Pameran Buku
Dispar Makassar Puji Pameran Buku dan Literasi Taman Ria di Nipah Park
Pameran yang digelar sejak 24 September ini terus menyajikan berbagai aktivitas dan konten acara menarik di Rooftop Garden Nipah Park.
Penulis: Rudi Salam | Editor: Muh. Irham
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Pameran buku dan literasi bertajuk Taman Ria di Nipah Park masih berlangsung hingga 1 Oktober 2022.
Pameran yang digelar sejak 24 September ini terus menyajikan berbagai aktivitas dan konten acara menarik di Rooftop Garden Nipah Park.
Taman Ria sendiri adalah salah satu program yang diusung oleh Nipah Park dan Dinas Pariwisata (Dispar) Makassar.
Dimana ingin menjadikan taman di Nipah sebagai ruang untuk bertemu dan bercerita, menyediakan lokasi dengan membuat pop up library.
Di sini, tersedia aktivitas kesenian dan hobi yang terbagi dalam lima kategori taman yakni Taman Anak, Taman Buku, Taman Hobi, Taman Kudapan, dan Taman Seni.
Taman Ria pun kembali menyuguhkan sebuah kolaborasi seni performans bertajuk Hidup Dari Sekian Banyak Ujung Pandang, Kamis (29/9/2022).
Berkolaborasi dengan kawan performer Nirwana Aprianty, Alghifahri Jasin, Mega Herdiyanti, dan disutradarai oleh Rachmat Mustamin dari Studio Patodongi menampilkan seni performans kolaboratif yang apik dan interaktif di area Taman Seni.
Studio Patodongi merupakan studio kolaborasi interdisiplin seni yang berbasis di Makassar dan merupakan konsultan seni yang fokus pada seni kontemporer, film, puisi, dan seni performans.
Studio Patodongi ikut terlibat dalam karya "Lidah di Ambang" untuk Karya Normal Baru, kolaborasi tiga Biennale: Jakarta Biennale, Makassar Biennale, dan Biennale Jogja.
Kepala Dinas Pariwisata Makassar, Muhammad Roem mengatakan, pihaknya mendukung penuh pameran buku dan literasi Taman Ria ini.
"Ini merupakan kolaborasi bersama dengan berbagai komunitas yang ada di Makassar untuk sama-sama mengadakan kegiatan yaitu Taman Ria, untuk memberikan ruang bagi seluruh komunitas dan masyarakat Makassar sendiri untuk bisa berekspresi sesuai dengan tujuan dari Nipah, menjadikan Nipah ini sebagai tempat untuk semua ekspresi dari semua kalangan komunitas,” kata Roem, via rilis.
Roem menyebut, ada 17 sub sektor ekonomi kreatif di Makassar termasuk adalah buku atau literasi.
“Ini menjadi poin yang sangat penting di Makassar karena di data Bekraf sendiri, sub sektor ini menjadi salah satu tumpuan yaitu penerbit,” sebutnya.
Lebih lanjut, Roem mengarakan, Taman Ria sudah berjalan dari pekan lalu dan pekan ini adalah bagian dari Dinas Pariwisata Makassar untuk mengisi beberapa hari kedepan.
Tak hanya Studio Patodongi, sebanyak 24 komunitas berkolaborasi dan turut terlibat sebagai penggerak di program Taman Ria, salah satunya Roda Gembira.
Komunitas pecinta roller skate ini berpartisipasi di area Taman Seni dengan mengajak pengunjung Fun Rolling di Rooftop Garden Nipah Park.
Jika tidak membawa skate sendiri, komunitas ini menyediakan skate untuk digunakan oleh pengunjung.
Selain Fun Rolling, pengunjung juga bisa mengabadikan momen bersama di photobooth PixFix, membuat aksesoris handmade, clay art, dan knitting stuff bersama Hora Craft dan Clayapan.
Area Taman Buku juga ramai dikunjungi oleh para pecinta buku.
Salah satu booth yang diisi oleh komunitas buku dan mainan edukatif Makassar, Book Mate, menyediakan lapak baca gratis, read aloud, bookish play (melukis), bernyanyi bersama, dan sensory play.
Ada pula diskusi buku di mana pengunjung dapat merekomendasikan buku untuk pembaca baru dan mendiskusikannya bersama oleh komunitas buku The Book Club Makassar.
Tak hanya itu, Nipah juga memanjakan para penikmat dan pecinta puisi melalui karya instalasi seni berkolaborasi dengan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Negeri Makassar.
Menampilkan puisi-puisi kontemporer dan modern dari para penyair Indonesia pada helaian kain dan bambu.
14 Tenant Kudapan
Di Taman Ria, pengunjung juga disajikan berbagai pilihan kudapan di Taman Kudapan.
Berkolaborasi dengan Tentang Kuliner, Taman Kudapan akan menyuguhkan 14 tenant makanan dan minuman yang dapat memanjakan lidah pengunjung selama kegiatan berlangsung.
Pengunjung dapat melihat dan menikmati ‘ruang publik’ dapat menjadi ruang pemberdayaan ekosistem seni dan literasi.(*)