Jusuf Manggabarani Jadi Guru Kombes Budhi Haryanto Kawal Kerawanan Makassar
Bagi Kombes Budhi Haryanto, Jusuf Manggabarani (2010-2011) adalah sosok yang mengenalkan dinamika dan karakter kriminalitas di Makassar
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Ari Maryadi
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Budhi Haryanto (49) mengungkapkan dia mengenal dinamika kerawanan level keamanan, ketertiban masyarakat (Kamtibmas) di Kota Makassar, Sulawesi Selatan ( Sulsel ) sejak 1997 atau 25 tahun lalu.
Dia menyebut, mantan Wakapolri Komjen Pol (Purn) Jusuf Manggabarani (2010-2011) adalah sosok yang mengenalkan dinamika dan karakter kriminalitas di ibu kota provinsi Sulsel ini.
"Saya tugas pertama di Makassar, saat kerusuhan SARA tahun 1997. Saat itu, saya perwira unit Gegana (Brimob) Kelapa Dua," kata Kombes Pol Budhi Haryanto dalam acara Diskusi Jurnalis bertema "Bagaimana Makassar Jelang Pemilu 2024?" di Sekretariat Aliansi Jurnalis Independen ( AJI ) Kota Makassar, Jl Raya Pendidikan II, Rappocini, Makassar, Kamis (17/11/2022) sore.
Kapolrestabes dipanel dengan anggota Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) AJI Makassar Reni Sri Ayu (jurnalis KOMPAS) dan dimoderatori Isak Pasabuan.
Baca juga: AJI Makassar dan Kombes Budhi Haryanto Bahas Pola Pengamanan Humanis Menuju Pilpres 2024
Kombes Pol Budhi Haryanto baru 11 bulan tugas di Makassar.
Sebelumnya dia adalah Kasubdit V Direktorat Tindak Pidana Tertentu (Ditipiter) Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Polri.
Dikisahkan, medio September 1997 atau 25 tahun lalu, ia di-BKO-kan ke Makassar.


Tugasnya darurat, mengamankan rusuh SARA yang menimpa etnis Tionghoa di Ujungpandang, 15 September 1997.
Pemicunya kematian bocah Anni Mujahidah Rasuna (9 tahun), putri dosen IAIN Alauddin Jubaedi Saleh dan Noer Huda Noor yang dibacok Benny Karae, psikopat atau ODJ warga Jl Kumala, selatan kota.
Benny dan keluarganya jadi sasaran amuk massa.
Dia meninggal di RS Bhayangkara, Jl Mappaouddang, Makassar.
Pangdam VII/Wirabuana kala itu Mayjen TNI Agum Gumelar, Gubernur Sulsel Zainal Basri Palaguna, Kapolda Sulsel Brigjen Ali Hanafiah, Wali Kota Ujung Pandang Malik B Masry berjibaku meredam keberingasan massa yang tersulut emosi.
Eskalasi kasus kriminal itu memicu penjarahan dan konflik berbau SARA ini merusak dan membakar 1.535 rumah toko, 77 mobil dan 155 sepeda motor hangus dibakar massa. Kerugian material kala itu, ditaksir Rp17,5 miliar.
"Hampir sebulan Makassar tegang, jalan sepi, dan isu massa sudah rasialis," kata Kombes Pol Budhi Haryanto mengenang.
Menurutnya, bersama 20 personel pasukan elite Polri dari Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, diterjunkan ke Makassar bersama 10 unit motor trail.
Kala itu, dia bertugas sebagai komandan unit satuan Gegana Brimob.
"Kami hanya enam orang, sisanya sniper dan pasukan perintis antihuruhara dan tidur di aula Mapolwiltabes," ujarnya.
Jusuf Manggabarani kala itu adalah atasan langsung Kombes Pol Budhi Haryanto.
Jabatan Jusuf Manggabarani adalah Komandan Detasemen (Danmen) I Pusat Brigade Mobil (Brimob) Polri.
Sebulan setelah meredam konflik itu, Jusuf Manggabarani dilantik menjadi Kapolwiltabes Makassar, Oktober 1997.
"Kami banyak belajar dari Jenderal Jusuf Manggabarani saat itu. Tegas, disiplin dan tahu emosi orang-orang sekampungnya," tuturnya.
Pascarusuh SARA, Jusuf Manggabarani kemudian dipromosi jadi Wakapolda Sulsel lalu jabat Kapolda Sulsel, dan Irwasum Polri.
Jusuf Manggabarani pensiun dengan jenderal bintang tiga, setelah menjabat Wakapolri.
Selepas konflik, Kombes Pol Budhi Haryanto balik ke Mako Brimob dan menjabat Danki di Kor Brimob Kelapa Dua.
Kepada Tribun-Timur.com, terpisah Kasie Humas Polrestabes Makassar AKP Lando K Sambolangi, merinci jabatan komandannya.
Menurut AKP Lando K Sambolangi, selepas dari pasukan organik Polri, perwira Akpol 1991 ini menjabat Kasat Reskrim Polrestabes Medan, Wakapolres Labuan Batu, di Sumut.
Selepas dari Sumatera Utara, Kombes Pol Budhi Haryanto dipromosi menjadi Kasat Jatanras Polda Jateng, lalu Kapolres Boyolali,
Kapolres Pati, Wadirkrum, Kabid Propam, Dirkrimum, dan Dirkrimsus semua di Polda Jateng.
Dalam forum diskusi itu, Kombes Pol Budhi Haryanto bercerita bekal pengalaman lapangan dan leadership dari Puang Ocha, sapaan Jusuf Manggabarani.
Kombes Pol Budhi Haryanto selama di Makassar, relatif bisa menjalankan amanah.
Aksi penolakan demo 3 periode Presiden Jokowi yang semula disusupi, bisa diatasi.
Lalu, rangkaian demo penolakan kenaikan BBM subsidi memberinya banyak pelajaran.
Di hadapan sekitar, 30-an jurnalis media nasional dan lokal, Kombes Pol Budhi Haryanto juga menyebut, Makassar selalu masuk pantauan keamanan level satu.
Kasus kriminal jalanan, disebut juga sebagai dinamika ketertiban warga kota berpenduduk 2,1 juta jiwa ini.
"Karena faktor ekonomi, sosial dan pendidikan, di Makassar ini 10 ribu potensi anak-anak Makassar berpotensi lakukan penjarahan. Makanya kami lakukan pendekatan humanis, dan komunikatif dengan program inovasi yang kami istilahkan Restorative Batiniah," ujarnya.(*)
Baca berita terbaru dan menarik lainnya di Tribun-Timur.com via Google News atau Google Berita