Sejahtera Tak Mesti Punya Uang? Pandangan Quraish Shihab Tentang Sejahtera dalam Islam

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan "sejahtera" sebagai "aman, sentosa, dan makmur; selamat (terlepas) dari segala macam gangguan, kesukaran, dan sebagainya."

Kesejahteraan sosial, dengan demikian, diartikan sebagai keadaan masyarakat yang sejahtera.

Pandangan para pakar menunjukkan bahwa kesejahteraan sosial yang diinginkan oleh Al-Quran tercermin dari surga yang dihuni oleh Adam dan istrinya, sebelum mereka turun ke bumi untuk melaksanakan tugas kekhalifahan.

Sebelum turun ke bumi, Adam dan Hawa ditempatkan di surga, yang diharapkan menjadi inspirasi bagi mereka untuk mewujudkan kehidupan yang serupa di bumi dan kelak di akhirat.

Baca juga: Quraish Shihab Tentang Nikmatnya Hujan: Hikmah yang Dalam di Surat Al Baqarah Ayat 164

Quraish Shihab, dalam bukunya "Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat," menyatakan bahwa masyarakat yang mewujudkan bayangan surga tersebut adalah masyarakat yang berkesejahteraan.

Kesejahteraan surgawi dijelaskan dalam peringatan Allah kepada Adam, bahwa di surga, kebutuhan pangan, sandang, dan papan telah terpenuhi, menciptakan suasana damai, harmonis, dan bebas dari dosa.

Keberadaan keluarga yang beriman di surga menciptakan kebahagiaan yang utuh.

Adam dan Hawa diharapkan dapat membawa bayangan surga ke bumi dengan usaha sungguh-sungguh, mengikuti petunjuk Ilahi.

Rumusan kesejahteraan dalam Al-Quran mencakup berbagai aspek kesejahteraan sosial, termasuk terhindar dari ketakutan terhadap penindasan, kelaparan, penyakit, kebodohan, dan kekhawatiran terhadap masa depan.

Dalam perspektif Islam, sistem kesejahteraan sosial bukan hanya melibatkan bantuan keuangan, melainkan berbagai bentuk bantuan yang sesuai dengan ajaran Islam.(*)