Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Catatan Bola

Menanti Kemenangan Tim Samba untuk Membalut Luka-luka Politik

Kemenangan Tim Samba, julukan Timnas Brasil, sangat dinanti untuk membalut luka-luka politik yang diderita oleh rakyatnya.

Editor: Sakinah Sudin
dok pribadi/willy kumurur
Willy Kumurur. 

Semua ini memberi pelatih kepala, Tite, berbagai kemungkinan untuk mengatur tim Samba.

Namun, Piala Dunia bukan hanya soal sepak bola.

Kancah politik Brasil sangat panas, di tengah persiapan tim Samba menuju pentas Piala Dunia.

Di penghujung Oktober 2022 yang lalu, rakyat Brasil menuju ke tempat-tempat pemungutan suara dalam Pemilu Brasil untuk memilih pemimpin mereka.

Pilihannya hanya dua: presiden petahana Jair Bolsonaro dan mantan presiden Luiz Inácio Lula da Silva.

Brasil mengalami polarisasi politik akibat persaingan tajam antara dua tokoh tersebut.

Pendukung Bolsonaro menebar hoax yang memojokkan Lula melalui para tokoh agama.

Dalam perhitungan suara paska pemilu, mantan presiden Lula da Silva kembali berkuasa, mengalahkan Jair Bolsonaro dengan selisih sangat tipis.

Empat tahun kepemimpinan yang erosif, diikuti oleh pemilihan yang sangat terpolarisasi, telah membuat masyarakat Brasil terbelah.

Lebih buruk lagi, rakyat Brasil harus menyaksikan kapten tim nasional dan pemain bintang, Neymar, membelakangi lebih dari 30 juta orang Brasil yang kelaparan dan 120 juta orang yang hidup di ambang kerawanan pangan dan mendukung Bolsonaro.

Kolumnis bola The Guardian, Juninho Pernambucano, menulis bahwa Neymar jelas kehilangan kontak dengan akarnya, yaitu mayoritas penduduk yang akan mendukungnya selama Piala Dunia.

Setiap empat tahun, pemilihan presiden dan Piala Dunia bertepatan di Brasil, mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh lanskap masyarakat.

Setelah Piala Dunia Rusia 2018, terjadi pembajakan politik terhadap jersey kuning tim nasional Brasil - jersey yang bersejarah dan sangat dihormati.

Jersey tersebut digunakan untuk meningkatkan gerakan nasionalis Bolsonaro, dan membuat jutaan rakyat Brasil tidak mengakui dan menolak untuk memakainya, bahkan untuk kepentingan di Piala Dunia.

Namun terlepas dari semua ini, masih ada harapan untuk masa depan yang lebih baik, dengan banyak orang di Brasil mendukung tim nasional dan berharap bahwa kesuksesan tim Samba di Piala Dunia akan memulai rekonsiliasi akibat luka baru yang menyakitkan.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved