Umat Buddha Makassar Rayakan HUT ke-1863 Dewa Kwan Kong dengan Sembahyang Bersama

TRIBUN TIMUR.COM, MAKASSAR - Pengurus Yayasan Klenteng Kwan Kong mengadakan acara sembahyang dan doa bersama dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-1863 Dewa Kwan Kong,

Perayaan tersebut berlangsung di Klenteng Kwan Kong, Jl Sulawesi, Makassar, Kamis (10/8/2023) berhasil menarik perhatian banyak umat.

Kelenteng yang merupakan salah satu yang tertua di Makassar ini terlihat ramai dikunjungi oleh umat yang antusias dalam mengikuti rangkaian acara tersebut.

Wakil Sekretaris Yayasan Klenteng Kwan Kong, Miguel Dharmadjie mengatakan HUT ke-1863 Kwan Kong diperingati seluruh umat diseluruh dunia.

"Hari ini kita mengadakan sembahyang bersama dalam rangka bagaimana kita menggerakkan negara dan bangsa kita, terutama Kota Makassar yang kita cintai ini agar senantiasa dalam kehidupan masyarakat bisa hidup dengan baik," kata Miguel Dharmadjie.

Para umat hadir untuk mengambil bagian dalam sembahyang bersama yang diadakan dalam dua sesi berbeda.

Sesi pertama diikuti oleh Pembimas Agama Buddha dari Kantor Kementerian Agama Sulsel serta perwakilan dari Umat Buddha Indonesia (Walubi) Sulsel.

Pada sesi ini, turut hadir Ketua Vihara, Cetiya, dan Kelenteng dari berbagai wilayah di Sulsel. Semua hadir dengan semangat untuk merayakan momen bersejarah ini dan bersama-sama berdoa.

Sesi kedua adalah sembahyang bersama yang diikuti oleh internal pengurus Yayasan Klenteng Kwan Kong.

Setelah rangkaian ibadah, para peserta juga melanjutkan momen kebersamaan dengan acara ramah tamah yang diadakan di lantai 7 Klenteng Kwan Kong.

Tidak hanya sekadar perayaan tahunan, prosesi sembahyang bersama ini menjadi simbol kebersamaan dan penghormatan terhadap tradisi serta nilai-nilai yang dipegang teguh oleh umat Buddha di daerah tersebut.

Acara ini mencerminkan keragaman budaya dan keagamaan yang hidup harmonis di masyarakat Makassar.

Sebagai bagian dari agenda tahunan, perayaan Hari Ulang Tahun Dewa Kwan Kong ini tak hanya memupuk rasa syukur, tetapi juga mempererat ikatan antara umat dan tempat ibadah mereka.

Dengan semangat dan sembahyang bersama, umat Buddha di Sulsel terus menjaga warisan budaya dan keagamaan yang telah berlangsung selama 1863 tahun.