Opini
AGH Sayyid Thahir Mahdaly
Semasa hidupnya, mendapat amanah sebagai imam Masjid Raya dan Ketua MUIMakassar.
Oleh: Firdaus Muhammad
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin dan Ketua Komisi Infokom MUI Sulsel
TRIBUN-TIMUR.COM - Sosoknya tenang, bicara pelan tapi jelas, sesekali diselingi canda mencerminkan gaya ceramah Anregurutta Haji (AGH). Sayyid Thahir Mahdaly mudah dipahami jamaah.
Semasa hidupnya, mendapat amanah sebagai imam Masjid Raya dan Ketua MUIMakassar.
Dalam wawancara AGH. Sayyid Malik Siraj akhir ramadan lalu, imam rawatib Masjid raya itu berkisah ihwal kedua mertuanya yakni; AGH. Sayyid Thahir Mahdaly dan Syarifah Mariyah.
Keduanya alumni DDI Mangkoso Barru, murid langsung AGH.
Abdurrahman Ambo Dalle, AGH. Amberi Said dan AGH. Abduh Pabbaja.
Sayyid Thahir Mahdaly dilahirkan di Sidrap, tepatnya di Lajonga. Setelah tamat ditempat kelahirannya, ayahnya mengirim belajar di DDI Mangkoso.
Bertemu jodoh di DDI Mangkoso, dijodohkan dengan sepupuhnya saat keduanya mengaji di Mangkoso.
Setelah tamat di Pesantren DDI Mangkoso, melanjutkan pendidikasn di Fakultas Tarbiyah IAIN (UIN) Alauddin akassar tamat bersamaan sang istri pada tahun 1980, beliau lalu mengabdi di Pare-Pare sebagai guru pada SMA 1 kemudian pindah tugas di Kemenag Pare-Pare. Pada tahun 1982 pindah tugas di Kanwil Kemenag Sulsel.
Sejak itu juga mendapat tugas sebagai imam masjid raya makassar hingga wafat dan dilanjutkan menantunya, Sayyid Malik Siraj.
Selain sebagai imam juga aktif memberikan pengajian kitab kuning. Beliau menggantikan Suaeb Madda sebagai imam di
masjid kebangaan masyarakat Sulsel tersebut.
Setelah Sayyid Ali Babud wafat tahun 1992, Sayyid Thahir mendapat tugas mengantikannya termasuk di MUI Makassar. Aktif membina jamaah haji hampir setiap tahun kemudian diikuti sang menantu.
Keilmuannya sangat dalam, menguasai bidang tafsir, hadis hingga fiqhi.
Menurut AGH Sayyid Malik, salah satu kelebihan dan keteladanan AGH. Sayyid Thahir Mahdaly adalah kemampuannya dalam menyapa lawan bicara, setiap orang yang ditemuinya meninggalkan kesan seakan-akan dialah paling dekat dengannya.
Jikasahabatnya akan berpisah selalu berpesan jangan lama karena saya kehilangan kalau anda tidak ada.
Basa basinya mengesankan semua lawan bicaranya. Beliau murah senyum, ramah dan penyayang.
Sementara Syarifah Mariyah aktif mengajar di Pesantren An-nahdlah, saya salah satu murid beliau pada mata pelajaran balaghah.
Beliau sangat menguasai bidang itu, mengajar tanpa buku, mataerinya dihafal luar kepala. Sekalipun untuk menunjukkan ketawadhuannya tetap membawa buku balaghah tapi hampir tidak dilihat lagi.
Piawai memberi contoh dengan cara pengajaran yang mudah dipahami.
Sang istri selalu berusaha menyelesaikan pelajarannya sebelum dhuhur sebab sang suami setia menjemputnya shalat dhuhur berjamaah di masjid raya sekaigus Sayyid Thahir menjalankan tugas sebagai imam rawatib.
Keduanya pasangan saling melengkapi dengan keilmuan mendalam sebagai alumni DDI mangkoso yang sangat mewarnai akhlaknya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.