Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Haji 2023

Harapan Jamaah Pangandaran: Layanan Ibadah Bagus, Tapi Lansia Butuh Pendamping Khusus

Seorang jamaah dan ketua kelompok terbang (kloter) dari Pangandaran, Jawa Barat, menyampaikan pendapat dan harapan soal penyelenggaraan haji.

Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Sakinah Sudin
Tribun Timur/ Thamzil Thahir
Mata Udin S Karsudin (69), jamaah asal Cimerak, Pangandaran, Jabar, ini bahkan berair saat mengungkap harapannya. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MADINAH - Di sela-sela menanti pemberangkatan dari Madinah ke Mekah, Kamis (15/6/2023) siang, seorang jamaah dan ketua kelompok terbang (kloter) dari Pangandaran, Jawa Barat, menyampaikan pendapat dan harapan soal penyelenggaraan haji.

"Secara umum, layanan ibadah haji, petugas sudah sangat baguslah," ujar Ketua Kloter 35 JKS, embarkasi Jakarta Bekasi, Mahmud Hidayat.

Ketua Kloter 35 JKS, embarkasi Jakarta Bekasi, Mahmud Hidayat.
Ketua Kloter 35 JKS, embarkasi Jakarta Bekasi, Mahmud Hidayat. (Tribun Timur/ Thamzil Thahir)

Layanan "bagus" itu, jelasnya, terlihat saat jamaah berada di asrama haji, bandara kedatangan di Madinah (AMAA), transportasi, akomodasi, dan layanan ibadah di Masjid Nabawi dan ziarah.

Hanya saja, tambahnya, selama 8 hari layanan di Nabawi, perlu ada pendamping khusus untuk jamaah lansia.

"Banyak jamaah lansia kami, yang belum maksimal ibadahnya karena tak ada pendamping," ujarnya.

Dia mengaku, sepakat dengan usulan Menko PMK Muhadjir Effendy, agar ada insentif khusus bagi jamaah pendamping yang bukan dari keluarga atau kerabat lansia.

Saat meninjau operasi haji di Madinah, awal Juni, menteri senior yang membawahi tujuh kementerian, -- termasuk kemenag dan kesehatan--, mengusulkan insentif atau honorarium itu mulai berlaku musim haji tahun depan.

Harapan adanya sosok pendamping itu, disuarakan langsung jamaah lansia.

Mata Udin S Karsudin (69), jamaah asal Cimerak, Pangandaran, Jabar, ini bahkan berair saat mengungkap harapannya.

"Andai saja istri saya tak meninggal dua tahun lalu, dia akan jadi teman saya selama di sini," ujar jamaah Kloter 35 JKS dari Rombongan 5 dan Regu 5 ini.

Istrinya, Dedeh Suhaena, meninggal dunia, di puncak masa COVID-19, 2021 lalu.

Bersama istrinya, Udin daftar haji di Kemenag Pangadaran, tahun 2012 lalu.

Selama 8 hari di Madinah, Udin mengaku selalu mengingat sang istri.

Apalagi, saat Udin harus memasang pampers, kain pelapis "pipis dan eek", guna mengatasi "penyakit besernya".

"Andai ada pendamping, mungkin saya tak kesepian," ujar mantan kepala SDN Rantobatang, Mekarsari IV, Pangandaran ini.

Sebagai disclaimer, Keduanya dimintai pendapat di waktu berbeda dan posisi terpisah.

Tribun bertemu mereka di selasar blok perhotelan dan Taiba commercial center. (zil)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved