kampus
19 Lulusan D1 Vokasi Industri ATIM Makassar Langsung Kerja di Petrokimia Gresik
"Tujuannya untuk mengatasi permasalahan SDM Industri, seperti tingginya jumlah pengangguran, tingkat pendidikan angkatan kerja yang rendah.
Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Muslimin Emba
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Politeknik ATI Makassar mencetak 19 lulusan Program Vokasi Industri Setara D1 dan langsung bekerja di PT Petrokimia Gresik.
Mereka merupakan peserta Program Vokasi Industri Setara D1 kerjasama Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian dan PT Petrokimia Gresik.
Program itui dijalankan Politeknik ATI Makassar dan Politeknik APP Jakarta.
Dalam program itu, mahasiswa mendapat kurikulum spesifik yang disesuaikan dengan kebutuhan industri.
Sehingga lulusan bisa langsung bekerja di industri secara produktif
Pelepasan 19 lulusan tersebut dilakukan pada Jumat (26/8/2022) di Gresik
Hadir Kepala BPSDMI Kemenperin Arus Gunawan, Direktur Keuangan dan Umum PT Petrokimia Gresik Budi Wahyu Soesilo, serta Direktur Operasi dan Produksi Digna Jatiningsih.
Hadir pula Direktur Politeknik ATI Makassar Muhammad Basri dan Direktur Politeknik APP Jakarta Amrin Rapi.
Muhammad Basri menyampaikan ke-19 lulusan dari program ini berasal dari jurusan Teknik Perawatan Mesin.
Mereka telah mengikuti program tersebut selama satu tahun sejak Agustus 2021 hingga Juli 2022.
Tidak hanya mengikuti perkuliahan, mereka juga menjalani praktik industri dan uji kompetensi.
"Ini kerja sama antara Politeknik ATI Makassar dengan PT Petrokimia Gresik untuk menyiapkan SDM industri yang andal dan proesional yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan industri. Sejak tahun 2017 hingga hari ini, jumlah alumni sudah mencapai 215 orang," kata Muhammad Basri.
Pada 2021, Kemenperin telah memfasilitasi 981 mahasiswa mengikuti program tersebut.
Mereka tersebar di 21 kabupaten/kota dari 11 provinsi.
"Tujuannya untuk mengatasi permasalahan SDM Industri, seperti tingginya jumlah pengangguran, tingkat pendidikan angkatan kerja yang rendah, dan produktivitas tenaga kerja yang masih rendah,"jelas Kepala BPSDMI Kemenperin Arus Gunawan.