Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Dihadiri Deretan Tokoh Penting, YARI dan IKA Unhas Gelar Bedah Buku Aldera di Makassar

Yayasan Anak Rakyat Indonesia bersama Ikatan Alumni Universitas HasanuddinKota Makassar mengadakan kegiatan bedah buku Aldera.

TRIBUN-TIMUR.COM
Bedah Buku Aldera, Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999 menghadirkan sang penggagas, Pius Lustrilanang. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Meningkatkan minat baca masyarakat, Yayasan Anak Rakyat Indonesia (YARI) bersama Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin (IKA Unhas) Kota Makassar.

Mengadakan kegiatan bedah buku Aldera, Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999 yang bertemakan "Dinamika Diplomasi Indonesia dalam Perspektif Hukum dan Hubungan Internasional".

Kegiatan ini berlangsung di Mahoni Hall, Hotel Claro Jl AP Pettarani, Jumat (11/11/2022).

Dalam acara bedah buku tersebut dihadiri berbagai tokoh penting yang menjadi narasumber yakni Rektor III UNM Makassar, Prof Hasnawi Haris.

Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Hamdan Juhannis, Wakil Rektor III Unhas era reformasi, Prof Amran Razak, serta Aktivis AMPD, Akbar Endra.

Hadir pula Ketua DPC PDIP Makassar, Andi Suhada Sappaile, Wakil Ketua Komisi D dari fraksi Gerindra, Kasrudi SH MH, Anggota Komisi B dari fraksi PKS, Azwar dan Anggota DPRD Kota Makassar, Rachmat Taqwa Quraisy.

Buku Aldera bercerita tentang gerakan pemuda di rezim orde baru. Pius Lustrilanang dalam buku Aldera menjelaskan bahwa gerakan ini dibentuk khusus untuk membangun kekuatan mahasiswa untuk mengejar demokratisasi di Indonesia.

Ketua Panitia Bedah Buku Aldera sekaligus Ketua (YARI), Rudianto Lallo mengatakan acara bedah buku yang diinisiasi IKA Unhas ini diadakan sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada aktivis 98 yang sudah memperjuangkan negeri ini dari era otoriter pada masa orde baru.

"Reformasi bisa terjadi berkat aktivis 98 dari Aldera. Beliau diculik sehingga menjadi pemicu mahasiswa bergerak secara massif." pungkas Rudianto.

Menurutnya peristiwa ini harus disebarluaskan kepada seluruh masyarakat Indonesia.

"Peristiwa ini harus kita kabarkan bahwa pernah ada peristiwa 98. Sehingga kebebasan yang dirasakan hingga hari ini karena aktivis 98." jelasnya.

Sementara Ketua DPC PDIP Makassar, Andi Suhada Sappaile menyampaikan bahwa dalam buku Aldera banyak diceritakan momen bersejarah yang dimana Aldera ikut andil di dalamnya.

"Pada intinya buku ini memang berisi tentang reformasi kemarin dimana penulisnya Pius Lustrilanang lewat Aldera bisa berjuang bersama mahasiswa-mahasiswa dikala itu dalam menumbangkan rezim orde baru dan banyak lagi sepak terjang mahasiswa tahun 1993-1998 yang dikupas tuntas dalam buku ini." terangnya.

Sebagai mantan aktivis, Anggota DPRD Kota Makassar, Rachmat Taqwa Quraisy mengatakan bahwa semangat reformasi harus selalu dijaga.

"Hal itu baik untuk merefleksi fikiran kita bahwa apa yang kita capai hari ini berkat senior-senior kita di tahun 1998, oleh karena itu kita harus tetap menjaga semangat ini bukan hanya di pemerintahan kota tetapi juga di nasional. Apalagi di tengah kemajuan teknologi dan kemajuan zaman kita tidak bisa melupakan apa yang terjadi kemarin bahwa jiwa nasionalisme itu harus selalu ditanamkan." ucapnya

"Karena kita hidup di Indonesia artinya apapun tingkah laku kita harus ada efek ke negara ini. Mesti ada reformasi jilid 2. Reformasi jilid 2 ini dalam artian kita tetap menjaga semangat itu, kita tetap mengawal pemerintah dengan baik, karena sudah beda zaman, kita harus beradaptasi." tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi D, Kasrudi SH MH memberikan ucapan selamat kepada Ketua Panitia Pelaksana Bedah Buku Aldera.

"Selamat kepada ketua pelaksana. Semoga apa yang dicita-citakan oleh panitia pelaksana kemarin khususnya Yayasan Anak Rakyat Indonesia agar para pemuda pemudi Indonesia bisa tahu bagaimana cara demokrasi itu terbentuk. Sehingga ada kreasi di tahun-tahun berikutnya untuk ke depan bisa lebih berkembang, sehingga demokrasi bisa lebih dirasakan oleh masyarakat kita." ucapnya.

Adapun Anggota Komisi B, Azwar yang turut menghadiri bedah buku tersebut mengatakan untuk menggapai sesuatu, maka perlu perjuangan dalam menghadapi segalanya. Sebab menurutnya sebuah perjuangan itu tidak pernah berakhir.

"Terus berjuang Karena perjuangan itu tidak pernah berakhir. Hidup Pius karena dia seorang pejuang dan kita harus berjuang terus. Karena pejuang itu dan berjuang itu tidak ada habisnya. Akhir dari perjuangan itu ketika seseorang sudah meninggal." tutur Azwar.

"Di manapun posisi kita, kita harus berjuang terus. Tidak ada itu istilah mantan aktivis. Tapi dia adalah aktivis selamanya. Berjuang terus, nanti meninggal baru perjuangan itu berakhir. Walaupun sudah sukses, berjuang terus sampai meraih kesuksesan yang lebih besar. Makanya tidak ada yang namanya sukses. Sukses itu adalah pencapaian-pencapaian." tutupnya.(adv\reskyamaliah).

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA
    KOMENTAR

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved