Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Lewat BRI Peduli, Limbah Masker yang Terurai dalam 300 Tahun Diolah Jadi Pot Tanaman

BRI menggelar kegiatan pengumpulan limbah masker non infeksius yang diolah menjadi pot tanaman.

Penulis: Inang Jalaludin Shofihara | Editor: Mikhael Gewati
DOK. Humas BRI
BRI menginisiasi kegiatan BRI Peduli Penanganan Limbah Masker Non Infeksius dengan menyediakan fasilitas pengumpulan limbah masker (drop box) dan peralatan sterilisasi awal yang dapat memudahkan proses pengumpulan. 

TRIBUNTIMUR.COM – Masker menjadi tameng pengaman masyarakat agar tidak tertular virus Covid-19. Tak heran, pandemi Covid-19 meningkatkan penggunaan masker sekali pakai di seluruh dunia.

Di sisi lain, penggunaan masker juga menimbulkan masalah baru, yaitu penumpukan limbah dari masker yang sudah dipakai masyarakat.

Berawal dari menumpuknya limbah masker non-infeksius tersebut, BRI menginisiasi kegiatan BRI Peduli Penanganan Limbah Masker Non-Infeksius.

Kegiatan itu melibatkan pekerja BRI di lingkungan kantor BRI, seperti penyediaan fasilitas pengumpulan dan peralatan sterilisasi awal yang dapat memudahkan proses pengumpulan.

Tempat pengumpulan masker (drop box) diletakkan di area terbuka. Untuk kegiatan monitoring, ada petugas yang secara berkala mengecek drop box pengumpul masker.

Lalu, limbah masker tersebut dikirim ke tempat pengolahan bijih plastik yang menjadi lokasi pengolahan masker.

Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto mengungkapkan, kegiatan tersebut merupakan bentuk kepedulian BRI terhadap lingkungan.

Sama seperti halnya sampah plastik lainnya, kata dia, apabila tidak dikelola dengan benar, limbah masker juga dapat mencemari lingkungan.

“Kami mengajak pekerja BRI untuk peduli terhadap lingkungan dan menjaga keseimbangan alam”, ungkapnya dalam siaran pers, Rabu (9/11/2022).

Dalam pengolahan limbah masker, BRI menggandeng Yayasan Upakara Bhuvana Nusantara (UBN). Yayasan yang berdiri pada 2021 dan berlokasi di Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor.

Pendiri Yayasan UBN Sugeng Waluyo mengungkapkan bahwa yayasan ini pada awalnya bergerak di sektor pelestarian lingkungan. Namun, khusus pada masa pandemi Covid-19 beralih haluan untuk mengolah limbah masker non infeksius.

“Kalau limbah plastik lainnya kan orang sudah mulai mendaur ulang, tapi khusus masker ini belum, tidak ada yang berani mengolahnya, sedangkan masker itu terbuat dari plastik polypropylene,” kata Sugeng.

Berdasarkan aturan pemerintah, limbah masker terbagi menjadi dua. Pertama, limbah masker infeksius, yaitu masker yang berasal dari layanan fasilitas kesehatan dari rumah sakit.

Sesuai prosedur dari pemerintah, limbah dari kelompok masker tersebut harus dimusnahkan karena termasuk dalam limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).

Kelompok kedua, yaitu limbah masker non-infeksius yang berasal dari masyarakat. Limbah ini dianggap sebagai limbah domestik yang prosedurnya boleh dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).

BRI menginisiasi kegiatan BRI Peduli Penanganan Limbah Masker Non Infeksius dengan menyediakan fasilitas pengumpulan limbah masker (drop box) dan peralatan sterilisasi awal yang dapat memudahkan proses pengumpulan.
BRI menginisiasi kegiatan BRI Peduli Penanganan Limbah Masker Non Infeksius dengan menyediakan fasilitas pengumpulan limbah masker (drop box) dan peralatan sterilisasi awal yang dapat memudahkan proses pengumpulan. (DOK. Humas BRI)

Akibatnya, tidak ada pemulung yang berani mengambil limbah masker non-infeksius tersebut. Selain itu, sebagian pemulung tidak tahu masker juga berasal dari plastik.

Dengan begitu, limbah masker membludak dan tersebar di mana-mana, bahkan sampai ke laut.

Padahal, limbah masker memerlukan waktu yang lama untuk hancur, sekitar 300 tahunan.

Seperti sampah plastik lainnya, apabila tidak dikelola dengan benar, masker sekali pakai dapat mencemari lingkungan.

Dalam proses mengurai tersebut, limbah masker terlebih dahulu berubah menjadi partikel-partikel kecil yang disebut sebagai nano plastik. Hal ini menjadi masalah ketika dimakan ikan dan mahluk laut lainnya.

Bantuan sarana prasarana BRI

Pada Agustus 2022, Yayasan Upakara Bhuvana Nusantara (UBN) mendapatkan bantuan sarana dan prasarana dari BRI berupa satu unit mobil pengangkut limbah masker, drop box dan alat sterilisasi limbah masker untuk mendukung kegiatan pengelolaan limbah masker non infeksius.

Pemberian bantuan tersebut merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL)/ corporate social responsibility (CSR) BRI Peduli.

“Kami didukung oleh BRI, saat itu tim CSR BRI meninjau fasilitas pengolahan kami. Akhirnya kami diberikan mobil operasional,” kata Sugeng.

Tak berhenti di situ saja, BRI juga ambil bagian dalam mengumpulkan limbah masker non infeksius yang berasal dari karyawan. Limbah ini kemudian diberikan kepada yayasan untuk dikelola.

Sejauh ini, dalam kurun waktu pandemi Covid-19, Yayasan UBN telah memproses 4 ton masker. Dalam waktu dekat, yayasan ini akan mengelola 2 ton limbah masker.

Sugeng pun mengapresiasi peran dari masyarakat yang sadar akan pentingnya mengelola limbah masker.

Banyak masyarakat di seluruh Indonesia yang mengirimkan limbah masker ke yayasan yang berlokasi di Jalan Binamarga 2 Blok C No 31, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor.

“Secara keseluruhan masyarakat kita ini sangat baik dan antusias, mereka men-support program kami. Jumlahnya ribuan orang yang mengirimkan maskernya ke kami dari seluruh Indonesia. Luar biasa, terharu banyak respon dari masyarakat,” kata Sugeng.

Sugeng menyebutkan, limbah masker tersebut akan dicetak menjadi pot dengan mengajak sekolah sebagai media ajar kepada para pelajar.

“Hasil dari produksi limbah masker berupa pot tanaman tersebut disumbangkan ke sekolah-sekolah untuk memberikan edukasi bagaimana mencintai lingkungan,” terangnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA
    KOMENTAR

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved