Banjir Luwu
Direktur Perkumpulan Wallacea Sebut Aktivitas Tambang Memperparah Banjir di Luwu Sulsel
Banjir melanda sejumlah kecamatan di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel), Jumat (3/5/2024).
Penulis: Muh. Sauki Maulana | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, LUWU - Banjir melanda sejumlah kecamatan di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel), Jumat (3/5/2024).
Ketinggian air bervariasi di sejumlah tempat.
Direktur Perkumpulan Wallacea, Hamsaluddin mengaku, adanya aktivitas pertambangan di Luwu berkontribusi terhadap laju pembukaan lahan dan sedimentasi sungai.
Walau masih dalam proses pembangunan infrastruktur penunjang aktivitas tambang, Anca sapaan akrab Hamsaluddin berharap, agar Pemda Luwu tak lepas tangan.
Anca juga mengritik, aktivitas tambang di Luwu, hanya mengejar target investasi tanpa memperhatikan kondisi lingkungan.
"Harapan besarnya pemda kita harapkan tidak berlepas tangan dengan alasan izin bukan mereka yang keluarkan. Tetapi tetap melakukan pengawasan terhadap aktifitas pertambangan yang notabene hanya mengejar target investasi tanpa memperhatikan kondisi lingkungan," jelasnya, Jumat (3/5/2024).
Baca juga: Banjir Perlahan Surut, Satlantas Polres Wajo Lakukan Sistem Buka Tutup Jalur Wajo-Palopo Sulsel
Perkumpulan Wallacea, sebagai organisasi yang konsen di bidang lingkungan hidup.
Perkumpulan Wallacea menganalisa, pada 2016-2019 terjadi perubahan tutupan lahan hutan primer seluas 20.000 hektar yang disinyalir menjadi perkebunan.
“Kondisi ini diperparah dengan adanya faktor-faktor lain selain pembukaan lahan untuk perkebunan, misalnya tambang pasir, tambang ilegal, dan rencana pertambangan emas yang akan dilakukan PT Masmindo Dwi Area,” bebernya.
Kata Anca, Pemda Luwu harus dapat mengontrol pengendalian pembukaan lahan di wilayah hulu sungai.
Baik di DAS Suso dan DAS Paremang, dan normalisasi sungai, sekaligus melakukan pengawasan terhadap pertambangan PT Masmindo.
“Di dua DAS tersebut harus dilakukan normasisai karena tidak bisa dipungkiri dua DAS ini kondisinya sangat kritis karena banyaknya sedimentasi, apa lagi jika aktivitas pertambangan sudah beroperasi, maka berpotensi memperparah sedimentasi di dua DAS tersebut,” akunya.
Sebelumnya, banjir melanda sejumlah kecamatan di Kabupaten Luwu.
Desa Cakkeawo dan Malela, Kecamatan Suli menjadi wilayah banjir terparah dengan ketinggian air 1,5 meter.
Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Luwu, Karyadi mengaku, hingga kini pihaknya berfokus mengevakuasi warga terdampak.
5 Bendung Rusak di Luwu, Ribuan Hektare Sawah Terancam Gagal Tanam |
![]() |
---|
Banjir Rendam 55 Rumah Warga di Walenrang Timur Luwu |
![]() |
---|
Banjir Tutup Jalan Poros Makassar–Palopo di Larompong Selama 2 Jam |
![]() |
---|
5 Kali Cappie Luwu Terendam di Mei 2025, Jalan Rusak dan Sungai Makin Dangkal |
![]() |
---|
BREAKING NEWS: Banjir Rendam Larompong dan Larompong Selatan Luwu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.