Munas HIPMI
Pabrik Uang atau Kerajaan Bisnis Akbar Himawan Buchari Ketua Umum HIPMI Terpilih
Akbar Himawan Buchari mengelola bisnis di berbagai bidang di antaranya sebagai pimpinan perusahaan otobus (PO) Kurnia dengan 250 unit bus armada
TRIBUN-TIMUR.COM -- Akbar Himawan Buchari mengelola bisnis di berbagai bidang.
Di antaranya sebagai pimpinan perusahaan otobus (PO) Kurnia.
Perusahaan Akbar Himawan Buchari itu memilliki armada sekitar 250 unit bus.
Akbar Himawan Buchari juga melakukan pengembangan bisnis ke bidang perkebunan kelapa sawit dan properti.
Akbar Himawan Buchari terpilih sebagai Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia atau HIPMI periode 2022-2025.
Politisi Partai Golkar itu meraih suara terbaik dalam Musyawarah nasional atau Munas HIPMI di Hotel Alila Solo Rabu (23/11/2022) malam.
Anggota DPRD Sumatra Utara Fraksi Partai Golkar
mengalahkan kedua rivalnya Bagas Adhadirgha dan Anggawira.
Akbar Himawan meraih suara terbaiknya sebanyak 92 suara.
Ia unggul atas Bagas Adhadirgha dengan 68 suara serta Anggawira yang tidak mendapat suara sama sekali.
Akbar Himawan Buchari akan melanjutkan estafet kepemimpinan Mardani Maming yang tersandung kasus korupsi di Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK.
Ketiga kandidat bersandingan dan masing-masing telah menerima keputusan yang ditetapkan Munas HIPMI XVII di Hotel Alila Solo tersebut.
Pendiri HIPMI, Abdul Latief pun mengingatkan untuk tetap menjaga kebersamaan.
"Setelah bertanding kita bersanding. Tidak ada yang kalah tidak ada yang menang. Yang menang HIPMI," ungkapnya.
Pabrik Uang atau Kerajaan Bisnis
Akbar sebelumnya merupakan Wakil Ketua Umum BPP HIPMI yang juga menjabat sebagai anggota DPRD Sumatera Utara (Sumut).
Pria kelahiran 25 November 1987 ini sudah malang melintang di organisasi profesi pengusaha terbesar ini.
Sebelum menjabat sebagai Wakil Ketua Umum BPP HIPMI, Akbar pernah mengemban amanah sebagai Ketua Umum BPD HIPMI Sumatera Utara.
Ia sekarang juga menjabat anggota DPRD Sumut dari Fraksi Golkar.
Pada usia yang terbilang muda, ia telah mengelola bisnis di berbagai bidang, di antaranya sebagai pimpinan perusahaan otobus (PO) Kurnia dengan armada sekitar 250 unit bus.
Ia juga melakukan pengembangan bisnis ke bidang perkebunan kelapa sawit dan properti.
Persidangan sempat diwarnai bersitegang.
Bahkan ada yang sampai baku hantam saat sidang baru saja mulai.
Namun, dari berbagai upaya mediasi berhasil dilakukan dan pihak yang terlibat sepakat untuk berdamai.
"Kemarin berbagai pihak sudah meminta maaf mengutamakan kebersamaan tidak akan menempuh jalur hukum," jelas Ketua Organizing Committee (OC) Munas HIPMI XVII, Muhammad Ali Affandi. (*)
Rekam Jejak
Akbar Himawan Buchari pria kelahiran Medan-Sumut atau sekampung dengan Bobby Nasution Menantu Jokowi.
Kehidupan di masa muda bisa dibilang cukup berbeda dengan anak muda pada umumnya.
Ia sudah harus berjibaku dengan serentetan bisnis mulai dari transportasi, perhotelan, perkebunan, properti hingga bidang konstruksi.
Otobus Kurnia, Hotel Swiss Bell In Gajah Mada dan Hotel Saka di Kota Medan ia kelola sejak masih muda.
Sejak kepergian ayahnya, Akbar dipaksa keadaan untuk meneruskan posisi ayahnya sebagai pebisnis.
Ia berpikir keras dan gigih belajar bisnis meski usianya masih menginjak 10 tahun.
Akbar harus merasakan asam garam kehidupan sejak usia dini.
Tak hanya menghadapi dilema kehidupan, namun juga menghadapi konflik bersenjata hingga tsunami.
"Mungkin kalau ayah masih hidup, saya sekarang baru lulus S2 dan baru belajar bisnis. Tapi, kenyataannya tidak seperti itu," terang Akbar Himawan Buchari.
Akbar Himawan menjabat Waketum BPP HIPMI periode 2019-2022.
Selain sebagai pengusaha, Akbar Himawan Buchari juga menekuni profesi sebagai politisi.
Ia memilih Partai Golkar sebagai partai politiknya.
Saat ini ia menjabat anggota DPRD Sumatra Utara Fraksi Partai Golkar.
