Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Liga 1

Sisa Pertandingan Liga 1 2022/2023 Bakal Digelar dengan Sistem Bubble to Bubble, Ini Lokasinya

Sistem bubble to bubble akan diterapkan pada  enam pertandingan sisa putaran pertama Liga 1 2022/2023 berakhir.

Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Muh. Irham
DOK PRIBADI
Pengamat sepak bola, Syamsuddin Umar. 

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM – PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator Liga 1 rencanakan kompetisi bergulir 2 Desember dengan sistem bubble to bubble.

Sistem bubble to bubble akan diterapkan pada  enam pertandingan sisa putaran pertama Liga 1 2022/2023 berakhir.

Lokasinya di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.  

Empat venue disiapkan, Stadion Jatidiri, Semarang, Stadion Maguwoharjo, Sleman, Stadion Sultan Agung, Bantul dan Stadion Moch Soebroto, Magelang.

Setelah itu, putaran kedua Liga 1 akan dilaksanakan dengan sistem home and away kembali.

Pengamat sepak bola, Syamsuddin Umar mengatakan, PT LIB dan PSSI memang perlu menyikapi kelanjutan kompetisi dengan mempertimbangkan berbagai aspek.

Sebab, Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 nyawa menjadi sorotan dunia. Ia khawatir, tragedi serupa bisa kembali terjadi.

“Harus memperhitungkan dari segala aspek, siapa tahu ada terjadi lagi dan  lebih besar dari pada itu (Tragedi Kanjuruhan),” katanya melalui telepon,  Kamis (24/11/2022).

Olehnya itu, dengan opsi sistem bubble to bubble harus diambil sisi positifnya. Menurutnya, PT LIB dan PSSI tidak akan mengambil keputusan untuk merugikan semuanya. Pasti melihat secara keseluruhan.

“Jadi jangan kita apriori, kenapa begini-begini, karena semua klub tidak mau terjadi hal serupa. Sebagai federasi induk organisasi (PSSI) maupun PT LIB harus melihat secara keseluruhan. Harus optimis saja,” tutur eks asisten pelatih Timnas Indonesia ini.

Walau demikian, Syamsuddin Umar tak pungkiri dengan sistem bubble to bubble akan merugikan  klub Liga 1. 

Secara materil, klub  kehilangan pemasukan dari penjualan tiket.

Secara moral, pemain tidak mendapat dukungan langsung dari suporternya di stadion.

“Pasti ada kerugian. Kerugian secara materi, pemasukan, prestise main di home pasti ada. Namun, ini risiko dari pada terjadi lagi kasus seperti di Kanjuruhan,” ujarnya.

Terpenting sekarang, menurut eks Kadispora Sulsel ini adalah kasta tertinggi sepak bola Indonesia bergulir dulu.

Tentu, sistem bubble to bubble akan menjadi tolak ukur nantinya kompetisi kembali berjalan dengan sistem home and away.

“Terpenting sekarang adalah liga bergulir. Ini jadi tolak ukur, lalu kembali lagi normaL dan berhati hati lagi. Karena bukan hanya liga dipikirkan, ada juga timnas dan banyak agenda menanti,” tegas Syamsuddin Umar.  (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved