Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Prof Nasaruddin Umar Negarawan Religius

Prof Nasaruddin Umar merupakan sosok intelektual, agamawan, dan birokrat humanis yang pemikirannya berorientasi pada kemanusiaan, demokrasi.

DOK PRIBADI
Imam Besar Mesjid Istiqlal Jakarta, Prof Nasaruddin Umar 

Oleh: Muhammad Rafly Setiawan
(Ketua Umum Forum Milenial Nasaruddin Umar)

TRIBUN-TIMUR.COM - Imam Besar Mesjid Istiqlal Jakarta, Prof Nasaruddin Umar merupakan sosok intelektual, agamawan, dan birokrat humanis yang pemikirannya berorientasi pada kemanusiaan, demokrasi, kesetaraan gender, dan kemajuan bangsa Indonesia.

Hal itu dapat ditelaah dalam karya intelektual yang telah dihasilkannya.

Prof Nasaruddin Umar dalam salah satu artikelnya tentang "Meneladani Kenegarawanan Nabi", menjelaskan tentang pemikiran dan sikap Nabi Muhammad SAW jauh melampaui zamannya.

Bahwa kemudian, Nabi Muhammad SAW bukan hanya mengurusi sosial keagamaan, melainkan juga dalam bidang politik kenegaraan.

Salah satu contoh yang diterangkan ulama kelahiran Bone Provinsi Sulawesi Selatan ini adalah ketika Nabi Muhammad SAW hijrah dari Yastrib (sekarang Madinah) atas undangan Suku Aus dan suku Khazraj.

Dimana Nabi diminta untuk berkumim ke salah satu lingkungan mereka.

Atas permintaan itu, kedua suku tersebut hampir terjadi konflik, untungnya solusi bijak dari Nabi dengan memutuskan berkumim dimana unta yang menemani berhenti.

Unta tersebut berhenti di suatu tempat berbatasan geografis antara suku Aus dan suku Khazraj, yang sekarang diketahui tempat itu kini menjadi mesjid dan makam Nabi.

Dari sinilah, kebijakan Nabi di dalam pembinaan masyarakat yang plural dan meminimalisasi perpecahan di antara sesama.

Imam Besar Mesjid Istiqlal ini juga menjelaskan bahwa Nabi sebagai negarawan tidak terbantahkan.

Dalam sejarah kemanusiaan, Nabi Muhammad SAW tidak tertandingi.

Pengakuan diberikan Michael H Hart dalam buku monumentalnya, The 100 A Ranking of The Most Influential Persons in History, yang menghimpun 100 tokoh terkemuka dan menempatkan Nabi Muhammad di urutan pertama.

Kesimpulannya ialah Nabi menjadi besar tanpa menimbulkan tragedi kemanusiaan.

Kendati demikian, apa yang dituliskan oleh Prof Nasaruddin Umar tersebut merupakan semangat dan pembelajaran utama terhadap pentingnya mendahulukan aspek kemanusiaan untuk mencegah terjadinya tragedi.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved