Hari Santri
Bupati Maros dan Bupati Luwu Utara Diundang di Peringatan Hari Santri Nasional di Jakarta
Bupati Maros bersama Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani menjadi kepala Daerah dari Sulawesi Selatan yang diundang dalam acara itu.
Penulis: Nurul Hidayah | Editor: Muh. Irham
JAKARTA, TRIBUN-TIMUR.COM - Bupati Maros, Chaidir Syam mengikuti peringatan Hari Santri yang digelar di kantor Kementrian Koordinator Politik Hukum dan Ham (Kemenko Pulhukam) di Jakarta Pusat, Jumat (21/10/2022).
Terlihat, Bupati Maros bersama Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani menjadi kepala Daerah dari Sulawesi Selatan yang diundang dalam acara itu.
Selebihnya, merupakan kepala daerah dari Pulau Jawa.
Kegiatan itu juga dihadiri oleh Wakil Presiden RI, Ma'ruf Amin, Menko Polhukam, Mahfud MD, Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah, serta Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
Hadir pula Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf, dan sejumlah ulama besar dan habaib.
"Alhamdulillah ini satu kesyukuran karena saya bersama ibu Indah yang diundang langsung oleh Pak Menko (Mahfud) dalam acara ini dari Sulsel," kata Chaidir.
Meski hanya sempat mengenyam Pondok Pesantren selama satu tahun, menurutnya, kenangan dan masa-masa belajar bersama di pesantren menjadi bekal yang luar biasa bagi perjalanan hidup dan karirnya selama ini.
"Yah mungkin karena pernah mondok juga walau cuma setahun. Tapi masa itu sangat membekas buat saya. Kalau ibu Indah itu pesantrennya 6 tahun. Kehidupan santri ini tentunya jadi bekal buat saya," lanjut Chaidir.
Chaidir menambahkan, pesantren juga tidak bisa dipisahkan dari perkembangan dan kemajuan daerah.
Saat ini, sangat banyak pondok pesantren di Maros yang telah mampu melahirkan tokoh dari berbagai bidang, tak cuma di keagamaan.
"Kita bersyukur karena Maros ini menjadi saalah satu kota santri di Sulsel. Kita punya banyak pondok pesantren yang besar dan melahirkan tokoh. Tak cuma agama tapi tokoh di berbagai bidang," sebutnya.
Dalam acara yang bertema 'Halaqah Kebangsaan: Ideologi Negara, Ideologi Santri' itu, Ma'ruf Amin mengatakan, sejak sebelum Kemerdekaan Indonesia santri telah berperan untuk mengusir penjajah dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Sejak sebelum kemerdekaan mengusir penjajahan dan santri juga terlibat. Kemudian juga mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kemudian tadi disebut lahirnya Hari Santri ditetapkan pada 22 Oktober, yaitu dengan lahirnya resolusi jihad dan terus berkiprah untuk mengisi pembangunan untuk Indonesia maju,” katanya.
Ma'ruf menjelaskan, peringatan hari santri ini terasa spesial karena diadakan oleh pejabat negara yang semuanya adalah santri.
Itu membuktikan, jika santri juga dapat berkiprah bahkan jadi presiden dan wakil presiden.
"Ini untuk pertama kalinya karena Menko Polhukam juga santri. Dan yang luar biasa maulid dibaca oleh Gubernur Jatim, shalawat oleh Menko Polhukam dan juga Wapres, ini luar biasa,” pungkasnya.(*)