Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Hamas vs Israel

Tentara Israel Tak Mampu Lagi Hadapi Serangan Hamas, Depresi hingga Nekat Akhiri Hidup

Sejumlah tentara IDF sudah angkat tangan tapi masih dipaksa untuk berperang lawan Hamas pasukan militan Palestina.

Editor: Ansar
TribunManado
Tentara Israel dilaporkan mengakhiri hidup sejak 7 Oktober 2023, beberapa di antaranya terjadi selama konfrontasi di permukiman di sekitar Gaza. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Sejumlah tentara Israel Defence Force (IDF) nekat mengakhiri hidup saat sedang berperang.

Tentara IDF tak mampu lagi balas serangan pasukan Hamas yang bertubi-tubi.

Sejumlah tentara IDF sudah angkat tangan tapi masih dipaksa untuk berperang lawan Hamas pasukan militan Palestina.

Kondisi yang dialami tentara IDF menjadi perbincangan publik Israel, bahkan hingga diulas oleh media berita Haaretz.

Laporan menunjukkan total 10 tentara pendudukan Israel telah mengakhiri hidup, usai mendapat serangan Hamas.

Tentara Israel dilaporkan mengakhiri hidup sejak 7 Oktober 2023, beberapa di antaranya terjadi selama konfrontasi di permukiman di sekitar Gaza.

Informasi tersebut diungkap surat kabar Israel Haaretz, Minggu (12/5/2024).

Para ahli yang dikutip oleh surat kabar Haaretz menyebutkan bahwa serangan Hamas 7 Oktober 2023 memiliki dampak psikologis yang tidak biasa pada tentara militer Israel secara umum.

Dijelaskan juga bahwa sebagian besar kasus bunuh diri di kalangan tentara Israel melibatkan tentara muda.

“Serangan Hamas 7 Oktober 2023 mempunyai dampak yang tidak biasa."

"Tiba-tiba, militer harus menghadapi kecenderungan bunuh diri di kalangan prajurit atau perwira cadangan Israel , yang berusia 30-an dan 40-an," ungkap para ahli Israel.

Media Israel mengulas fenomena bunuh diri di kalangan tentara IDF
Media Israel mengulas fenomena bunuh diri di kalangan tentara IDF yang ikut perang, bak jerami yang mematahkan punggung unta. (AFP)

Disebutkan bahwa data pendudukan Israel menunjukkan bahwa 10 tentara dan perwira Israel melakukan bunuh diri sejak awal perang hingga 11 Mei 2024.

Berdasarkan data yang sama, 620 tentara Israel dinyatakan tewas sejak perang di Gaza dimulai.

Namun, Haaretz mencatat bahwa jumlah sebenarnya dalam catatan tentara pendudukan adalah 637 orang. 

17 orang lainnya adalah korban bunuh diri baru-baru ini dan sekitar 10 tentara yang tewas dalam kecelakaan kendaraan,” bunyi laporan tersebut.

Depresi

Haaretz menyoroti kasus seorang petugas dinas tetap Israel yang ditemukan tewas di dalam mobilnya, setelah menembak dirinya sendiri, dua minggu setelah peluncuran Operasi Banjir Al-Aqsa, operasi Hamas kala itu.

Menurut tentara Israel, aksi bunuh diri korban tak berkaitan dengan serangan Hamas 7 Oktober 2024.

Namun, keluarga dan rekan korban melaporkan bahwa beberapa tentara Israel tewas menderita depresi usai operasi Banjir Al-Aqsa.

Tentara Israel Disebut Berusaha Menutupi

Surat kabar tersebut juga menyoroti bahwa tentara Israel secara historis menyembunyikan data mengenai bunuh diri personel militer Israel. 

“Ambivalensi tentara, apalagi penyembunyian data bunuh diri, bukanlah hal baru,” kata laporan itu.

Selama beberapa tahun terakhir, pasukan Israel secara konsisten menolak untuk merilis data mengenai jumlah tentara yang melakukan bunuh diri, sehingga terus mengaburkan masalah ini, menurut Haaretz.

“Tentara telah menolak untuk merilis data bunuh diri selama bertahun-tahun, sehingga isu ini tidak diungkap,” lanjut pernyataan tersebut.

Pemimpin Israel ingin usir Hamas

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, pemerintahnya sedang mempertimbangkan untuk mengusir para pemimpin Hamas dari Jalur Gaza setelah perang berakhir.

Syaratnya Hamas harus menyerah terlebih dahulu.

“Gagasan pengasingan memang ada. Kami selalu bisa mendiskusikannya. Tapi menurut saya yang paling penting adalah penyerahan (Hamas),” kata Netanyahu dalam podcast yang disiarkan oleh jurnalis Yahudi Amerika Dan Senor pada Minggu malam, menurut lembaga penyiaran publik Israel.

Dia menegaskan kembali penolakannya terhadap kehadiran para pemimpin Hamas di Jalur Gaza setelah perang berakhir.

Dia berharap bahwa penduduk lokal yang bukan anggota Hamas, bersama para pejabat dari wilayah tersebut, akan menguasai jalur tersebut.

“Perang ini bisa berakhir besok jika Hamas meletakkan senjatanya dan menyerah serta mengembalikan para sandera,” ujarnya dan menambahkan. “Terserah mereka.”

Ketika ditanya mengenai kritik bahwa masalah penyanderaan bukanlah prioritas utama, ia mengatakan bahwa tuntutan Hamas tidak dapat diterima, dan AS juga mengatakan tidak ada kesepakatan karena Hamas.

Pilihan terbaru Netanyahu untuk mengusir Hamas terjadi ketika tentara Israel belum mencapai tujuannya dalam perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, yaitu untuk menghilangkan gerakan tersebut dan membawa kembali para sandera.

Lebih dari 35.000 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 78.000 lainnya terluka dalam serangan brutal Israel di Jalur Gaza sejak serangan oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober tahun lalu yang menewaskan hampir 1.200 orang.

Lebih dari tujuh bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.

Dalam keputusan sementara pada bulan Januari, Mahkamah Internasional (ICJ) yang berbasis di Den Haag mengatakan “masuk akal” bahwa Tel Aviv melakukan genosida di Gaza, memerintahkannya untuk menghentikan tindakan tersebut dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga Gaza.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved