Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Cerita Rizal 'Om Kumis' Lolos dari Kejaran TPNPB-OPM, Sembunyi dan Tidur di Hutan Tanpa Baju

Para pekerja proyek jalan Trans Bintuni yang menyelamatkan diri harus menempuh sekitar 7 kilometer untuk sampai ke permukiman warga. 

Penulis: Nining Angraeni | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/NINING
Rizal "Om Kumis" (55) warga Pinrang, Sulawesi Selatan memberikan kesaksian saat TPNPB-OPM menyerang pekerja Jalan Trans Bintuni Maybrat di Distrik Moskona Utara, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat pada Kamis (29/9/2022). Rizal merupakan pekerja proyek Jalan Trans Bintuni Maybrat yang berhasil lolos dari serangan TPNPB-OPM. 

Alasannya tidak melanjutkan perjalanan karena takut jika nantinya ada TPNPB-OPM yang juga menunggu di sekitar pemukiman warga. 

"Jadi kami memutuskan untuk bermalam di hutan. Kami pasrah dan berdoa terus. Kondisinya kami hanya pakai celana saja. Tidak pakai baju. Kami juga tidur di tanah dan di bawah pohon besar," tuturnya. 

Saking takutnya ketahuan oleh KKB, ada satu pekerja yang menahan batuknya. 

"Ada teman pekerja yang menahan batuk karena takut ketahuan. Nah, ketika sudah tidak bisa ditahan, ia menggali lubang di tanah. Kemudian mengarahkan mulutnya ke lubang dan batuk di lubang tersebut," jelasnya. 

Paginya, Rizal dan kedua pekerja lainnya ini kembali menyusuri jalanan untuk sampai ke pemukiman warga. 

"Beruntungnya kami bisa selamat. Tapi belakangan kami ketahui jika ada beberapa teman yang meninggal. Salah satunya keluarga saya Abbas Manna dan juga Armin yang merupakan warga Pinrang," tuturnya. 

Rizal menjelaskan jika proyek jalanan yang dikerjakan itu merupakan daerah yang cukup terpencil. 

"Jadi kita buat jalan trans di sana. Di sebelah kanan itu sudah jurang dan sekeliling kami itu hutan-hutan," jelasnya. 

Rizal mengaku mengerjakan proyek jalan trans Bintuni Maybrat ini karena dipanggil Abbas Manna. 

"Saya dipanggil sama Abbas Manna. Saya berangkat ke Sorong pada 10 September," ungkapnya. 

Di proyek jalan trans Bintuni Maybrat ini, almarhum Abbas Manna sebagai mandor. 

Sementara, Rizal sebagai operator. Almarhum Armin sebagai sopir truk dan Ruslan sebagai pelaksana proyek. 

"Ada 14 orang pekerja di sana. Termasuk juru masak perempuan yang bernama Reva. Khusus warga Pinrang ada empat orang. Yakni saya, almarhum Abbas, Ruslan dan almarhum Armin," sebutnya. 

Ayah dari empat anak ini membeberkan sudah lama bekerja di Papua Barat. Namun, ini baru pertama kali ada kejadian seperti ini. 

"Sudah lama saya kerja di sana. Kira-kira lima tahun lebih. Tapi saya bolak-balik. Jadi kalau dipanggil sama Abbas, saya pergi lagi. Baru kali ini ada kejadian seperti itu," tuturnya. 

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved