G30S PKI
Mengapa Soeharto Tak Diculik saat Insiden G30S PKI? Justru Jabat Presiden Usai Insiden Lubang Buaya
Soeharto berhasil lolos dalam insiden Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia atau G30S PKI.
Diantaranya Kolonel Abdul Latief (Komandan Garnisun Kodam Jaya), Letkol Untung (Komandan Batalion Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa).
Mayor Sujono (Komandan Resimen Pasukan Pertahanan Pangkalan di Halim).
Mereka mendapat dukungan Sjam Kamaruzaman, Kepala Biro Chusus (BC) PKI yang merupakan badan intelijen PKI.
Menurut cerita yang beredar, daftar jenderal yang jadi sasaran disusun oleh Sjam bersama para perwira militer.
Simpatisan pro PKI itu berencana "menculik" para jenderal dan membawanya ke hadapan Presiden Soekarno.
Ternyata rencana ini gagal total.
Persiapan tidak dilakukan dengan matang.
Para jenderal justru dibunuh.
Dalam kesaksiannya kepada Mahkamah Militer, Kolonel Latief bercerita alasannya tidak memasukkan nama Soeharto.
"Kami anggap Jenderal Soeharto loyalis Bung Karno, maka tidak kami jadikan sasaran," kata Latief seperti dikutip dari buku Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan, dan Petualang (2010).
Latief juga melapor ke Mayjen Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat.
Langkah mengejutkan ini dilakukan Latief setelah laporannya tak ditanggapi oleh Pangdam Jaya Mayjen Umar Wirahadikusumah dan Pangdam Brawijaya Mayjen Jenderal Basoeki Rachmat.
Latief menyebut sudah beberapa kali mewanti-wanti adanya upaya kudeta oleh Dewan Jenderal.
Menurut Latief, Soeharto ketika itu hanya bergeming mendengar informasi itu.
Bahkan di malam 30 September 1965, Soeharto memilih mengabaikan Latief yang menyampaikan rencananya menggagalkan kudeta.
