Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

1 Keluarga Terkurung di Makassar

Reaksi Plt Lurah Buakana Makassar Soal Warganya 'Terkungkung' Tembok Masjid dan Perumahan

- Plt Lurah Buakana, Siti Rahmiati Alwi bakal memediasi ibu rumah tangga Santi (52) dengan pengurus Masjid Nur Azis.

Penulis: Muslimin Emba | Editor: Sukmawati Ibrahim
Kolase Tribun Timur
Plt Lurah Buakana Siti Rahmiati Alwi ditemui di kantornya Jl Cilallang, Makassar, Rabu (30/8/2023) sore dan aksi Santi saat memanjat tembok saat akan keluar dari rumahnya.  

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Plt Lurah Buakana, Siti Rahmiati Alwi bakal memediasi ibu rumah tangga Santi (52) dengan pengurus Masjid Nur Azis.

Langkah itu diambil setelah Santi dan keluarganya terkurung dalam rumah akibat akses jalan yang tertutup.

"Kebetulan saya sudah turun dengan RT RW berupaya melakukan mediasi ketemu dengan pengurus masjid," kata Siti Rahmiati di kantornya, Rabu (30/8/2023) sore.

"Tapi kebetulan belum bisa hari ini karena (pengurus masjid) keluar kota selama dua Minggu," sambungnya.

Untuk itu kata dia, pihaknya masih berupaya melakukan upaya jalur mediasi untuk menemukan solusi atas persoalan itu.

"Kita masih menunggu waktu menyelesaikan persoalan warga yang tidak akses jalan keluar untuk jalan rumah itu," ujarnya.

Baca juga: Tinggal Diantara Masjid dan Perumahan: Santi Kini Terjebak Tembok, Terpaksa Manjat saat Keluar Rumah

Curhat Santi Terkurung 3 Hari

Nasib memilukan dialami ibu Rumah Tangga (IRT) bernama Santi (52) dan keluarganya.

Warga Jl Cilallang, Kelurahan Buakana, Kecamatan Rappocini, Makassar itu, sudah tiga hari terkurung akibat tidak ada akses jalan keluar dari rumahnya.

Akses jalan rumahnya tertutup tembok tinggi dan bangunan komplek perumahan serta masjid.

Sebelumnya, Santi dan keluarganya mendapat akses jalan di tembok bangunan masjid yang dijebol dan diberi pintu.

Namun, kata Santi, akses jalan untuknya itu ditutup pengurus masjid.

Tepat di samping tembok masjid yang tertutup itu, ada juga akses jalan menuju komplek perumahan.

Baca juga: Sosok Santi Warga Rappocini Makassar, Tengah Meradang Akses Masuk dan Keluar Rumah Ditembok

Namun, pihak perumahan kata dia juga menutup akses jalan dengan susunan tembok bata merah.

"Jalanan ini ditutup pihak masjid sudah tiga hari. Setelah itu ini lagi (akses jalan) yang ke perumahan, baru dua hari ditutup," kata Santi menunjukkan akses jalannya yang sudah tertembok, Rabu (30/8/2023) siang.

Alasan penutupan akses jalan itu kata dia, merusak pemandangan.

"Katanya pihak masjid merusak pemandangan," ujarnya.

Akibat akses jalan yang tertutup, Santi beserta suami, anak dan menantunya harus memanjat tembok bagian belakang rumah dalam komplek perumahan.

Ia dan keluarganya memanjat tembok menggunakan tangga bambu, saat ingin bekerja.

"Sudah tiga hari ini, kita pakai tangga begini kalau saya mau pergi mencuci. Kebetulan ini pemilik rumahnya kasih izin saya lewat di atas," ucapnya.

Suami Santi hanyalah pengepul barang-barang bekas.

Sementara Santi sendiri bekerja sebagai buruh cuci pakaian.

Sebelumnya diberitakan, Viral, rumah satu keluarga di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, terkurung tembok bangunan masjid dan perumahan.

Kejadian itu, diunggah di akun Facebook Info Kejadian Kota Makassar.

Dalam unggahannya, terlihat seorang emak-emak memanjat tembok rumah warga menggunakan tangga bambu.

Tangga bambu itu mengakses ke balkon rumah warga lain yang ada dalam komplek perumahan.

Aksi berbahaya itu terpaksa dilakukan akibat akses jalannya dikabarkan sudah ditutup oleh pengurus masjid setempat.

Kejadian itu, berlangsung di Jl Cilallang, Kelurahan Buakana, Kecamatan Tamalate, Makassar.

Cerita lainnya soal terkurung tembok juga pernah dialami Sugeng (49).

Ia terpaksa mengungsi ke rumah saudaranya.

Warga Jl Toddopuli Raya Timur, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, terpaksa mengungsi lantaran akses jalan ke rumahnya tertutup tembok.

Ia memilih mengungsi lantaran pekerjaannya sebagai penjual ikan terkendala jika harus memanjat tembok tiap harinya.

"Saya harus mengungsi ke rumah saudara di daerah Antang, karena akses kita susah kalau harus memanjat tembok," kata Sugeng ditemui tribun, Jumat (4/2/2022) siang.

"Apalagi usaha saya jual beli ikan, jadi sulit untuk angkat barang kalau harus panjat tembok," sambungnya.

Sugeng mengaku mengungsi sejak dua tahun terakhir atau saat semua aksses jalan ke rumahnya tertutupi tembok.

"Sejak tidak bisa lagi lewat ini, iya dua tahun terakhir. Sama keluarga dengan anak dan istri, ke sini sekedar cek-cek saja," ucapnya.

Sulitnya beraktivitas di luar rumah dengan akses jalan yang tertutup juga dirasakan Yusri (54), satu dari tiga kepala keluarga penghuni rumah yang dikelilingi tembok.

"Tiap hari begini (panjat tembok), sudah dua tahun begini. Kalau ke pasar atau antar jemput anak sekolah pasti panjat tembok," kata Yusri.

Rutinitas panjat tembok itu dilakukan tepat di samping rumahnya.

Yaitu tembok salah satu sekolah yang tingginya sekitar 1,5 meter.

"Mau bagaimana, karena sudah terutup tembok semua. Dulunya ada jalanan tembus ke depan (Jl Toddopuli Raya Timur) tapi sudah ditutup juga," ujarnya.

Paling miris, saat musim hujan melanda.

Pasalnya, tangga kayu yang digunakan memanjat tembok kerap licin dan membuat anaknya terjatuh.

"Itu anak perempuan saya pernah jatuh karena licin itu hari waktu hujan," ungkapnya.

Sekedar diketahui, ketiganya memiliki anak yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama dan menengah atas (SMA). (*)

 

 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved