Tribun HIS
Lebih Dekat dengan Masjid Agung Ummul Quraa, Ikon Wajo Diarsiteki Anak Pendeta
Dirancang khusus arsitek andalan Soekarno, pembangunan Masjid Agung Ummul Quraa akhirnya rampung pada tahun 1969.
Penulis: M. Jabal Qubais | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUNWAJO.COM, SENGKANG - Masjid Agung Ummul Quraa berlokasi di Kota Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, (Sulsel).
Masjid ini telah menjadi ikon Kabupaten Wajo sejak didirikan.
Posisinya pun berada di jantung Kota Sengkang.
Tepatnya di Jl Masjid Raya, Kecamatan Tempe.
Sebelah timur Masjid Agung terdapat Lapangan Merdeka Kota Sengkang, sebelah utara ada Ma'had Aly As'adiyah.
Sebelah selatan Masjid ada Kantor Satuan Lalu Lantas Polres Wajo, dan sebelah baratnya terdapat Pasar Mini Tokampu Sengkang.
Beberapa tokoh nasional pun telah menginjakkan kaki di Masjid Agung Kota Sutra ini.
Seperti Soekarno, Susilo Bambang Yudhoyono, Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat Pondok Pesantren As'adiyah Sengkang.
Sejarah Masjid Agung Ummul Quraa Sengkang
Masjid Agung Ummul Quraa didirikan pada tanggal 12 Desember 1955.
Kala itu peletakan batu pertama dilakukan oleh presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno.
Menurut sejarahnya, masjid tersebut dirancang khusus arsitek andalan Soekarno, yakni Friedrich Silaban.
Friedrich Silaban merupakan anak seorang pendeta yang menganut agama Kristen atau non Muslim.
Dirinya dikenal sebagai perancang tugu Monas, Gelora Bung Karno, Masjid Istiqlal dan Gedung Bank Indonesia di Jakarta.
Proses pembangunan Masjid Agung Ummul Quraa akhirnya rampung pada tahun 1969.
Baca juga: Sejarah Masjid Jami’ Nurul Mu’minin Berdiri 1825, Mulanya Hanya Tempat Persinggahan Raja Gowa
Masjid ini memiliki kurang lebih 50 tiang penyangga dengan paduan warna putih dan warna emas.
Lalu, ukiran kaligrafi berwarna coklat serta asmaul husna berwarna kuning keemasan berada di antara mimbar Imam.
Sementara kubah masjid berwarna kuning emas yang sangat mencolok.
Selain itu, terdapat Mushaf raksasa berukuran 120 x 90 cm (terbuka 180 cm) dengan ketebalan 20 cm di dalam masjid.
Beratnya sekitar 270 kg, jumlah halaman 605, menggunakan kertas jasmine cream paper, jenis huruf khat naskhi dengan rasm Utsmani, serta peti/boks dan alas silang terbuat dari kayu cendana/jati yang diukir.
Mushaf tersebut adalah buah tangan Ustadz Usman Pa'bo, ditulis selama lebih satu tahun.
Ustadz Usman Pa'bo merupakan penulis Al-quran raksasa asal Kabupaten Pangkep.
Dirinya juga seorang pengajar di Pondok Pesantren Darud Dakwah Wal Irsyad (DDI) Arrahman, Galla Raya, Mandalle, Kabuapten Pangkep.
Bupati Wajo, Amran Mahmud saat itu melakukan serah terima mushaf Al-Qur'an kepada pengurus Masjid, Karyaman pada Jumat (4/11/2022).
Amran menyampaikan kesyukurannya bisa menghadirkan mushaf akbar hasil tulisan Ustadz Usman.
Baca juga: Cerita Sejarah Masjid Islamic Center Dato Tiro Bulukumba
Menurutnya, keberadaan mushaf ini akan menjadi mushaf induk Al-Qur'an di Kota Sutera.
"Kita berharap ini akan menjadi spirit untuk menyiapkan generasi qur'ani dan generasi penghafal Al-Qur'an sebagaimana yang selama ini menjadi salah satu program prioritas Pemkab Wajo," kata mantan Bupati Wajo yang juga dikenal sebagai dai ini.
Selain sebagai tempat salat berjamaah, Masjid Ummul Quraa Sengkang dahulu ditempati para anregurutta untuk mengajar di masjid ini.
Pun difungsikan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan keagamaan dan tempat para penghafal Quran menyetor dan mengulang-ulangi hafalan mereka.
Kini, masjid yang memiliki kubah warna emas ini telah berusia 69 tahun sejak mulai dibangun.
Seiring berjalannya waktu, Masjid Agung Ummul Quraa telah direnovasi sebanyak empat kali oleh Pemerintah Kabupaten Wajo.(*)
Kegigihan Marliah Bersihkan Anjungan Pantai Losari Makassar Sebelum Terbit Fajar, Gaji di Bawah UMR |
![]() |
---|
Diabaikan Pemda, Guru dan Ortu Siswa Madrasah MI DDI Pinrang Patungan Perbaiki Jalan Rusak |
![]() |
---|
Selamat dari Maut, Ini Kisah Pelajar SMK di Luwu yang Terseret Arus Sungai |
![]() |
---|
Tangis di Balik Abu: Puluhan Keluarga Kehilangan Rumah di Balang Baru Makassar |
![]() |
---|
Cerita Herlina, Warga Maros Tinggal di Rumah Reot Bersama Suami dan 4 Anak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.