Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kabinet Prabowo

Aksi Heroik Bakal Calon Menteri Prabowo dan Gibran Todongkan Senjata ke Agen Mossad Israel

Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin kini masuk dalam bursa calon Menteri Pertahanan pada kabinet yang akan dipimpin Presiden Prabowo Subianto

Editor: Edi Sumardi
DOK PRIBADI
Asisten Khusus Menteri Pertahanan Bidang Manajemen Pertahanan, Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin kini masuk dalam bursa calon Menteri Pertahanan pada kabinet yang akan dipimpin Presiden dan Wakil Presiden RI terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Saat ini, dia dipercaya menduduki jabatan Asisten Khusus Menteri Pertahanan Bidang Manajemen Pertahanan sejak tahun 2019.

Pada tahun 2010 hingga 2014, di era Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, Sjafrie Samsoeddin dipercaya Presiden SBY menduduki jabatan sebagai Wakil Menteri Pertahanan RI.

Kans Sjafrie Sjamsoeddin menduduki jabatan Menteri Pertahanan RI menggantikan Prabowo Subianto sangat besar.

Dia punya pengalaman di bidang pertahanan dan pernah masuk dalam kabinet.

Selain itu, Menteri "Triumvirat" yang mencakup Menteri Pertahanan (Menhan), Menteri Luar Negeri (Menlu), dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) diprediksi tak akan diisi politisi.

Sjafrie Sjamsoeddin merupakan tokoh asal Sulawesi Selatan (Sulsel).

Dia punya hubungan kerabat dengan mantan Menteri Pertahanan Keamanan RI dan mantan Panglima ABRI, almarhum Jenderal TNI (Purn) Andi Muhammad Jusuf Amir.

Pria yang pernah menjabat Komandan Grup A Paspampres era Soeharto ini juga punya kisah menarik dan menggemparkan.

Ceritanya, pada 22 Oktober 1995, Presiden Soeharto menghadiri sidang Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat.

17 Nama Calon Menteri di Kabinet Prabowo Subianto: Jenderal, Mantan Gubernur, Petahana, Timses

Saat itu, Soeharto juga menjabat sebagai Ketua Organisasi Kerjasama Islam (OKI), yang memiliki pengaruh besar bagi negara-negara Timur Tengah.

Karena itu, Perdana Menteri Israel, Yitzak Rabin, ingin bertemu dengan Soeharto untuk membahas isu-isu terkait konflik di kawasan tersebut.

Namun, pertemuan itu tidak berjalan mulus.

Sebelum masuk ke kamar presidential suite Hotel Waldorf Towers lantai 41, tempat Soeharto menginap, Rabin dan empat pengawalnya dari Mossad, pasukan khusus Israel, dicegat oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).

Salah satu anggota Paspampres yang bertugas saat itu adalah Letnan Jenderal TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin.

Sjafrie Sjamsoeddin dan dua rekannya mencegat Rabin dan pengawalnya karena mereka tidak mematuhi protokol keamanan yang telah ditetapkan.

Apalagi, saat itu Soeharto sedang menerima kunjungan Presiden Sri Lanka.

Sjafrie Sjamsoeddin kemudian mengawal Rabin dan pengawalnya menuju kamar Soeharto.

Namun, saat hendak memasuki lift, terjadi insiden menegangkan.

Pengawal Rabin menolak untuk satu lift dengan Sjafrie dan rekannya.

Mereka curiga bahwa Sjafrie dan rekannya bukanlah personel resmi pengamanan Soeharto, padahal mereka sudah terdaftar dalam protokol Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) PBB.

Sjafrie Sjamsoeddin pun terlibat adu mulut dengan kepala pengawal Rabin, yang ternyata adalah agen Mossad.

Tanpa diduga, agen Mossad itu tiba-tiba mengeluarkan senapan otomatis Uzi dari balik jasnya dan menempelkan moncong senapan ke perut Sjafrie.

Dia juga mencengkeram leher Sjafrie dengan keras.

Namun, Sjafrie Sjamsoeddin tidak kalah gesit.

Dia sudah menodongkan pistol Baretanya ke perut agen Mossad itu lebih dulu.

Dua rekannya juga sudah siap dengan senjatanya masing-masing.

Kejadian itu membuat Rabin cemas.

Dia khawatir akan terjadi baku tembak antara pengawalnya dan Paspampres.

Dia pun segera memerintahkan pengawalnya untuk menurunkan senjatanya dan meminta maaf kepada Sjafrie.

Sjafrie Sjamsoeddin juga menurunkan senjatanya dan menghormati Rabin.

Akhirnya, Rabin dan pengawalnya bisa masuk ke kamar Soeharto dan melakukan pertemuan.

Pertemuan itu berlangsung selama 15 menit.

Rabin menyampaikan permintaan maafnya kepada Soeharto atas insiden yang terjadi.

Soeharto pun menerima permintaan maaf itu dan mengapresiasi sikap Rabin.

Mereka kemudian membahas isu-isu terkait perdamaian di Timur Tengah dan hubungan bilateral antara Indonesia dan Israel.

Sjafrie Sjamsoeddin adalah salah satu Paspampres yang berani dan loyal dalam menjalankan tugasnya.

Dia tidak takut menghadapi agen Mossad yang terkenal tangguh dan berbahaya.

Dia juga tidak mau melanggar protokol keamanan yang telah ditetapkan.

Dia bertindak sesuai dengan sumpahnya sebagai prajurit TNI, yaitu setia kepada negara dan bangsa, serta menjaga keamanan dan keselamatan Presiden sebagai kepala negara.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved