Cetak Kinerja Positif di Tengah Krisis Ekonomi, Dirut BRI Dinobatkan Jadi CEO of The Year
BRI mengungkapkan, krisis akibat pandemi menjadi momentum titik balik pihaknya untuk mempercepat dan mempertajam transformasi perusahaan.
Penulis: Dwi Nur Hayati | Editor: AMALIA PURNAMA SARI
TRIBUN-TIMUR.COM - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mengungkapkan, krisis akibat pandemi menjadi momentum titik balik pihaknya untuk mempercepat dan mempertajam transformasi perusahaan.
Berkat transformasi tersebut, BRI mampu menjaga fundamental kinerja keuangan secara positif di tengah kondisi perekonomian dunia yang penuh dengan tantangan.
Hal tersebut dibuktikan melalui keberhasilan BRI dalam mencatatkan laba bersih hingga Rp 39,31 triliun atau tumbuh 106,4 persen year-on-year (yoy) dalam sembilan bulan pertama 2022.
Atas kinerja positif perseroan tersebut, Direktur Utama (Dirut) BRI Sunarso dinobatkan sebagai CEO of The Year 2022 dalam ajang Top 100 CEO yang diselenggarakan oleh Majalah Infobank di Jakarta, Rabu (23/11/2022).
Tak hanya itu, BRI juga meraih empat penghargaan dalam ajang tersebut. Penghargaan-penghargaan tersebut diterima oleh Direktur Digital & IT BRI Arga M Nugraha yang didapuk sebagai Top Next Leaders 2022.
Selain Arga, Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu, SEVP Treasury BRI Achmad Royadi, dan EVP Digital Banking BRI Kaspar Situmorang juga dinobatkan sebagai Top Next Leaders 2022.
Sebagai penerima penghargaan CEO of The Year 2022, Dirut BRI Sunarso mengatakan, penghormatan tersebut sepenuhnya didedikasikan untuk seluruh insan BRILiaN atau pekerja BRI.
“Saya dedikasikan penghargaan ini kepada Insan BRILiaN yang telah memberikan kontribusi terbaiknya kepada BRI dan Indonesia,” ucap Sunarso dalam keterangan persnya, Kamis (24/11/2022).
Penghargaan tersebut, lanjut dia, juga dipersembahkan untuk seluruh nasabah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) BRI yang telah berhasil bangkit dari pandemi, serta dapat terus tumbuh dan semakin tangguh
Sunarso mengungkapkan, pihaknya memanfaatkan keberadaan pandemi sebagai momen untuk mempercepat akselerasi transformasi di tubuh perseroan.
“Pandemi merupakan titik balik mempertajam transformasi menjadi BRIvolution 2.0 untuk mencapai visi The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia and Champion of Financial Inclusion pada 2025,” jelasnya.
Adapun visi yang dimaksud, meliputi pendirian Holding Ultra Mikro (UMi) sebagai sumber pertumbuhan baru, mengakselerasi pertumbuhan dana murah atau current account saving account (CASA) atau, dan mempercepat transformasi digital yang dikawal dengan transformasi culture atau budaya.
Dalam masa sulit akibat pandemi, Sunarso menjelaskan, BRI fokus pada transformasi dua area utama, yaitu digital dan budaya.
Transformasi digital, kata dia, dilakukan dengan fokus untuk mendapatkan efisiensi melalui digitalisasi proses bisnis dan menciptakan value atau nilai baru melalui new business model atau model bisnis baru.
Sunarso mengungkapkan bahwa kehadiran BRISPOT merupakan contoh nyata efisiensi digitalisasi proses bisnis.
BRISPOT adalah aplikasi pemrosesan kredit melalui mobile yang digunakan oleh tenaga pemasar (Mantri) BRI
“Dengan BRISPOT, proses booking atau pemesanan kredit mikro (produktivitas) meningkat dari rata-rata Rp 2,5 triliun per bulan menjadi lebih dari Rp 4 triliun per bulan,” tutur Sunarso.
Selain pemesanan, lanjut dia, proses kredit menjadi jauh lebih cepat, dari sebelumnya membutuhkan waktu dua minggu menjadi rata-rata dua hari atau bahkan dapat lebih cepat.
Contoh keberhasilan model bisnis baru
Pada kesempatan tersebut, Sunarso mengatakan, keberhasilan model bisnis baru BRI dapat dilihat dari beberapa aspek.
Pertama, dari transformasi digital. Pada aspek ini, BRI melalui AgenBRILink telah melayani transaksi finansial sebanyak 799.000.000 transaksi, dengan volume transaksi mencapai Rp 963 triliun dalam sembilan bulan.
AgenBRILink merupakan perluasan layanan perbankan tanpa kantor yang diinisiasi oleh BRI. Hingga akhir September 2022, BRI telah memiliki 597.177 agen yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Selain memberikan fee based income atau pendapatan berbasis biaya bagi BRI sebesar Rp 1 triliun, AgenBRILink juga memberikan economic sharing fee atau biaya pembagian ekonomi yang diproyeksikan dapat mencapai Rp 2 triliun sampai Rp 3 triliun,” imbuh Sunarso.
Dengan adanya capaian tersebut, lanjut dia, digitalisasi terbukti mampu mengakselerasi kinerja BRI pada saat pandemi.
Adapun contoh lain dari transformasi digital BRI adalah BRImo, super app yang mampu mencatatkan pertumbuhan signifikan selama pandemi berlangsung.
”Hingga akhir September 2022, tercatat pengguna BRImo telah mencapai 21,5 juta user dengan volume transaksi senilai Rp 1.907 triliun,” ujar Sunarso.
Kedua, dari sisi budaya. Pada aspek ini, BRI melakukan penyelarasan core value atau nilai inti untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) pada pertengahan 2020.
“Sejak diluncurkan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (Menteri BUMN) Erick Thohir pada Juli 2020, BRI langsung mengimplementasikan dan menyelaraskan Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif (AKHLAK) dengan core value perseroan,” ujar Sunarso.
Dari penyelarasan tersebut, ia mengaku, seluruh insan BRIlian saat ini semakin menyadari peran penting mereka dalam memberikan makna bagi Indonesia, baik melalui economic value atau nilai ekonomi maupun social value atau nilai sosial.
Ketiga, dari aspek penyaluran kredit. Total kredit dan pembiayaan BRI Group hingga akhir September 2022 tercatat sebesar Rp 1.111,48 triliun atau tumbuh 7,92 persen yoy.
Portofolio kredit UMKM BRI pada akhir September 2021 tercatat meningkat sebesar 9,83 persen yoy dari Rp 852,12 triliun, menjadi Rp 935,86 triliun pada akhir September 2022.
Hal tersebut menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus meningkat, menjadi sebesar 84,20 persen.
Menurut Sunarso, kinerja positif BRI di tengah kondisi yang penuh tantangan saat ini tidak lepas dari ketepatan strategic response atau respons strategis.
Hal tersebut, kata dia, dibuktikan dari pertumbuhan positif fungsi intermediary atau perantara penyaluran kredit maupun penghimpunan dana masyarakat oleh BRI.
“Kami dapat menjaga sustainability atau keberlanjutan pertumbuhan ini dengan fokus pada aspek likuiditas. Utamanya, pada pertumbuhan dana murah, serta menjaga kualitas aset, dan kredit yang kami restrukturisasi akibat pandemi Covid-19,” ujar Sunarso.
Di samping itu, lanjut dia, BRI juga mampu mencatat pertumbuhan pendapatan berbasis biaya yang semakin baik ditopang dengan peningkatan transaksi digital banking atau perbankan digital BRI berkat transformasi digital yang terus dilakukan secara berkelanjutan.
Kinerja positif lainnya
Dalam hal penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), Sunarso menjelaskan, BRI berhasil mencatatkan kinerja positif.
“Hingga akhir Kuartal III-2022, DPK BRI tercatat tumbuh positif menjadi Rp 1.139,77 triliun. Dana murah atau CASA menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK BRI, yang meningkat sebesar 10,22 yoy,” ucapnya.
Sementara proporsi CASA BRI konsolidasian pada 2022 juga meningkat signifikan sebesar 65,43 persen dibandingkan dengan CASA pada periode yang sama pada 2021, yaitu sebesar 59,60 persen.
Pertumbuhan tersebut, kata Sunarso, memberikan dampak positif terhadap biaya dana atau cost of fund BRI secara konsolidasian mengalami penurunan signifikan menjadi sebesar 1,94 persen.
Sunarso menjelaskan bahwa kinerja positif tersebut tidak terlepas dari upaya BRI merespons krisis melalui transformasi BRIVolution 2.0 yang telah diterapkan sejak awal pandemi Covid-19.
“Melalui transformasi yang bertumpu pada aspek digital dan budaya, BRI mampu menjadi perusahaan yang dapat mengciptakan nilai ekonomi dan sosial bagi seluruh stakeholder,” jelasnya.