Akbar Himawan Buchari juga menjabat Ketua Umum Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) Sumatera Utara.
Pada awal pandemi Covid-19 lalu, Akbar Himawan didaulat sebagai Ketua Pansus Covid-19 DPRD Sumut.
Kehidupan remaja Akbar mulai berubah ketika Ayahnya, Buchari Usman, menjadi salah satu korban kecelakaan pesawat Garuda Indonesia, GA-152 di Desa Buah Nabar, Kab. Deli Serdang (sekitar 32 km dari Bandara Polonia, Medan) pada 1997 silam.
Sejak saat itu, untuk sementara bisnis ayahnya dipegang kendali oleh pamannya.
Hingga pada tahun 2004, ketika Akbar duduk di bangku SMA, ia bergabung di perusahaan ayahnya dan ikut membantu serta mengembangkan bisnis keluarganya.
Meski perusahaan tersebut milik keluarganya, tak lantas Akbar menduduki jabatan penting secara instan.
Melainkan ia mulai dari menjadi seorang mekanik, lantaran selalu teringat pesan mendiang ayahnya.
"Pengusaha transportasi memang harus mengerti mesin. Sebab, itu adalah inti bisnis tersebut," katanya mengingat perkataan sang ayah.
Berkat pengalamannya sejak masih muda, Akbar menjadi peka dalam membaca setiap situasi dan kondisi dalam bisnisnya.
Kegigihan pulang sekolah langsung menjalankan peran membantu para mekanik di pangkalan bus berbuah manis.
Menjalani sebuah bisnis, tentu tidak selalu mulus.
Ada banyak rintangan serta ujian yang menerpa Akbar dalam menjalani bisnisnya, di antaranya adalah kondisi keamanan Aceh yang sempat kritis karena terjadi konflik bersenjata antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan TNI.
Pada saat itu, perusahaan yang dijalankannya tak luput dari intimidasi sejumlah oknum. Bahkan, banyak bus otobus miliknya yang dibakar.
"Ada sekitar 20 bus yang dibakar. Tapi, sampai sekarang tidak jelas siapa yang membakar. Kami hanya tahu itu ulah oknum-oknum yang tidak jelas," tuturnya.
Meski begitu, bus-bus yang masih dalam keadaan baik tetap melayani rute Medan-Banda Aceh. Tak berhenti sampai di situ. Ketika bencana tsunami menerjang, bisnisnya pun tak luput dari bencana.
"Ketika tsunami menghantam Serambi Makkah, sekitar 50 bus di pool Banda Aceh terkena dampaknya. Pagar pool juga terseret arus sampai ke jalan raya. Di tengah kondisi seperti itu, ia harus cerdas ambil kendali ia harus mengatur anggaran dengan cermat. Bahkan, membangkitkan semangat para kru bus," imbuhnya.
"Dihimpit oleh keadaan yang cukup sulit, di pool bus sampai dibangun dapur umum. Namun, tsunami justru menjadi semacam blessing in disguise alias berkah tersamar. Sebab, setelah gelombang itu pergi dan kondisi berangsur-angsur normal, bisnisnya semakin terangkat dan mulai normal karena banyak orang yang mengunjungi Aceh," kata Akbar.
Pun begitu, Akbar tak pernah putus asa menjalankan bisnisnya yang mungkin saja suatu ketika akan kembali mengalami kesulitan.
Sebab ia sudah kenyang dengan pengalaman dan sudah mempelajari apa saja yang harus dilakukan ketika menemui kesulitan. Bahwasanya, setiap proses tidak akan pernah menghianati hasil.
"Krisis dan ujian datang silih berganti menerpa usaha yang dijalani tapi tetap bisa dilalui. Kerikil-kerikil tajam itu pun akhirnya membentuk siapa kita hari ini dan menjadi pebisnis tangguh," pungkas Akbar Himawan Buchari
Dalam pencalonannya sebagai Ketua Umum BPP HIPMI, Akbar membawa lima nilai dan komitmen.
Ia mengusung lima nilai yang ia bungkus dengan akronim sesuai namanya yakni aksi nyata, kolaborasi, berkarya bersama, adaptif, dan responsif.
Akbar bersama Hipmi ingin melahirkan pengusaha muda yang mandiri, modern dan bermanfaat untuk kemandirian ekonomi Indonesia. Selain itu, Akbar juga melihat perlu adanya sekretariat permanen BPP Hipmi.
“Kami membawa misi hal yang fundamental kami ingin berbenah menyiapkan sekretariat permanen BPP Hipmi ke depan,” kata Akbar.
Ketiga, meningkatkan kualitas sistem pengkaderan Hipmi jenjang kader dan kariernya. Keempat, membuka akaes permodalan yang terintegrasi melalui Bank Hipmi. Penyediaan akses permodalan ini menurutnya juga harus disertai dengan kolaborasi stakeholder.
Kelima, menyempurnakan sistem IT melalui pengoptimalan Hipminet yang menjadi aplikasi forum jejaring bisnis di Indonesia.