Wawancara Khusus
Dokter Asal Makassar dr Farid Amansyah Sukses Jadi Jenderal
Dr Farid Amansyah tercatat sebagai dokter pertama asal Sulsel yang berpangkat jenderal di Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Penulis: Muh. Sauki Maulana | Editor: Hasriyani Latif
Memang keinginan bapak menjadi dokter?
Terus terang itu anjuran orangtua karena memang di keluarga kami belum ada yang pernah dokter gitu. Sehingga waktu itu ayah saya menyarankan untuk mengambil FK. Mungkin beliau waktu itu menganggap dirinya sudah sakit-sakitan dan saya diharapkan untuk bisa mengobatinya.
Dan Alhamdulillah kalau kita menurut orangtua, ternyata ada berkah didalamnya. Jadi ridho Allah terletak pada ridho orang tua. Karena bagaimanapun juga ada doa-doa yang terselip di langkah kita.
Kenapa masuk polisi?
Kedokteran ini adalah suatu ilmu yang implementasinya luas. Yang saya lihat, implementasi yang menjanjikan menjadi dokter itu mengabdikan di jalur TNI-Polri. Di luar dari jalur klasik seperti di rumah sakit.
Jadi ini salah satu jalur implementasi kedokteran. Pada tahun 93 itu memang ada rekrutmen beasiswa mahasiswa Polri. Pada waktu itu panitia dari TNI-Polri masuk ke fakultas untuk mencari calom pimpinan kesehatan Polri di kampus. Alhamdulillah ada lima orang yang lolos seleksi dari Sulsel yang dikirim termasuk saya.
Setelah dinyatakan lulus, kami kembali menyelesaikan pendidikan kedokteran. Kami mengikuti pendidikan Polri yang terdekat saat itu. Kemudian saya tamat tahun 97, dan mulai berkarir di Polri tanggal 1 Juli tahun 97.
Namun ada baiknya, alumni kedokteran diberi reward oleh Polri memiliki masa dinas dua tahun surut, jadi kita sudah dinyatakan dinas selama dua tahun. Saya terus menjalankan tugas dengan baik, saya kemudian mengikuti pendidikan dan pengembangan Polri dengan rekan-rekan lain dari Akpol.
Sudah menjalankan tugas dan jabatan dimana saja pak?
Saya pertama kali tugas di Sulteng Palu, sebagai Kepala Poli Klinik di sana. Setelah itu saya ikut penugasan Poso waktu itu. Setelah konflik Poso selesai, kami sebagai orang yang turun pada waktu itu diberikan reward untuk mengikuti pendidikan spesialis.
Dari pendidikan spesialis itu, saya dipercayakan menjadi Kepala Seksi Kedokteran dan Kesehatan di Polrestabes Makassar.
Jadi di Polrestabes Makassar, saya melanjutkan sekolah lanjutan perwira (selapa) kemudian tamat di sana, saya dipercayakan menjadi Kepala RS Bhayangkara Sidoarjo. Kemudian menjadi Wakil Kepala RS di Surabaya.
Kemudian menjadi Kabiddokes di Polda Bengkulu, setelah itu tahun 2015 sampai 2017 sebagai kepala RS Bhayangkara di Medan. Kemudian di tahun 2018 hingga ankhir 2019 saya menjadi kepala rumah sakit lagi di Bandung.
Kemudian dari Bandung saya jadi Kepala RS Bhayangkara di Makassar. Setelah itu saya dipromosi ke Mabes Polri menjadi Kabid Yankes. Selanjutnya menjadi Sespusdokkes Polri tahun 2020. Dan akhirnya tiba sekarang saya menjadi Direktur Pasca Rehabilitasi BNN.
Bagaimana cara membagi waktunya?