Syiar Ramadhan 2024
Syiar Ramadhan 2024: Perbedaan Amal dan Pahala
Ada di masa Rasulullah SAW salah seorang sahabat berkata 'Ya Allah aku datang memenuhi panggilanmu untuk berhaji. Aku berhaji untuk Syubrumah'.
Oleh:
Dr KH Amirullah Amri
Pimpinan Ponpes Tahfiz Al-Quran Ilmul Yaqin Tompobulu, Maros/ Alumnus Pengajian Ponpes An Nahdlah Makassar
TRIBUN-TIMUR.COM - Salah satu bentuk cinta anak kepada orang tuanya, meskipun orang tua telah tiada adalah menghajikan orang tua yang telah tiada.
Tapi kalau anak yang ingin menghajikan langsung orang tuanya, ada syarat yang harus dipenuhi. Di mana anak tersebut telah haji.
Haruskah anak yang menghajikan?
Jawabnya tidak.
Ada di masa Rasulullah SAW salah seorang sahabat berkata 'Ya Allah aku datang memenuhi panggilanmu untuk berhaji. Aku berhaji untuk Syubrumah'.
Kata Rasul 'Siapa itu Syubrumah', Sahabat berkata 'sahabat dekatku Ya Rasul'.
Kata Rasul berhajilah untuk dirimu lalu engkau berhaji untuk sahabatmu.
Baca juga: Puasa dan Jihad Antikorupsi
Ada juga orang berkata, orang tuanya sudah meninggal sudah terputus amalnya kenapa harus menghajikan.
Perlu dicatat bahwa yang putus amal bukan pahala.
Amal itu artinya perbuatan.
Jadi orang yang sudah meninggal, amalnya putus tapi pahalanya tidak putus.
Ada orang yang tidak beramal tapi mendapatkan pahala.
Olehnya itu sebagai anak hajikan orang tuanya meskipun orang tua tidak menitip pesan.
Buka puasa dia niatkan untuk orang tuanya, yang sampai adalah pahala.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.