Rambu Solo Nek Linggi
Hari Terakhir Pemakaman Adat Rambu Solo Ne Linggi, Anak Tokoh Pejuang Toraja Pong Massangka
Putra Sulung Ne' Linggi, Daniel Pongmasangka mengungkapkan, jenazah sang ibunda akan dimakamkan di Kompleks Patane Tua Keluarga Tangkeallo.
Penulis: Erlan Saputra | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Hari terakhir dari upacara pemakaman adat Rambu Solo untuk Yuli Maria Tangkeallo alias Ne' Linggi, Jumat (19/4/2024).
Upacara pemakaman dari putri pejuang terkemuka Toraja, Pong Massangka, diselenggarakan dengan penuh penghormatan di Rantepangli, Kelurahan Pangli, Kecamatan Sesean, Kabupaten Toraja Utara (Torut).
Suasana khidmat dan penuh makna saat keluarga, kerabat, dan masyarakat setempat berkumpul untuk menghormati dan mengantar Ne' Linggi ke peristirahatan terakhirnya.
Putra Sulung Ne' Linggi, Daniel Pongmasangka mengungkapkan, jenazah sang ibunda akan dimakamkan di Kompleks Patane Tua Keluarga Tangkeallo.
Kompleks Patane Tua Keluarga Tangkeallo ini berada di Pangli, Kecamatan Sesean, Kabupaten Toraja Utara, Sulsel.
"Setelah rangkaian upacara Rambu Solo secara keseluruhan, hari ini adalah hari terakhir persembahan penghormatan bagi ibu kami (Ne' Linggi)," kata Daniel Pongmasangka.
Sebelum diantarkan ke pemakaman, keluarga dan kerabat terdekat berkumpul untuk melakukan doa bersama sesuai dengan ajaran agama Kristen dan tradisi adat Toraja.
Doa bersama ini menguatkan ikatan keluarga dan menghadirkan suasana spiritual yang sakral di tengah-tengah mereka.
Setelah doa bersama, jenazah Ne' Linggi diantarkan dengan penuh penghormatan ke peristirahatan terakhirnya.
"Setelah kita ibadah, kita akan antarkan ke peristirahatan terakhir," tandasnya.
Prosesi ritual ini disebut 'Meawa'.
Meawa adalah bagian dari tradisi Rambu Solo di budaya Toraja.
Ini adalah ritual pemakaman yang sangat penting di Toraja, di mana jenazah disiapkan untuk perjalanan ke dunia setelah kematian.
Meawa melibatkan serangkaian upacara dan ritual yang kompleks, termasuk prosesi pemakaman, penguburan, dan persembahan bagi roh yang meninggal.
Ini adalah momen sakral di mana masyarakat Toraja menghormati leluhur mereka dan mempersiapkan arwah yang meninggal untuk perjalanan mereka ke alam setelah kematian.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.