Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

AGH Mahmud Abbas Wafat

AGH Mahmud Abbas Pendamping AGH Ambo Dalle di Pasukan Qahhar Mudzakkar Wafat, Pikul Kitab di Hutan

Menurut Dr Firdaus Muhammad, AGH Mahmud Abbas wafat di usia 87 tahun. AGH Mahmud ABbas dilahirkan di Pinrang, 5 Juli 1936.

|
Editor: AS Kambie
zoom-inlihat foto AGH Mahmud Abbas Pendamping AGH Ambo Dalle di Pasukan Qahhar Mudzakkar Wafat, Pikul Kitab di Hutan
dok.tribun
AGH Mahmud Abbas. Wafat di Makassar pada 4 Syawal 1444 H/25 April 2023

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Sulsel kehilangan ulama besar lagi. Anre Gurutta Haji (AGH) Mahmud Abbas wafat. Imam Rawatib Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M Jusuf ini menghembuskan napas terakhir pada Selasa (25/4/2023) dini hari.

Jenazah AGH Mahmud Abbas disemayamkan di rumah duka di Jalan Arief Rahman Hakim Lorong Suangga Nomor 48, Tallo, Makassar.

Berita duka itu disampaikan pertama kali oleh Akademisi UIN Alauddin Makassar yang juga penulis Literasi Ulama Tribun Timur, Dr Firdaus Muhammad.

Menurut Dr Firdaus Muhammad, AGH Mahmud Abbas wafat di usia 87 tahun. 

Ustad Nur Maulana berdoa di samping jenazah AGH Mahmud Abbas di rumah duka, Jl Arief Rahman Hakim, Makassar, Selasa (25/4/2023). AGH Mahmud Abbas wafat di usia 87 tahun.
Ustad Nur Maulana berdoa di samping jenazah AGH Mahmud Abbas di rumah duka, Jl Arief Rahman Hakim, Makassar, Selasa (25/4/2023). AGH Mahmud Abbas wafat di usia 87 tahun. (dok.tribun)

Menurut Dr Firdaus Muhammad, AGH Mahmud Abbas wafat di usia 87 tahun. AGH Mahmud ABbas dilahirkan di Pinrang, 5 Juli 1936.

"Ayahnya seorang petani yang memiliki perhatian tinggi pada pendidikan anak-anaknya. AGH Mahmud Abbas
dimasukkan di Pesantren DDI Pinrang untuk tingkat Ibtidaiyah selama 6 tahun," jelas Dr Firdaus Muhammad dalam Literasi Ulama Tribun Timur, Juni 2022. Ketika itu, Dr Firdaus Muhammad menulis tentang AGH Mahmud Abbas dalam rangka hari lahir beliau yang ke-86.

Lanjut Dr Firdaus Muhammad, setelah menyelesaikan pendidikan ibtidaiyah, AGH Mahmud Abbas melanjutkan
pendidikan tingkat Tsanawiyah di Pesantren DDI Ujung Lare di Parepare.

Perjalanan pendidikannya untuk tingkat Ibtidaiyah dan Tsanawiyah, ternyata tidak sama saat melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah.

Awal tahun 1950-an, AGH Mahmud Abbas harus masuk hutan mengikuti pendiri DDI AGH Abdurrahman Ambo Dalle.

Pengalaman mendampingi AGH Abdurrahman Ambo Dalle secara berpindah-pindah itu sangat mengesankan,
kesabaran dan keteguhan serta keikhlasan beliau tetap mengajar di tengah keterbatasan.

Kepada Dr Firdaus Muhammad, AGH Mahmud Abbas pernah mengisahkan perjalanan ritualnya di hutan bersama AGH Abdurrahman Ambo Dallae dalam pasukan DI/TII pimpinan Abdul Qahhar Mudzakkar.

"Sesungguhnya bukan karena Abdul Qahhar Mudzakkar, tetapi mendampingi AGH Abdurrahman Ambo Dalle. Beliau menceritakan betapa perjuangan dilakukan secara berpindah-pindah di berbagai wilayah di Sulawesi Selatan hingga Sulawesi Tenggara," jelas Firdaus Muhammad.

Kisah paling mengesankan saat mendampingi sejumlah ulama yang tergabung dalam pergerakan tersebut, AGH Abdurrahman Ambo Dalle senantiasa memberi pengajian pada setiap daerah persinggahannya.

AGH Mahmud Abbas mendapat tugas memikul sejumlah kitab yang diajarkan Gurutta Abdurrahman Ambo Dalle.

Pengajian beliau diikuti sejumlah ulama yang juga turut memberi pengajian. Diantara ulama, seingat AGH Mahmud Abbas, yang turut bergabung yaitu AGH Abdul Muin Yusuf (Sidrap), AGH Junaid Sulaiman (Bone), AGH Abdurrahman Matammeng, dan AGH Marzuki Hasan.

AGH Mahmud Abbas yang juga seorang hafiz, bahwa sejumlah ulama tersebut turut berpartisipasi dalam pendirian Dewan Perguruan Tinggi (DPT) di salah satu daerah di Kendari. Beliau sebagai sekertaris AGH Abdurrahman Matammeng, jaksa Agung pemerintahan Abdul Qahhar Mudzakkar, sering mendapat tugas mengantar surat dari Sinjai ke Luwu dengan mengendarai kuda. Beliau juga menikah di hutan kisaran Lapri,
Bone.

"Setelah kembali ke kota, beliau menyelesaikan pendidikan di DDI Galesong Makassar tahun 1963, kemudian kuliah di Fakultas Ushuluddin Jurusan Dakwah IAIN Alauddin Makassar. Pernah mendapat amanah sebagai pimpinan Pesantren Darud Dakwah wal-Irsyad (DDI) cabang Galesong Baru, Ujung Tanah, Makassar. Bertugas sebagai imam rawatib al-Markaz al-Islami selama puluhan tahun," jelas Dr Firdaus Muhammad.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved