Kepemimpinan Pemerintahan
Prof Aminuddin Ilmar Sukses Karyakan Kepemimpinan Pemerintahan: Terinspirasi dari Pemimpin Bebal
Prof Aminuddin melihat bahwa kondisi pemerintahan hari ini sering kali tidak sejalan dengan ketentuan yang ada.
Penulis: M Yaumil | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Launching dan bedah buku Kepemimpinan Pemerintahan karya Prof Aminuddin Ilmar di Hotel Aryaduta, Kota Makassar, Rabu (31/1/2024).
Penyelenggaraan bedah buku ini dihadiri Pj Sekprov Sulsel Drs Andi Muhammad Arsyad dan Dekan Fisip Unhas, Prof Dr Phil, Syukri Tamma sebagai pembedah buku.
Hadir sebagai keynote Wali Kota Makassar, Danny Pomanto.
Adi Suryadi Culla bertindak sebagai moderator bedah buku sekaligus sebagai akademisi Unhas.
Dalam buku itu dua hal mendasar yang ingin disampaikan Prof Aminuddin Ilmar.
Dua hal itu mengenai kepemimpinan dan pemerintahan.
Dasar ide dari pembuat karya berpatok pada realitas pemerintahan hari ini.
Prof Aminuddin melihat bahwa kondisi pemerintahan hari ini sering kali tidak sejalan dengan ketentuan yang ada.
Realitas itu yang mendasari karya buku kepemimpinan pemerintahan.
Prof Aminuddin menguraikan hubungan antara pemimpin dan pemerintahan.
Pandangannya melihat bahwa kepemimpinan sangat lemah dalam pemerintah.
Dia mendefinisikan pemimpin sebagai sosok yang mengayomi bukan yang berbekal perintah.
“Saya melihat bahwa ternyata banyak hal yang dijalankan yang dilakukan pemimpin pemerintahan itu sering kali tidak sejalan dengan yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan UU dan asas-asas umum pemerintahan yang baik,” katanya dalam bedah buku tersebut.
“Itulah yang kemudian yang menjadi dasar penting saya melihatnya dan meneropong bahwa kalau seperti ini sisi pemerintahan tidak memperhitungkan sisi kepemimpinan pemerintahan yang baik dan benar maka tata kelola pemerintahan yang baik itu tidak akan pernah kita jalankan secara sempurna,” sambungnya.
Dua hal mendasar yang ingin disampaikan dalam karya buku kepemimpinan pemerintahan.
Pertama pemerintahan itu tidak mudah. Butuh serangkaian prasyarat untuk mencapai posisi itu.
Kedua, pemerintahan membutuhkan wibawa. Wibawa itu datang dari pemimpin suatu pemerintahan.
Tidak kalah penting, Ketua Prodi Hukum Tata Negara Unhas itu menambahkan pemimpin harus istiqomah dalam menjalankan roda pemerintahan.
Dia berpandangan kepemimpinan bermuara pada partai politik.
Bahwa partai politik yang merekrut orang kemudian diusung menjadi calon pemimpin suatu daerah.
Proses ini yang juga menuai kritik dari prof Aminuddin.
Bahwa partai politik seharusnya mengacu pada pembentukan karakter pemimpin bukan pada kekuasaan.
Karena ketika acuannya pada kekuasaan hanya melahirkan pangreh praja atau sosok pemimpin yang mengandalkan perintah.
Padahal, pemerintahan membutuhkan sosok yang mengayomi.
Kemudian Prof Aminuddin mempertegas dalam bukunya dengan sub bab pemimpin yang bebal.
Artinya pemimpin yang tidak ingin mendengar
“Makanya juga disitu salah satu sub bab saya beri judul pemimpin bebal artinya pemimpin yang tidak mau mendengar apa yang terjadi di dalam penyelenggaraan kepemerintahannya,” terang Guru Besar Unhas itu.
Prof Aminuddin menawarkan solusi untuk kedepannya dalam memilih pemimpin.
Yaitu jangan salah memilih pemimpin.
Karena dampaknya akan berakibat fatal dan berpengaruh pada kehidupan sehari-hari masyarakat.
“Solusinya saya menawarkan, misalnya dalam satu tulisan itu saya mengatakan jangan pernah salah memilih pemimpin,” ujar Prof Aminuddin.
“Karena kalau salah maka tentu akibatnya bagi kita rakyat akan mengalami kesusahan, kesengsaraan khususnya juga terkait dengan kesejahteraan masyarakat, jadi jangan pernah salah memilih pemimpin,” pungkasnya.
Laporan Kontributor TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR, M.Yaumil
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.