Tragedi Kanjuruhan
Suporter PSM Makassar Bakar Lilin Untuk Penghormatan kepada Korban Tragedi Kanjuruhan
Aksi bakar lilin dilakukan di bawah Flyover, Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Selasa (4/10/2022) malam.
Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Muh. Irham
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Kelompok suporter PSM Makassar, PSM Fans 1915 gelar aksi bakar lilin sebagai bentuk penghormatan atas tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Mereka membawa spanduk berisi berbagai tulisan. Seperti Malang Disaster dengan gambar pita disertai usut tuntas, no justice no peace. Save Kanjuruhan, rest in peace dan gas air mata vs air mata ibu.
Seratusan suporter dan polisi meninggal dunia akibat kericuhan pasca saat laga Arema FC vs Persebaya Surabaya yang berakhir dengan skor 2-3 untuk kemenangan Persebaya pada Sabtu (1/10/2022).
Aksi bakar lilin dilakukan di bawah Flyover, Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Selasa (4/10/2022) malam.
"Malam ini kami melakukan aksi peduli bentuk penghormatan atas tragedi di Kanjuruhan. Kami ingin memberitahukan kepada masyarakat, bahwa bukan cuma Malang yang rasakan kesedihan, tapi juga Makassar," kata Crew PSM Fans 1915, Abdul.
Abdul meminta, peristiwa menelan seratusan korban jiwa bisa diusut sampai tuntas.
"Kami berharap kejadian kemarin (Kanjuruhan) bisa diusut tuntas sampai ke akar-akarnya, peristiwa itu bisa terjadi karena apa dan bagaimana," pintanya.
Soal pembenahan PSSI sebagai dampak dari peristiwa Kanjuruhan, Abdul masih enggan berbicara banyak sebelum ada kepastian pihak yang salah.
Kalau pun nantinya ada kesalahan di PSSI, ia tegas meminta untuk perombakan seluruh kepengurusan PSSI.
"Kami belum tahu siapa secara mutlak harus disalahkan. Kalau memang ternyata PSSI menjadi kesalahan dari kejadian kemarin, kami berharap pergantian atau reshuffle dari seluruh pengurus PSSI, karena kami sangat sayangkan bisa terjadi seperti ini," tuturnya.
Abdul berharap, peristiwa Kanjuruhan jadi ajang instrospeksi bagus semua pihak di bidang sepak bola.
Apa lagi kompetisi sepak bola tanah air dihentikan selama dua pekan. Belum lagi ancaman sanksi FIFA menanti.
"Kejadian kemarin bisa diambil sebagai pelajaran untuk semua perangkat sepak bola, termasuk panitia pelaksana, pihak keamanan dan suporter, Saya pikir sepak bola (kompetisi) masih bisa terus berlanjut," katanya.
Namun, jika tidak ada pembelajaran dan masih terjadi peristiwa serupa di masa mendatang, lebih baik sepak bola tidak ada.
"Kalau ini tidak jadi pembelajaran, buat apa hidup dengan sepak bola yang memakan korban jiwa. Sepak bola harusnya jadi hiburan dan pemersatu," tandasnya. (*)