Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Peluru Nyasar

Korban Peluru Nyasar Nenek Naisah Mencari Keadilan : Jujur Kami Khawatir!

Minggu, 7 Januari 2024, sekira pukul 03.00 Wita, Naisa Daeng Asse tiba-tiba terbangun dari tidurnya dan sudah ada peluru melukai pahanya.

|
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Alfian
TRIBUN-TIMUR.COM
Korban peluru nyasar Naisa Daeng Asse (61) didampingi suaminya Muh Tahir di rumahnya, di Lorong 3, Jl AR Dg Ngunjung, Kelurahan Rappokalling, Kecamatan Tallo, Makassar, Kamis (11/1/2024) sore. 

Rasa sakit yang dirasakan warga Lorong 3, Jl AR Dg Ngunjung, Kelurahan Rappokalling, Kecamatan Tallo, Makassar itu, lain dari biasanya.

Naisa pun membangunkan sang suami, dari tidur pulasnya.

"Dia bilang tidak enak ini saya punya perasaan. Begitu saya angkat dia tidak bisa jalan, kayak ada yang terganjal," kata M Tahir ditemui tribun, Rabu (10/1/2024) sore.

"Saya bilang kenapa tidak bisa berdiri, bagaimana? Saya bangunkan anak-anak ini? Dia (Naisa) bilang janganmi, baik ji perasaanku," ucap Tahir lagi menirukan percakapannya dengan Naisa.

Selang beberapa saat, darah kemudian keluar dari paha kanan Naisa.

Darah itu bercucur disertai rasa panas oleh Naisa, kata Tahir.

Melihat darah itu, Naisa dan M Takdir pun mulai panik dan bertanya-tanya.

"Panas dia rasa, jadi sampai pukul 06.00 pagi, saya bangunkan saya punya anak, suruh lihat mamanya. Kenapa sampai pahanya berdarah, tidak tahu kenapa, jadi dia turun, saya juga bingung kenapa ini," ujarnya.

M Tahir yang saban hari berkerja sebagai penjual ikan di Pelabuhan Paotere Makassar, dibuat bingung.

Pikirannya baru curiga mengarah ke peluru nyasar setelah mengingat beberapa tayangan berita peluru nyasar di televisi.

"Pada saat duduk di kursi, setelah kejadian saya berpikir ada apa ini. Kebetulan kami biasa nonton berita, timbul pemikiran, jangan-jangan ini yang biasa dilihat di telivisi, peluru nyasar," ungkapnya.

Takdir pun berdiri dari tempat duduknya dan memeriksa plafon rumah di atas tempat tidurnya.

Ia mendapati ada lubang sebesar jari kelingking di bagian plafon rumah.

Lubang itu, kata dia, tidak pernah ada semenjak rumahnya terbangun dan ditinggali hingga kini 

"Setelah itu saya berdiri dari kursi, saya lihat lobang, ini baru pertama, setelah bikin rumah tidak ada ini," ungkap Tahir sambil menunjukkan lobang yang dimaksud.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved