PMK
Dinas Perikanan dan Peternakan Target Makassar Zero PMK Akhir September
Puncak wabah PMK terjadi pada Juli lalu, setelah mengalami kenaikan drastis wabah ini akhirnya perlahan mengalami penurunan.
Penulis: Siti Aminah | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kota Makasar mengalami penurunan.
Data dari Dinas Perikanan dan Peternakan (DP2) Makassar, dari 215 ekor sapi dan kerbau yang terinfeksi PMK kini tersisa 18 ekor di awal September.
DP2 Makassar pun menarget Makassar bebas PMK pada akhir September mendatang.
"Kita upayakan Makassar akhir September ini bebas PMK atau berada di zona putih," ucap Kepala DP2 Makassar Evy Aprialty di Kantor Balai Kota Makassar, Senin (5/9/2022).
Puncak wabah PMK terjadi pada Juli lalu, setelah mengalami kenaikan drastis wabah ini akhirnya perlahan mengalami penurunan.
"Alhamdulillah sudah menurun dibanding akhir Juli. Itu karena adanya intervensi Satgas PMK," jelasnya.
Kendati demikian, Kota Makassar masih sementara lockdown artinya tidak ada pemasukan dan pengeluaran hewan ternak dari luar daerah.
Dikhawatirkan jika terus lockdown maka kebutuhan daging di Makassar susah terpenuhi.
Evy berharap Makassar bisa menjadi percontohan penanganan PMK yang baik di Sulsel. Alasannya, kerja-kerja yang dilakukan sangat bagus.
"Berkat kerjasama satgas yang terdiri dari Babinsa, Babinkamtibmas, dokter hewan, Fakultas Peternakan Unhas dan Persatuan Dokter Hewan Indonesia atau PDHI," jelasnya.
Selanjutnya, langkah intervensi yang akan dilakukan adalah vaksinasi PMK untuk seluruh hewan ternak.
Yang menjadi kendala sekarang, masih ada sebagian warga yang tidak mau jika hewan ternaknya divaksin.
"Itu merupakan tantangan kami bagaimana supaya semua ternak di Makassar harus tervaksin dan terobati supaya tidak ada lagi PMK dan bisa dibuka juga lockdown," lanjutnya.
Sejauh ini, titik penyebaran PMK terbanyak ada di Kecamatan Manggala.
Sementara itu, Ketua Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sulselbar A Agung PJ Wahyuda menerangkan sejauh ini masih ada sekitar 50 persen atau 300-an hewan ternak jenis sapi dan kerbau yang belum divaksin.
Sebanyak 200-an berada di Kelurahan Untia, Kecamatan Biringkanaya dan sisanya sekitar 100-an tersebar di beberapa kecamatan.
"Variasinya hampir sama dengan manusia, kita tracing dulu kesehatannya, yang sakit itu tidak kita vaksin," tutupnya.(*)