Profil Andi Sudirman Gubernur Sulsel Paparkan Cara Tangani Inflasi ke Tito, Tetap Diajari Mendagri

TRIBUN-TIMUR.COM - Profil Andi Sudirman Sulaiman Gubernur Sulsel yang sempat meningglkan wilayah kerja selama tiga pekan, kini sudah kembali.

Andi Sudirman Sulaiman meninggalkan Sulsel awal Januari, dan baru kembali saat Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian berkunjung ke Makassar pada Jumat 27 Januari 2023.

Di kantor Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman memaparkan program penanganan inflasi di wilayah kerjanya.

Hal itu dikatakan Andi Sudirman saat Tito Karnavian memberikan pengarahan terkait penanganan pemulihan ekonomi dan inflasi di Kantor Gubernur Sulsel.

Dikutip dari sulselprov.go.id, Minggu (29/1/2023) inflasi di Sulsel berdasarkan data terakhir di bulan Desember 2022 berada di posisi 5,77 persen (Year on Year).

Ada tiga komoditi yang memberi andil terbesar dalam inflasi di Sulsel, Bahan Bakar Minyak (BBM), angkutan udara dan telur ayam ras.

"Untuk penanganan inflasi, Pemprov Sulsel telah menyalurkan bantuan sosial termasuk untuk ojek, UMKM dan nelayan, penciptaan lapangan kerja, hingga subsidi sektor transportasi umum," kata dia.

Andi Sudirman juga memaparkan beberapa capaian sektor ekonomi dan kesehatan di Sulsel. Mulai dari ekspor Sulsel yang naik 40,63 persen atau tembus Rp34,44 triliun.

Bantuan program Mandiri Benih yang sukses meningkatkan produksi padi menjadi 5,34 juta ton atau naik 4,92 persen.

Hal ini membuat Sulsel menjadi daerah dengan surplus besar tertinggi di Indonesia.

Sementara itu, Mendagri Tito Karnavian menekankan beberapa hal yang harus dilakukan dalam penanganan inflasi di Sulawesi Selatan.

Menurutnya, Inflasi ini sudah terjadi di beberapa negara.

“Jika inflasi itu dibawah 10 persen artinya masih termasuk ringan, berarti kenaikan barang dan jasa belum terasa.

Sendi-sendi ekonomi masih kuat, tapi jika sudah di angka 11 persen hingga 30 persen berarti sudah masuk sedang dan kenaikan harga mulai terjadi goncangan,” kata dia.

Tito melanjutkan, ketika angka inflasi 31-100 persen artinya sudah masuk di angka berat, sehingga masyarakat merasakan betul dampak kenaikan harga, dan sendi-sendi ekonomi akan terguncang.