Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Memilih Damai

Pengalaman Cebong vs Kampret, Iqbal Latief Ingatkan Efek Pemilu yang Panjang

Diskursus Politik semakin hangat jelang Pemilu 2024. Meski masih dua tahun lagi, pergerakan partai politik (Parpol) mulai terasa di tahun 2022.

Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Muh. Irham
Tribun Timur/Faqih
Diskusi tentang tema "Jawa adalah kunci pemilu 2024" di Aula Prof Syukur Abdullah, FISIP Unhas 

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Diskursus Politik semakin hangat jelang Pemilu 2024. Meski masih dua tahun lagi, pergerakan partai politik (Parpol) mulai terasa di tahun 2022.

Hal ini pun mendapat perhatian khusus dari Akademisi Unhas, Dr Iqbal Latief dalam diskusi tentang tema "Jawa adalah kunci pemilu 2024" di Aula Prof Syukur Abdullah, FISIP Unhas, Senin (14/11/2022).

Ia menyebut kondisi politik Indonesia ada di masa transisi demokrasi.

"Kita berada di posisi transisi demokrasi, Karena isu kebebasan, semua kelompok sosial  ingin terlibat dalam proses demokrasi dengan cara membangun partai politik," ujar Dr Iqbal Latief.

Banyaknya jumlah Parpol menurutnya membuat peran parpol tidak pernah ideal.

"Itulah kenapa parpol tidak pernah ideal, kita terlalu banyak partai politik. Waktu awal reformasi asa 48 parpol ikut pemilu," ujar Akademisi Unhas ini.

"Sekarang sekitar 20 parpol diverifikasi KPU. Ini adalah persoalan serius yang dihadapi," lanjutnya.

Dengan jumlah tersebut,Dr  Iqbal Latief mengingatkan agar efek pemilu tidak berdampak panjang.

Ia pun berkaca pada pemilu 2019 yang dinilai masih terasa jelang pemilu 2024 ini.

"Terpenting, jangan sampai pemilu menciptakan garis yang cukup panjang dan lama," ujar Dr Iqbal Latief.

"Kita punya pengalaman 2019, Cebong dan Kampret yang kelihatan feelnya masih terbawa sampai sekarang," lanjutnya.

Menurutnya, pendekatan harmoni dan keseimbangan dalam berpolitik harus terus dijunjung.

Sebab, keharmonisan politik dinilai bisa berdampak pada sektor lainnya.

"Jawa adalah kunci adalah realitas sosial. Tapi dalam konteks Indonesia kita selalu menggunakan pendekatan harmoni, keseimbangan," Jelas Dr Iqbal Latief

"Karena itu kalau presidennya lahir di Jawa, maka wakilnya berasal dari timur. Kalau ini terjadi akan menciptakan kondisi harmoni. Karena keharmonisan politik akan berefek ke sektor ekonomi dan lainnya," tutupnya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved