Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Nagara Institute

Dari FGD Nagara Institute: Sulsel Surplus Terbesar Nasional, Pupuk dan Bibit Jadi Masalah Serius

Sulawesi Selatan menjadi penyumbang beras nasional terbesar alias surplus tertinggi nasional, sementara DKI Jakarta dan Jawa Barat terendah.

Editor: Muh Hasim Arfah
dok Nagara Institute
Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan Nagara Institute, lembaga kajian politik dan pemerintahan berbasis di Jakarta dengan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Rabu (8/2/2023).  

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Sulawesi Selatan menjadi penyumbang beras nasional terbesar alias surplus tertinggi nasional. 

Sementara DKI Jakarta dan Jawa Barat terendah secara nasional. 

Hal ini terungkap dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan Nagara Institute, lembaga kajian politik dan pemerintahan berbasis di Jakarta dengan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Rabu (8/2/2023). 

Akbar Faizal, Direktur Eksekutif Nagara Institute, pada narasi pembukanya mengungkapkan,  pentingnya ketahanan pangan bagi negara dengan penduduk sebesar Indonesia. 

"Kami mengambil inisiatif untuk meneliti pangan berikut problem yang dihadapi terutama oleh situasi rentannya dunia pangan menghadapi guncangan yang secara langsung maupun tak langsung berdampak pada kehidupan kebangsaan, termasuk dunia politik kita,” kata Akbar.

Kerap terjadi Pemerintah tampak gamang dalam pengelolaan kepastian informasi tentang pangan. Akibatnya,angka dan data yang berbeda tersaji ke publik dan membingungkan masyarakat. 

Baca juga: Akbar Faizal Temukan Penyebab Batalnya Deklarasi Nasdem, Demokrat dan PKS, Ali Akui Tak Ada Deal

Keputusan Presiden membentuk badan baru yang khusus bertanggung jawab tentang pangan adalah langkah tepat. Kewenangan besar yang diberikan kepada Badan Pangan Nasional diharapkan menghentikan polemik tidak perlu tentang pangan sebab potensial mengguncang emosi publik.

Arief Prasetyo Adi, Kepala Badan Pangan Nasional, yang hadir langsung di Makassar khusus untuk acara ini memaparkan secara detail apa saja problem berikut langkah-langkah yang dilakukan badan baru ini. 

Meski baru berusia setahun dengan anggaran hanya Rp 103 Miliar, Badan Pangan Nasional berhasil memetakan problem berikut beberapa terobosan di berbagai lini tugas. Salah satunya, menggandeng investor mengatasi problem distribusi dengan pembangunan pelabuhan khusus kerjasama Pemda NTB. 

"Sebanyak 75 persen produksi padi nasional atau  sebesar 41,65 juta ton GKG atau sebesar 23,74 ton beras ini disumbangkan oleh tujuh provinsi dengan produksi padi tertinggi. Yakni Jatim, Jabar, Jateng, Sulsel, Sumsel, Lampung, dan Sumut," ungkap Arief Prasetyo.

Ditambahkannya, walaupun ketujuh provinsi ini memiliki angka produksi yang tinggi, tetapi beberapa masih mengalami defisit beras karena memenuhi kebutuhan sendiri. 

“Sementara untuk Sulawesi Selatan menjadi provinsi dengan surplus paling tinggi," tuturnya. 

Baca juga: Jika Gabung Golkar, Akbar Faizal Bakal Jadi Pesaing Utama Supriansa dan A Rio di Dapil 2 Sulsel

Kepada para peserta FGD yang berasal dari para pengambil kebijakan tingkat provinsi daerah serta komunitas pertanian seperti HKTI, asosiasi pedagang besar, Kelompok Tani Pemuda, hingga Bulog dan Biro Pusat Statistik (BPS) Arief menjabarkan perhitungan surplus/defisit produksi beras nasional hingga triwulan I tahun 2023. 

"Berdasarkan data KSA BPS amatan Desember 2022 proyeksi produksi beras pada bulan Desember 2022 sebesar 1,14 juta ton, Januari 2023 mencapai 1,51 juta ton, dan Februari 2023 mencapai 3,25 juta ton," jelasnya.

Sebelumnya, peneliti senior Nagara Institute, Uka Adi Karya yang juga dosen dan peneliti Universitas Indonesia  menggambarkan situasi pangan yang terjadi di sektor Pertanian dan Pangan di Indonesia.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved