Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Survei Capres

Survei JRC: Pendukung Ganjar Terbelah Bikin Elektabilitas Prabowo Melejit 50,3 Persen

Survei JRC disebutkan migrasi pendukung Ganjar Pranowo bikin elektabilitas Prabowo-Gibran tembus 50,3 persen.

Editor: Hasriyani Latif
Kolase Tribun Jambi
Hasi Survei JRC terhadap calon presiden (capres) Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Elektabilitas pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka melejit.

Salah satu penyebabnya karena 'pecah kongsi' Megawati dan Jokowi yang membuat pendukung Ganjar Pranowo terbelah.

Kenaikan skor elektabilitas ini berdasarkan survei capres yang dilakukan Jakarta Research Center (JRC).

Dalam survei JRC disebutkan migrasi pendukung Ganjar Pranowo bikin elektabilitas Prabowo-Gibran tembus 50,3 persen.

Alasan lain pendukung Ganjar bermigrasi ke Prabowo Subianto adalah trauma terjadinya polarisasi yang pernah terjadi di Pilkada DKI Jakarta 2017 imbas politik identitas yang mewarnai Pilkada Jakarta waktu itu.

Menurut Direktur Komunikasi Jakarta Research Center (JRC) Alfian P, elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuiming Raka naik hingga menembus 50,3 persen berkat pergeseran pemilih dari kalangan nasionalis.

"Sebagian besar pemilih dari segmen nasionalis cenderung memilih pasangan Prabowo-Gibran, terbukti dari tingginya elektabilitas yang mencapai 50,3 persen, jauh di atas Ganjar-Mahfud," Alfian menjelaskan lewat keterangan tertulis.

Berdasar survei yang dilakukan JRC, pasangan calon lain dari kalangan nasionalis, yaitu Ganjar Pranowo-Mahfud MD, hanya mendapat 18,4 persen responden.

Sementara pasangan Ganjar-Mahfud hanya bisa mendapatkan ceruk pemilih dari partai pengusungnya, yakni PDI Perjuangan, yang notabene merupakan partai nasionalis utama.

Kata Alfian, pemilih nasionalis yang moderat lebih banyak melabuhkan pilihannya kepada Prabowo-Gibran yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM).

Baca juga: Survei Capres 2024 Usai Debat Ketiga: Anies vs Prabowo vs Ganjar

Sejumlah anggota KIM, seperti Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, Partai Demokrat, dan PSI, mewakili segmen pemilih nasionalis dan Islam perkotaan.

Sementara itu, Islam modernis yang didukung kalangan tradisional dan nasionalis lainnya mengarahkan dukungan kepada pasangan calon Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
​​​​​​​
Alfian mengatakan para pemilih nasionalis moderat tersebut melihat potensi kemenangan Prabowo-Gibran untuk mencegah terjadinya polarisasi, seperti yang pernah terjadi dalam beberapa kali pemilu sebelumnya.
​​​​​​​
"Trauma yang cukup mendalam terhadap politik identitas, terutama pada momentum Pilkada DKI Jakarta 2017 silam, membuat segmen pemilih nasionalis berbondong-bondong mendukung Prabowo-Gibran yang peluangnya lebih besar untuk menang pada Pilpres 2024," katanya.

Dukungan yang diberikan Presiden Jokowi, dengan majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai pendamping Prabowo, mampu meyakinkan mereka soal pilihan tersebut.

Hasilnya, dukungan terhadap Prabowo-Gibran menguat hingga berpeluang kuat memenangkan Pilpres 2024 dalam satu putaran.
​​​​​​​
"Perpecahan yang terjadi antara Jokowi dan Megawati membuat dukungan terhadap Ganjar-Mahfud melemah. Sehingga, elektabilitas Ganjar yang sebelumnya cukup tinggi merosot drastis ketika sudah berpasangan dan didaftarkan ke KPU," jelasnya.

​​Dukungan utama terhadap pasangan Ganjar-Mahfud terkonsentrasi pada pemilih PDI Perjuangan, di mana terlihat dari irisan antara elektabilitas pasangan calon itu dengan partai pengusungnya.

Partai-partai lain anggota koalisi hanya menyumbang sedikit dukungan bagi Ganjar-Mahfud.

Dalam sejumlah kesempatan, elite PDI Perjuangan bahkan membuka wacana untuk menggalang aliansi dengan kubu Anies-Muhaimin jika Pilpres 2024 berjalan dua putaran.

"Sikap politik PDI Perjuangan makin membuat frustrasi kalangan nasionalis melihat manuver yang terasa sudah di luar nalar itu," kata Alfian.
​​​​​​​
Langkah politik yang diambil kubu Ganjar dan PDI Perjuangan terkesan sangat pragmatis dan hanya demi kepentingan elektoral semata.

"PDI Perjuangan bertekad untuk menang ketiga kalinya atau mencetak hattrick dan kembali mengalahkan capres yang diusung oleh Gerindra," tambahnya.

Padahal, lanjutnya, dalam perkembangan terkini, Ganjar-Mahfud sudah jauh tertinggal dan dominasi PDI Perjuangan diprediksi segera berakhir.

Baca juga: Survei Elektabilitas Capres Terbaru Versi 6 Lembaga, Prabowo Kokoh, Anies dan Ganjar Beda Tipis

​​​​"Tingginya elektabilitas Prabowo-Gibran memberikan coattail effect (efek ekor jas) bagi Gerindra, sehingga berpeluang menggeser PDI Perjuangan sebagai pemenang Pemilu 2024," ujar Alfian seperti dikutip Antaranews.com .
​​​​​​​
Jika kubu Ganjar dan PDI Perjuangan tidak mengubah perspektif dan strategi, menurut dia, maka bisa jadi elektabilitas keduanya bakal makin melorot hingga hari pencoblosan.

Itu karena makin besarnya pemilih nasionalis yang meninggalkan dan beralih mendukung pasangan Prabowo-Gibran.

Survei JRC itu dilakukan pada tanggal 26-31 Desember 2023 secara tatap muka kepada 1.200 responden mewakili seluruh provinsi di Indonesia.

Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error sekitar 2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved