Di Tengah Ancaman Resesi Global, Dirut BRI Terus Berupaya Dorong Pertumbuhan Ekonomi
BRI terus berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ancaman resesi global.
Penulis: Fransisca Andeska Gladiaventa | Editor: AMALIA PURNAMA SARI
TRIBUN-TIMUR.COM - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI berkomitmen untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah ancaman resesi global.
Direktur Utama (Dirut) BRI Sunarso mengatakan, pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dicapai melalui fokus pada pertumbuhan domestik dengan cara mendorong usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang dapat mendorong penciptaan lapangan kerja.
"Di sinilah BRI yang core business-nya UMKM harus lebih berperan aktif, karena 97 persen lapangan pekerjaan di Indonesia berasal dari UMKM," ungkap Sunarso dalam keterangan persnya, Senin (17/10/2022).
Hal tersebut diungkapkan oleh Sunarso pada acara Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2022.
Sunarso melanjutkan, BRI optismistis bahwa apabila kredit tetap tumbuh secara selektif, ketahanan ekonomi global akan berdampak positif.
“Dalam konteks ini, saya tetap mengatakan tetap tumbuh, artinya apa? Upaya kita menekan inflasi itu penting, tetapi akan lebih baik lagi kalau kita bisa menekan inflasi dan tetap menumbuhkan perekonomian kita, sehingga tidak terjadi stagflasi dan tidak terjadi tambahan unemployment,” ujar Sunarso.
Kendati demikian, lanjut Sunarso, BRI terus berupaya menjaga kinerja positif yang berkelanjutan.
“Adapun untuk dapat menjaga kinerja positif tumbuh berkelanjutan syaratnya ada tiga,” ucap Sunarso.
Pertama, sumber pertumbuhannya jelas dan dipersiapkan untuk saat ini dan jangka panjang. Sebagai sumber pertumbuhan baru, BRI sudah masuk ke segmen ultra mikro melalui Holding Ultra Mikro yang resmi hadir sejak September 2021 bersama PT Pegadaian, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) atas inisiasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Kedua, adanya kecukupan modal. Sunarso mengatakan, capital adequacy ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal yang dimiliki BRI mencapai 25 persen.
“Cukup untuk tumbuh selama empat tahun ke depan. Maka berapa pun labanya, tidak ada alasan untuk menahan laba menjadi modal. Jadi layak dibagikan, karena itu cukup.
“Lalu, ketiga, adalah likuiditas. Saat ini, papar Sunarso, loan to deposit ratio (LDR) nasional berada di level 82 persen, tetapi masih terdapat tantangan dari sisi likuiditas,” kata Sunarso.

Di sisi lain, untuk menghadapi situasi ekonomi yang melambat karena tantangan-tantangan yang akan dihadapi, ia mengatakan, pihaknya telah memetakan kondisi melalui empat matriks yang menjadi dasar antisipasi atau mitigasi risiko.
Pertama, kondisi ekonomi pulih dengan inflasi naik dan kualitas pinjaman memburuk. Strateginya adalah mempercepat proses write-offs agar recovery rate nya dapat lebih tinggi, serta mempertahankan coverage ratio yang besar.
“Untuk itu BRI menyediakan coverage ratio terhadap non-performing loan (NPL) yang mencapai 266 persen. Angka tersebut lebih dari cukup. Maka, jika kondisi memburuk, BRI aman dan nasabah juga aman. Pemantauan kualitas pinjaman yang intensif,” ujarnya.