Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Prof Hamka Haq Meninggal

In Memoriam Prof Dr H Hamka Haq MA: Selamat Jalan Maha Guru Besar Ushul Fiqhi

Kepergiannya tentu mengagetkan bagi setiap orang yang mengenalnya serta lingkungan dimana dia pernah dan sedang berkecimpung

Editor: Ari Maryadi
Opini
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar Muhaemin Latif 

Beliau seringkali mengatakan bahwa prinsip beragama itu adalah kemudahan dan berbasis kemaslahatan.

Pada masa menjadi Dekan, ia menerima mahasiswa non-Muslim untuk kuliah di Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin Makassar.

Ia berpikir bahwa universitas itu harus bersifat terbuka, tanpa memandang identitas seseorang.

Meskipun mendapat resistensi dari pimpinan lain, Prof Hamka tetap pada prinsipnya untuk menjalankan apa yang menjadi keyakinannya.

Menurutnya, selama itu melahirkan kemaslahatan, maka itu harus dijalankan. Titik inilah yang menjadi distingsi dari Prof Hamka dengan akademisi-akademisi yang lain.

Ia tidak hanya berhenti pada tataran teori, tetapi membumikan ilmu pengetahuan pada realitas kehidupan.

Argumentasi inilah yang menjadi dasar kepindahannya dari akademisi menjadi politisi.

Dalam berbagai kesempatan, Prof Hamka seringkali mengatakan bahwa ia ingin mengabdikan dirinya ke konteks yang lebih luas dibandingkan hanya berkecimpung dalam dunia kampus.

Pandangannya ini tentu saja dipengaruhi oleh penguasaanya dalam bidang ushul fiqhi.

Prof Hamka, tidak hanya dikenal sebagai akademisi, politisi, tetapi juga sebagai muballigh kondang.

Jauh sebelum mengabdi di Jakarta, ia dikenal sebagai dai yang seringkali tampil di Masjid-Masjid mainstream di kota Makassar.

Nasehat-nasehatnya mencerahkan, selalu mengaitkan dengan kondisi riil masyarakat, tidak tekstual, tetapi mampu merelevansikan issu-issu keagamaan dengan kemodernan.

Pandangan-pandangan kritisnya selalu dilatari dengan prinsip-prinsip ushul fiqhi yang menjadi bidangnya.

Kepiawaiannya dalam berdakwah ini tentu meninggalkan kesan yang mendalam bagi jamaah-jamaah masjid pada masa tahun 90-an.

Kepergiannya hari ini kepada pangkuan Allah swt, sekali lagi tentu menjadi kesedihan yang mendalam tidak hanya bagi UIN Alauddin Makassar, tetapi warga Makassar, bahkan bangsa Indonesia yang sekarang ini sibuk berdebat tentang calon presidennya.

Tentu cerita tentang Prof Hamka begitu luas, tulisan ini hanya mengurai sekelumit perjalanan beliau yang menjadi memori penulis selama mengenal beliau.

Selamat Jalan guruku Prof Hamka.

Doa doa terbaik menyertai perjalananmu.(*)

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved