Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Rusia vs Ukraina

Ibu Kota Kiev dan Sejumlah Wilayah Diserang Lagi Rusia, Ukraina Krisis Listrik

Wali Kota Kiev Vitali Klitschko menyebut separuh ibukota Kiev padam karena kurangnya pasokan energi.

Editor: Sudirman
Youtobe Tribun Timur
Militer Rusia kembali melancarkan serangan besar-besaran ke ibu kota Kiev dan sejumlah wilayah Ukraina, 15 November. Serangan menyasar fasilitas fasilitas militer dan infrastruktur Ukraina. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Militer Rusia kembali melancarkan serangan besar-besaran ke ibu kota Kiev dan sejumlah wilayah Ukraina, 15 November.

Serangan menyasar fasilitas fasilitas militer dan infrastruktur Ukraina.

Wali Kota Kiev Vitali Klitschko menyebut separuh ibukota Kiev padam karena kurangnya pasokan energi.

Serangan rusia lebih besar dibanding serangan sebelumnya.

Kali ini serangan rudal jarak jauh diiringi datangnya drone tempur.

Rusia menargetkan infrastruktur energi Ukraina dalam serangan rudal "besar-besaran", Kiev mengumumkan pada hari Selasa.

Serangan itu terjadi kurang dari sehari setelah Presiden Volodymyr Zelensky menetapkan syarat untuk pembicaraan damai dengan Rusia yang oleh Moskow disebut "tidak realistis dan tidak memadai".

Pasukan Rusia "meluncurkan 85 serangan rudal ke Ukraina," kata Zelensky dalam pidato darurat pada Selasa malam.

Kantornya menyebut situasi setelah serangan itu "kritis", menambahkan bahwa sebagian besar serangan menargetkan fasilitas di tengah dan utara negara itu.

Situasi di Kiev sangat sulit, menurut wakil kepala administrasi kepresidenan, Kirill Timoshenko.

"Penyedia energi Ukraina melakukan pemadaman listrik darurat untuk menghindari kegagalan sistem energi," tambahnya.

Kyiv, Zhytomyr, Ternopil, Lvovskaya, Odessa, Kharkov, Zaporozhye, Rivne, Volynskaya, Dnepropetrovsk diserang rusia.

Juru bicara militer Rusia Letnan Jendral Igor Konashenkov menyebut serangan menyasar target militer dan energi ukraina.

Target tepat sasaran, kata Igor dalam pernyataan resminya.

Awal Mula Konflik Rusia vs Ukraina

Konflik Rusia Ukraina memasuki hari 153 Jumat (4/11/2022).

Rusia menyerang Ukraina dalam apa yang bisa menjadi awal perang di Eropa atas tuntutan Rusia untuk mengakhiri ekspansi NATO ke arah timur.

Invasi Rusia terjadi 24 Februari 2022 lalu.

Perang antara Ukraina dan Rusia bermula karena munculnya konflik di antara keduanya. Situasi mulai tidak terkendali sejak awal 2021.

Pada Januari 2021, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mendesak Presiden Amerika Serikat, Joe Biden untuk membiarkan Ukraina bergabung dengan NATO.

Hal ini membuat marah Rusia dan akhirnya mulai mengirim pasukan di dekat perbatasan Ukraina untuk "latihan" pada musim semi tahun lalu dan meningkatkannya selama musim gugur.

Pada Desember 2021, Amerika Serikat juga mulai memperingatkan pengerahan pasukan Rusia.

Presiden Biden memperingatkan sanksi berat jika Rusia menginvasi Ukraina.

Sementara itu, Rusia menuntut agar Barat memberikan jaminan yang mengikat secara hukum bahwa NATO tidak akan mengadakan kegiatan militer apa pun di Eropa Timur dan Ukraina.

Presiden Rusia, Vladimir Putin mengklaim Ukraina adalah boneka Barat dan bagaimana pun tidak pernah menjadi negara yang layak.

Dikutip dari Instagram @bbcnews, pemerintah Rusia pun memilih untuk menyerang Ukraina, yang resmi disampaikan oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin sejak kemarin (24/2/2022).

Putin resmi menginvasi Ukraina dalam skala penuh dan mengumumkan invasi tersebut dalam pidato yang disiarkan televisi.

Rusia melancarkan serangan militer besar-besaran di negara Ukraina, melintasi perbatasannya dan membom sasaran militer.

Dikatakan bahwa tujuan serangan Rusia ke Ukraina adalah untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" Ukraina.

Putin juga menegaskan bahwa siapa pun yang mencoba ikut campur akan mendapat balasan yang akan "mengakibatkan konsekuensi yang belum pernah dialami dalam sejarah".

Sejarah Ketegangan Rusia vs Ukraina

Ini bukan pertama kalinya ketegangan antara Rusia dan Ukraina terjadi dan memuncak.

Rusia telah menginvasi Ukraina pada 2014 ketika pemberontak yang didukung oleh Presiden Putin telah merebut sebagian besar wilayah timur Ukraina dan telah memerangi tentara Ukraina sejak saat itu. Pada saat itu, Rusia telah mencaplok Krimea.

Sebagai bekas republik Soviet, Ukraina memiliki ikatan sosial dan budaya yang mendalam dengan Rusia, dan bahasa Rusia digunakan secara luas di sana, tetapi sejak Rusia menginvasi pada 2014, hubungan tersebut telah rusak.

Dikutip dari ndtv.com, Rusia menyerang Ukraina ketika presidennya yang pro-Rusia digulingkan pada awal 2014 dan perang di timur itu telah merenggut lebih dari 14.000 nyawa.

Rusia dan Ukraina telah menandatangani perjanjian damai Minsk untuk menghentikan konflik bersenjata di Ukraina timur, termasuk wilayah Donbas.

Namun karena konflik terus berlanjut, Rusia menyatakan akan mengirim pasukan ke wilayah di mana konflik sedang terjadi.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved