Muhammadiyah
Prof Irwan Akib Buat Sejarah, Prof Ambo Asse: Bukan Hanya untuk Sulsel tapi Indonesia Timur
Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, Prof Irwan Akib MPd terpilih dalam 13 pimpinan pusat Muhammadiyah di Jawa Tengah.
TRIBUN-TIMUR.COM- Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, Prof Irwan Akib MPd terpilih dalam 13 pimpinan pusat Muhammadiyah di Auditorium KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (20/11/2022).
Terpilih Prof Irwan menjadi sejarah baru Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah.
Setelah 110 tahun berdiri, akhirnya perwakilan Kawasan Timur Indonesia (KTI) masuk dalam 13 formatur Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar memang sudah lama malang melintang di dunia pendidikan Muhammadiyah.
Ia sempat menjadi Ketua Jurusan Pendidikan Matematika, ia kemudian menjadi wakil rektor 1.
Selanjutnya, ia menjabat pelaksana Rektor Unismuh Makassar selama 11 tahun.
Baca juga: Ambo Asse: Kita Bersyukur Ada Perwakilan Indonesia Timur Masuk Formatur PP Muhammadiyah
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, Ambo Asse mengungkapkan rasa syukurnya atas terpilihnya Irwan Akib
“Alhamdulillah. Kita bersyukur bahwa pada Muktamar ini, ada perwakilan dari Indonesia Timur yang masuk ke dalam formatur, yaitu Prof Irwan Akib,” kata dia.
Ambo Asse melanjutkan, harapan dari Indonesia Timur berada di tangan Irwan Akib.
Hal ini ia sampaikan saat ditemui seusai penghitungan suara untuk 13 formatur PP Muhammadiyah, Ahad, 20 November 2022 dinihari, di
“Semoga Prof Irwan amanah. Harus ditekankan bahwa Prof Irwan bukan hanya untuk Sulsel, tapi Indonesia Timur, dan selanjutnya untuk Muhammadiyah di seluruh penjuru,” kata Ambo.
Sementara itu, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, Syaiful Saleh menyebut masuknya Irwan Akib adalah sejarah baru Persyarikatan. “Sudah ada dari Indonesia Timur, semoga Prof Irwan bisa menjalankan amanah, tugas dengan baik. Insya Allah,” ungkap dia.
Sebagai Ketua Badan Pembina Harian (BPH) saat Irwan Akib memimpin Unismuh Makassar, Syaiful Saleh mengaku tidak ragu dengan kapabilitas Irwan Akib.
Irwan dikenal sebagai sosok pekerja keras dan bertangan brilian.
Irwan sudah kerja nyambi sejak SMP pada seorang tukang pembuat kursi pentil.
Pada pembuat kursi pentil itu, Ia bekerja sebagai tukang cat.
Sebenarnya, ia sempat tidak diizinkan oleh orang tuanya untuk lanjut studi karena biaya terbatas.
Beruntung, ia meyakinkan diri dan orang tuanya bahwa dirinya bisa kuliah sambil bekerja.
Terbukti, sejak tahun kedua kuliahnya, ia telah bekerja sebagai asisten dosen dan pengajar di SMA Muhammadiyah dan SMA PGRI, keduanya terletak di Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Sulsel.
Tidak hanya itu, selain belajar dan mengajar, setiap subuh dirinya harus membantu sang nenek mendorong gerobak berisi jualan pakaian dari rumah sampai pasar itu.
Selain belajar, asisten dosen, dan mengajar, Irwan juga sibuk menjadi instruktur Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Kala itu, semua mahasiswa Universitas Negeri Makassar mengenal Irwan sebagai IMMawan UNM.
Ia juga adalah aktivis Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM). Jabatannya, adalah sekretaris.
Karier Akademisi
Karier Irwan Akib di universitas bermula dengan menjadi dosen PNS di Unismuh. Perjalanan itu tidak mudah.
Pertama dia menjadi ketua jurusan Matematika. Selanjutnya, ia diminta menjadi Pembantu Dekan (PD) 1 FKIP Unismuh.
Ia menggantikan pejabat sebelumnya yang pergi sekolah namun lama kembali. Saat pejabat PD 1 itu pulang, Irwan kembali menjadi ketua jurusan.
Tidak lama menjadi ketua jurusan, Irwan diangkat menjadi PD 1 lagi. Selama menjadi PD 1, ia lalu kuliah S3.
Sepulang Irwan S3, pejabat Dekan FKIP Unismuh Ashabul Kahfi (yang kini Ketua Komisi VIII DPR RI) mengundurkan diri.
Irwan pun dimintai untuk menggantikan Kahfi. Setelah jadi Dekan FKIP selama sembilan bulan, ia pun diangkat lagi menjadi Pembantu Rektor (PR) 1 Unismuh Makassar.
Baru dua bulan dilantik menjadi PR1, pejabat rektor wafat. Ia lalu diangkat menggantikan rektor yang meninggal tersebut.
Selama menjabat rektor inilah, sejumlah Prof Irwan menghadirkan inovasi. Alhasil, Universitas Muhammadiyah Makassar menjadi kampus swasta favorit di Indonesia Timur.
Ia pun menggagas bangunan 18 lantai bernama Menara Iqra, Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah.
Ia pun sukses menggelar Muktamar ke 47 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di Unismuh Makassar tahun 2015 lalu.(*)