Opini Tribun Timur
Kita dan Sosial Media
Sosial Media adalah a unique and dynamic medium, menghubungkan manusia seluruh dunia tanpa batas, tanpa harus ketemu langsung.
Muh Zulkifli Mochtar
Doktor alumni Jepang bermukim di Tokyo
Sosial Media adalah a unique and dynamic medium, menghubungkan manusia seluruh dunia tanpa batas, tanpa harus ketemu langsung.
Telah sangat mempengaruhi kehidupan, hingga sudah sulit membayangkan sehari hari tanpa medium ini.
Ada lima milyar orang didunia saat ini menggunakan internet, menurut Kompas awal September lalu yang menurunkan tulisan tentang 10 negara yang kecanduan internet dan sosial media, berdasar laporan perusahaan We Are Social dan Hootsuite.
92,4 persen menggunakan ponsel untuk online. Laporan menunjukkan, internet user menghabiskan rata rata 6 jam 53 menit untuk melakukan online setiap hari. Tiga dari lima pengguna internet beralasan menggunakannya untuk pencarian informasi.
Yang menariknya, Filipina terpantau sebagai negara yang paling kecanduan internet di dunia, rata rata menghabiskan 10 jam 23 menit per harinya.
Bayangkan hampir setengah kehidupan sehari hari tergunakan untuk online. Afrika Selatan, Brazil, Argentina, Thailand, Meksiko juga masuk di jajaran 10 negara mengakses internet terpanjang sekitar 8-9 jam perhari.
Negara ekonomi terbesar ketiga dunia Jepang ternyata hanya mengakses 4 jam 3 menit perhari. Dibawah rata rata, dan tergolong rendah dibanding negara lain.
Dari sudut media sosial, ada sekitar 4,6 milliar penggunanya saat ini. Ternyata, pengguna medsos menghabiskan rata rata 2 jam 29 menit perhari.
Hampir setengah pengguna usia muda media sosial untuk berinteraksi dengan keluarga dan teman. Dan 36,6 persen sekedar mengisi waktu luang.
Uniknya, wanita juga lebih aktif dan waktu rata ratanya lebih panjang dibanding pria. Facebook, YouTube, WhatsApp, Instagram, WeChat adalah platform paling populer.
Yang menarik dari laporan ini, bahwa Nigeria paling panjang menggunakan media sosial hingga 4 jam 49 menit.
Filpina, Afrika Selatan, Brazil, Argentina juga masuk 10 ranking negara paling aktif bermedsos sekitar 3 jam lebih per harinya. Jepang lagi lagi berada di ranking sangat rendah, hanya mengakses media sosial 50 menit per hari.
Apakah masyarakat Jepang kurang menyenangi berinteraksi secara terbuka di media sosial? Kayaknya tidak ada analisis yang mengiyakan ini.
Apalagi data dari ICT Research - Consulting 2020 menunjukkan, ada 77,9 juta warga Jepang tercatat pengguna media sosial. LINE sangat populer. Twitter juga sangat populer, mencapai 45 juta pengguna dan terbanyak kedua setelah Amerika Serikat.
Sulit menemukan kajian resmi mengapa waktu bermedsos Jepang rendah. Tapi dua indikasi sehari sehari bisa saya rasakan yang mungkin saja sebagai alasan. Pertama, tuntutan konsentrasi dan disiplin menggunakan waktu kerja.
Ketika masuk jam kerja, langsung ibarat `switch on`, tidak ada tema lain selain urusan kerja, Tidak ada kesempatan untuk obrolan ngolor ngidul.
Perangkat komunikasi pun kadang tidak tersentuh. Kedua, juga sangat banyak momen aktifitas keseharian yang menuntut manner etika mematikan handphone, atau setidaknya silent mode.
Misalnya meeting, ceremony, acara sekolah dan banyak lagi. Dan umumnya mereka cukup patuh dengan norma itu.
Bagaimana dengan Indonesia? Waktu penggunaan internet kita masuk ranking 10 tertinggi dengan rata rata 8 jam 8 menit perhari.
Media sosial kita juga sangat aktif, berada di ranking 10 tertinggi dengan rata rata penggunaan sekitar 3 jam 19 menit. Kita selayaknya bersyukur besarnya potensi ini. Bisa promosi, update informasi, bisa sling bantu, juga connected with people from anywhere in the world.
Inilah wajah Indonesia baru yang struktur demografi penduduknya didominasi ‘digital native’ yakni anak muda lahir tumbuh bersamaan teknologi digital. But social media has its advantages and disadvantages.
Mari hindari menjadi adiktif, waktu potensial terbuang percuma, atau justru jadi arena penyebaran informasi tidak valid. Juga, jangan sampai merusak efektifitas, efektifitas dan produktifitas kerja kita.(*)