Rambu Solo Nek Linggi
Hari Terakhir Pemakaman Adat Rambu Solo Ne Linggi, Anak Tokoh Pejuang Toraja Pong Massangka
Putra Sulung Ne' Linggi, Daniel Pongmasangka mengungkapkan, jenazah sang ibunda akan dimakamkan di Kompleks Patane Tua Keluarga Tangkeallo.
Penulis: Erlan Saputra | Editor: Saldy Irawan
Segera dia menyusun rencana ulang untuk meneruskan tekad.
Semangat yang terpendam selama masa beberapa kali panen padi itu pada malam itu dan malam berikutnya Pong Massangka dan para pengikutnya dengan dukungan aktif diam-diam dari banyak orang menyerbu Pasar To'Karau dalam satu jam dan membakar kios kios pasar yang baru saja dibangun.
Mereka kemudian kembali ke Pangli dimana mereka membakar tiga jembatan yang menghubungkan desa itu dengan jalan ke Rantepao sebuah jalan yang dibenci oleh massangka karena pemerintah Belanda telah menyita sebagian sawahnya untuk membangun jalan itu tanpa berunding dengan Pong Massangka.
Para penduduk pangli dengan segera berada dalam hiruk-pikuk anti Belanda mereka membangun berbagai barikade di sekitar pintu-pintu masuk desa dan mempersiapkan diri melawan pasukan Belanda yang mereka tahu akan segera datang.
Berbagai laporan kepada asisten residen mengindikasikan bahwa Belanda memperkirakan terjadinya sebuah pertempuran sengit di Pangli contolir Brower dan pasukannya setengah Brigade polisi bersenjata bergerak dari Bori ke balusu dengan meminta kubu dipanggil barikade salah dua Brigade Infanteri dari Palopo dan 2 dari Enrekang tengah dalam perjalanan untuk menghadapi setiap perlawanan berat
Brower wer pergi ke Balusu karena ia curiga bahwa Ne'matandung bagaimanapun juga terlibat dalam pembunuhan sang misionaris yakni van de loosdrecht.
Sebuah kecurigaan yang kian kuat saat Sang Penguasa alamat tak hanya menolak untuk bertemu dengannya tapi juga mengirim seekor babi kurus ia menggelikan dan sepasang ayam sakit yang sudah tua sebagai bentuk tindakan yang menggambarkan harga dirinya pada pejabat Belanda terkemuka di rantepao itu.
Menjelang malam semua kampung di sekitar menyulut api sebagai bentuk dukungan atas kegarangan Ne'matandung dan Sejak pagi berikutnya 500 pendukung bersenjata menunggu di dekat perbukitan yang mengelilingi pemerintah yang tak disukai itu.
Setelah setengah hari pengejaran terus-menerus seorang Toraja meninggal ditembak saat ia menuju ke seorang pembawa pesan yang membawa surat perintah ke Ne'matandung.
Jalan buntu berakhir ketika asisten presiden tiba-tiba dengan pasukannya dari Palopo dan setengah Brigade polisi lainnya dari Makale.
Di hadapan majunya Belanda prajurit Ne'matandung tercerai-berai di sepanjang daerah yang berbukit-bukit, secara tidak efektif melakukan perlawanan dengan tombak dan parang melawan senjata api Belanda.
Beberapa lagi orang Toraja terbunuh atau tertangkap dan perlawanan itu pun akhirnya dihancurkan.
Pong Masangka pun sempat diasingkan sebelum dipulangkan kembali di tanah kelahirannya.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.