Agama Menurut Rocky Gerung
Dalam kuliah tersebut Rocky Gerung secara eksplisit menyebut agama sebagai sisa-sisa being yang gagal berevolusi menuju kesempurnaan
Catatan Kecil Zainal Arifin Ryha
"AGAMA adalah aturan bagi orang-orang irasional, sedang demokrasi merupakan "permainan" bagi orang-orang pintar," kata Rocky Gerung (GR) dalam video youtube berisi kuliah filsafat membahas tema tentang agama dan demokrasi.
Dalam kuliah tersebut RG secara eksplisit menyebut agama sebagai sisa-sisa being yang gagal berevolusi menuju kesempurnaan, sebagaimana semua being berevolusi menurut teori Darwin.
Masih menurut RG, agama bersifat konservatif dan bentuk primitivisasi karena selalu mencari kebenaran ke belakang dengan dogma berupa dalil-dalil yang tidak verified sebagai basisnya, bukan ke depan dengan argumentasi yang contestable dan rasional sebagai pijakannya.
Tak lupa RG menyisipkan kritik terhadap Ulil Absar Abdalla yang mengusung "mazhab" Islam liberal.
Bagi RG, betapun Ulil "meliberalkan" tafsirnya atas doktrin-doktrin dasar Islam, tetap saja Islam tidak kompatibel dengan demokrasi.
Sebab Islam sebagai agama inheren dengan nilai-nilai yang kontadiktif dengan kemajuan itu sendiri.
Saya tidak paham sepenuhnya asumsi RG terhadap agama, khususnya Islam.
Tapi dalam banyak hal RG sering kali terputus dari realitas. Ia kerap merumuskan konklusinya hanya berdasarkan asumsi-asumsi yang abstrak.
Tidak hanya dalam sejumlah percakapan di ruang-ruang akademik, tapi terutama narasinya di berbagai forum untuk membangun ressentiment publik, terlepas dari motif politik yang dikehendaki.
Padahal syarat sebuah premis, harus berpijak pada fakta, atau teori-teori yang aksiomatik.
Premis yang hanya didasarkan pada asumsi, tidak memenuhi syarat proposisi yang ajeg dalam kaidah logika.
Logika itu "ilmu" berandai-andai—jika dan hanya jika. Konklusinya tergantung premis yang dibuat.
Kalau premisnya salah, otomatis konklusinya sesat (logical fallacy).
Konklusi yang dibangun dari premis yang "berandai-andai" adalah konklusi yang juga "jangan-jangan".
Pandangan terhadap agama khususnya Islam seperti RG di atas, merupakan tipikal orientalisme pada umumnya.
Bagi para orientalis, faktor determinan penyebab kemunduran peradaban Islam dewasa ini, disebabkan kelemahan inheren ajarannya yang menegasikan prinsip-prinsip kemajuan itu sendiri.
Mereka melupakan fakta historis bahwa Islam pernah mengalami masa keemasan selama lebih dari 300 tahun.
Masa yang dikenal sebagai era "The golden age of Islam" di abad pertengahan.
Era dimana Islam menjadi pelopor bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan menjadi pusat-pusat peradaban dunia dalam berbagai dimensinya.
Bagaimana menjelaskan fakta historis ini jika Islam inheren dengan nilai-nilai yang menolak kemajuan?
Keberatan selanjutnya yang harus diajukan, apa yang dimaksud rasional oleh RG dalam kuliah filsafatnya itu, rasionalisme abad ke-16 yang skolastik?
Apakah doktrin Islam yang telah dibuktikan kebenarannya oleh sejarah bahwa tidak satupun peradaban yang dapat berdiri kokoh dan eksis secara long lasting jika tidak ditopang landasan moral yang juga kokoh berupa kerangka etika sosial, merupakan bentuk primitivisasi yang kontradiktif dengan kaidah-kaidah penalaran rasional menurut RG?
Apakah RG mengira moralitas baru yang ia anut, moralitas yang didasarkan pada kebebasan individu memiliki basis-basis pemikiran yang rasional sebagai penopangnya dan tidak menunjukkan gejala-gejala utopia platonis?
Adakah nilai-nilai seperti syuro (musyawarah untuk membuat keputusan), tasamuh (toleransi dalam perbedaan keyakinan), ta'awun (kerjasama dalam kehidupan sosial), juga nilai-nilai egaliterian yang disimbolkan dengan berpakaian ihram dalam ritual haji, merupakan nilai-nilai yang implikasi sosialnya menegasikan prinsip-prinsip demokrasi dan kemajuan?
.
Nilai-nilai tersebut merupakan doktrin-doktrin dasar ajaran Islam yang bersifat universal dan mendasari rumusan Piagam Madinah sebagai kostanta yang menata kehidupan sosial masyarakat Madinah yang heteregon dari sisi etnis dan agama.
Nilai-nilai yang oleh Robert N Bellah dalam bukunya Beyond Belief disebut terlampau modern, jauh melampaui zamannya sehingga runtuh dalam rentang waktu yang tidak lama setelah Nabi wafat, karena tidak mampu ditopang oleh masyarakat Arab yang masih sangat sederhana kala itu.
Saya kira distorsi yang kerap terjadi terhadap ajaran Islam seperti yang muncul dalam pikiran orang-orang semacam RG, disebabkan cara pandang yang salah kaprah, yang baur memilah antara normativitas Islam yang berlaku universal dengan historisitas Islam yang bersifat kontekstual dan temporer. Wallahu a'lam bi-al shawab.
Ba'da Subuh, 11 Desember 2023.
Menag RI Kunjungi Parepare, Tasming Hamid: Suatu Kehormatan Besar Bagi Kami |
![]() |
---|
Kunjungi Sidrap, Menag RI Dukung Visi Bupati Jadikan Sidrap Daerah Lumbung Nasional |
![]() |
---|
Alasan Warga Jeneponto Sulsel Nikahkan Anak: Pintar Cari Uang tak Perlu Sekolah |
![]() |
---|
Irjen Khairunas: Integritas Napas Pengabdian ASN |
![]() |
---|
Orangtua Sering Bertengkar, Murid MIN 1 Makassar Curhat ke Istri Menag Nasaruddin Umar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.