() |
---|
Kini 4 Orang Terkaya di Dunia Berasal dari Indonesia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.