Denny Siregar Sebut Benny Mamoto Korban Hasil Prank Ferdy Sambo: Mereka Terjebak Rekayasa TKP
Benny Mamoto didesak mundur sebab dianggap menyebarkan berita bohong tentang kasus tewasnya Brigadir J & disebut bela Ferdy Sambo. Kata Denny Siregar
TRIBUN-TIMUR.COM - Pegiat media sosial Denny Siregar turut berkomentar terkait kasus kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat ( Brigadir Joshua ) atau Brigadir J.
Diketahui, Bharada Richard Eliezer atau Bharada E selaku penembak Brigadir J resmi jadi tersangka.
Sementara itu, Kadiv Propam nonaktif Irjen Ferdy Sambo turut jadi tersangka lantaran memberi perintah kepada Bharada E untuk menembak Brigadir J.
Ada sejumlah nama yang ikut terseret dalam kasus kematian Brigadir J.
Salah satunya Ketua Harian Kompolnas Irjen (Purn) Benny Mamoto.
Di lini masa, Benny Mamoto didesak mundur lantaran dianggap menyebarkan berita bohong tentang kasus tewasnya Brigadir J.
Denny Siregar pun turut berkomentar terkait hal tersebut.
Sahabat Abu Janda dan Eko Kuntadhi itu menyebut Benny Mamoto jadi korban hasil prank Ferdy Sambo.
"Banyak polisi jd korban hasil prank Sambo. Mrk tdk terikut kejahatan.
Mereka terjebak rekayasa TKP yang dibuat oleh Sambo.
Termasuk Kompolnas Benny Mamoto.
Kerusakan di institusi Polri bgt besar.
Dan kadrun menari2 disana, krn bbrp diantara polisi itu adalah musuh besar mrk.," tulis Denny Siregar lewat cuitan di akun Twitter @Dennysiregar7.
Pernyataan Benny Mamoto
Diberitakan sebelumnya, desakan Benny Mamoto mundur dari Kompolnas tersebut terkait dengan beredarnya video Benny Mamoto yang menjelaskan kronologi tewasnya Brigadir J.
Dalam video tersebut, Benny Mamoto menepis adanya kejanggalan dalam kasus kematian Brigadir J.
Benny yakin Brigadir J meninggal karena baku tembak di kediaman Irjen Ferdy Sambo.
Dalam video yang beredar, Benny yakin Brigadir J ditembak oleh Bharada E karena melakukan pelecehan terhadap istri Ferdy Sambo.
"Kondisi Brigadir J dalam keadaan panik dan tidak fokus dalam membidikkan senjatanya karena kaget sehingga arah tembakannya tidak menentu. Di samping itu, ia juga terhalang tangga," ujar Benny dikutip dari Kompas TV, Rabu (13/7/2022).
Sementara Bharada E, menurut Benny, dapat fokus menembak karena posisinya di atas sehingga bisa mengarahkan senjatanya ke arah Brigadir J.
Posisi tersebut dinilai memudahkan Bharada E untuk membidik Brigadir J.
Dalam video, Benny juga menyebut Bharada E adalah pelatih vertical rescue dan penembak nomor satu dalam kesatuannya, sehingga bidikannya tepat sasaran.
Sementara itu, luka lebam dan sayatan di tubuh jenazah Brigadir J sempat jadi polemik.
Benny pun menepis kejanggalan tersebut usai melihat foto-foto setelah kejadian.
"Tidak ada luka sayatan, yang ada luka bekas serempetan bekas peluru atau pecahan peluru. Kalau sayatan itu tipis seperti kena pisau, tetapi ini tidak," ujar Benny.
Ia juga menyanggah adanya jari yang putus pada tubuh korban.
Menurut Benny, jari Brigadir J terluka karena ketika memegang pistol ia terkena tembakan dari Bharada E.
"Kemudian menyangkut masalah luka lain, itu dari keterangan para saksi tidak ada aksi pemukulan dan sebagainya. Karena ini semata melepas tembakan dan pelurunya itu mengenai benda lain baru mengenai tubuh," ujar Benny.
Karena peluru mengenai benda lain sebelum bersarang di tubuh Brigadir J, kata Benny, maka proyektilnya pecah.
Namun, banyak dari masyarakat yang meragukan pernyataan Benny Mamoto dan ingin agar ia juga turut diperiksa.
Berikut video pernyataan Benny Mamoto yang dianggap kontroversial:
Dilansir dari Kompas.TV, Benny Mamoto mengaku memahami keluhan masyarakat terhadap Kompolnas.
Benny juga memahami kemarahan publik yang menanti kasus pembunuhan Brigadir J.
Menurutnya kemarahan publik tidak hanya menyasar kepada dirinya, tetapi juga kepada Polri yang sangat lamban dalam mengungkap kasus kematian Brigadir J.
Saat kasus ini dirilis oleh Mabes Polri, dirinya bersama anggota Kompolnas Poengky Indarti mendatangi Polres Jakarta Selatan untuk mengklarifikasi isu yang beredar terkait kematian Brigadir J.
"Kami datang ke Kapolres kami menanyakan penanganan kasusnya, rekonstruksi, siapa yang diundang dari puslabfor Polri sampai saya tegaskan ini sudah clear," ujar Benny di program Rosi KOMPAS TV, Kamis (11/8/2022).
Lebih jauh, Benny mengakui kesan bahwa Kompolnas hanya menjadi humas dari Polres Jakarta Selatan dan cenderung membela Irjen Ferdy Sambo.
Namun Benny memastikan Kompolnas selalu berada di posisi netral, tidak berpihak.
"Kami hanya bisa klarifikasi soal jawabannya itu bohong, dia dimutasi atau dinonaktifkan. Saya tidak berhenti di situ, selesai itu saya datang ke Jambi," ujar Benny.
Saat di Jambi, dirinya mendengar langsung dari keluarga Brigadir J tekait keluh kesah dan permintaan agar kasus ini dibuka secara terang benderang.
"Jadi saya ketika diminta tanggapan dari media tentunya harus merujuk pada sumber resmi. Tidak lewat medsos, sumber resminya dari Polri itu lah yang saya ambil," ujar Benny. (Tribun-Timur.com/ Sakinah Sudin, Kompas.TV/ Johannes Mangihot)