Permainan tradisional
Permainan Tradisional Bugis-Makassar yang Memerlukan Tubuh Prima
Selain seru permainannya, permainan ini juga mempunyai manfaat lebih besar karena mampu membantu anak untuk berkonsetrasi.
TRIBUN TIMUR.COM - Permainan tradisional perlahan mulai bergeser dan tergantikan dengan permainan di gadget.
Anak-anak perempuan maupun laki-laki kini lebih sering bermain gadget daripada beraktivitas fisik di luar ruangan.
Padahal, banyak manfaat didapatkan dengan permainan tradisional yang tentu dilakukan dengan fisik.
Hal ini diperlukan untuk menjaga tubuh dalam keadaan prima dan seluruh anggota tubuh berfungsi dengan baik.
Nah, berikut ini beberapa jenis permainan tradisional Bugis-Makassar.
1. Madanda' atau Engklek
Madanda' merupakan permainan tradisional bugis Makassar yang cukup digemari anak-anak.
Selain seru permainannya, permainan ini juga mempunyai manfaat lebih besar karena mampu membantu anak untuk berkonsetrasi.
Tidak hanya itu, permainan ini juga melatih kekuatan anggota tubuh seperti tangan dan kaki.
Terdapat beberapa jenis petak yang biasa digunakan untuk bermain Danda.
Baca juga: 6 Permainan Tradisional Bugis-Makassar Berikut Penjelasannya
Seperti bentuk huruf L, kipas angin, robot, lemari hingga berbentuk gunung.
Cara memainkan permainan ini yaitu setiap pemain akan melemparkan batu atau keramik ke kotak yang paling dekat.
Lalu, pemain harus melewati petak tersebut dan tidak boleh menginjak batu yang telah dilemparnya.
Setelah itu pemain kembali ke garis awal dan mengambil batu tersebut, lalu melanjutkan melempar ke kotak berikutnya.
2. Lompat Tali
Permainan Lompat Tali merupakan permainan anak-anak yang sudah jarang dimainkan.
Meski begitu, permainan ini pernah menjadi permainan yang paling digemari orang-orang Bugis di masa silam.
Biasanya, permainan tradisional ini menggunakan karet yang disambung satu persatu hingga panjang atau menggunakan tali.
Permainan ini dimainkan secara kelompok dan membutuhkan dua orang lebih untuk memegang tali dan memainkannya.
Hal yang dilakukan untuk bermain lompat tali adalah pertama tali ditaruh dari paling bawah, kemudian pemain lainnya akan lompat melewati tali itu dan seterusnya hingga tali sampai di atas kepala.
Selain menyenangkan tentunya permainan lompat tali karet ini mampu membantu menguatkan organ-organ tubuh anak, seperti tangan dan khaki.
3. Bise’-bise’ang
Permainan ini diangkat dari permainan masyarakat pesisir Bugis-Makassar.
Pada permainan ini, pemain akan bergerak di titik awal ke titik tertentu menggunakan sarung sebagai kendaraan.
Sarung digunakan dalam permainan ini menyimbolkan sebuah perahu yang digunakan seorang nelayan saat pergi berlayar mengarungi lautan.
Dulunya, satu sarung dimainkan oleh satu orang pemain.
Kini, satu sarung dimainkan oleh dua orang pemain yang duduk berhadap-hadapan dan saling bekerja sama menjalin kaki untuk menggerakkan perahu sarung.
“Permainan bise’-bise’ang ini benar-benar menguji kekompakan para pemain dalam satu tim. Meski kelihatannya sederhana, tapi permainan ini sungguh menguras tenaga, juga menguras tawa!” seru Ramon terkekeh.
Dan sungguh, permainan ini memang sungguh kocak bagi yang melihatnya.
4. Maggasing
Maggasing biasanya dimainkan dua hingga enam orang.
Secara umum, permainan tradisional ini dimainkan oleh kaum laki-laki, baik anak-anak, remaja maupun dewasa.
Peralatan dari permainan ini terdiri dari sebuah gasing yang terbuat dari bahan kayu.
Dibentuk menyerupai gumbang atau tempayang.
Gasing tradisional ini dirancang mempunyai kepala, leher dan badan.
Selain itu, permainan ini dilengkapi pula seuntai tali, yang umumnya dibuat dari serat kulit kayu, dengan bentuk pintalan dari atas ke bawah semakin kecil.
Pada bagian atas dari tali tersebut dibuat semacam lingkaran berbentuk cincin yang besarnya selalu disesuaikan dengan besar lingkaran jari tengah setiap orang yang akan menggunakannya.
Aturan permainan Maggasing dalam masyarakat bugis terbagi dua.
Pertama, permainan yang mengutamakan bentuk, keindahan, serta lamanya perputaran gasing.
Sementara yang kedua adalah permainan kompetisi dimana mengutamakan keahlian seseorang dalam bermain dan dapat mengeluarkan semua gasing lawan dari lingkaran arena permainan.
5. Bu’uh Rawe
Permainan ini mirip dengan sepak bola. Ada gawang di kedua ujungnya.
Bedanya, pada Bu’uh Rawe, ukuran gawangnya mini, dengan panjang hanya satu meter dan tinggi setengah meter.
Sebelum bermain, diadakan undian terlebih dahulu untuk menentukan tim yang akan menendang bola terlebih dahulu.
Cara bermainnya, serupa dengan permainan bola. Para pemain saling berlomba memasukkan bola ke gawang lawan.
Uniknya, para pemain tidak menendang bola langsung dengan kaki, melainkan menggunakan tongkat serupa dayung.
Pemain dan pemain lawan pasangannya pun bermain dengan punggung yang saling menempel.
Ya, Bu’uh Rawe adalah permainan yang tercipta di kalangan anak-anak nelayan Bugis-Makassar di pesisir pantai.
Dulunya, permainan ini dimainkan oleh para nelayan yang tengah dilanda kebosanan saat berada di atas perahu yang terombang-ambing di tengah laut.
Bolanya dibuat dari tempurung kelapa agar mengambang bila jatuh ke laut.
Seperti sepak bola, Bu’uh Rawe pun punya aneka tata cara permainan, yang apabila dilanggar, dikenakan sanksi.
“Jika pemain mengambil bola tanpa dayung dan menggunakan kaki, itu pelanggaran. Pemain juga akan kena penalti itu jika bola kena kaki, atau kena batas gawang,” tutur Daeng Achi sang wasit.
Permainan akan berlangsung selama 3 babak. Masing-masing babak berlangsung selama 5 menit.
Tiap berganti babak, tim pemain akan berganti gawang.(*)