Tips dan Trik untuk Menceritakan Sebuah Produk Dalam Film
Tapi tentunya untuk menceritakan dengan baik sebuah produk di film itu perlu cara dan trik khusus.
Penulis: Darullah | Editor: Saldy Irawan
TRIBUNTIMUR.COM, MAKASSAR - Filem adalah salah satu media untuk berkampanye, dan bisa menjadi media kampanye politik seperti yang dilakukan Hitler.
Dan filem juga bisa menjadi media kampanye untuk produk.
Tapi tentunya untuk menceritakan dengan baik sebuah produk di film itu perlu cara dan trik khusus.
Hal itu dipaparkan Sutradara/Produser Film, Ichwan Persada pada prongram live ngobrol virtual Tribun Timur, Selasa (9/8/2022).
"Selama lima tahun terakhir, seperti jenama sudah melihat bahwa salah satu cara beriklan yang efektif itu melalu filem, serial, atau miniseri," ujarnya.
"Kita sempat tau ada beberapa seris yang menjadikan prodak sebagai sponsor utama, seperti Sore Istri Dari Masa Depan yang menggandeng Tropika Naslim, dan ada juga mengakhiri cinta dalam tiga episode yang menggandeng Toyota," ungkapnya.
"Kita lihat seris-seris itu sangat digemari masyarakat, dan sangat laku," tuturnya.
Kecendrungan kita kalau melihat iklan seperti di Youtube pasti kita skip, kata Ichwan, begitu pula di siaran Tv pasti diganti siaran.
Tetapi kalau kita menonton filem kemudian prodaknya bisa diselipkan dengan enak banget, maka kita tidak akan merasa itu promosi walaupun itu sangat jelas adalah kampanye produk.
Seperti contoh di filem i fool in love 2 yang ada adengannya Shandy Aulia minta diajakin romantic dinner ke Samuel Eizal, dan ternyata dinnernya di McDonald's.
Kita tidak melihat bahwa adegan itu ada kampanye jenama McDonald's nempel, lanjutnya, padahal itu salah satu cara atau trik kampanye.
Sama halnya ketika dalam sebuah seris ada adegan memakai jaket Gojek, secara tidak kita sadari itu ada kampanye produk.
Pihaknya menjelaskan bahwa untuk membuat sebuah filem maka harus terlebih dahulu suka dan mencintai filem.
Seperti saya karna suka dan mencintai perfileman, sehingga menganggap itu adalah pekerjaan terbaik yang bisa dimiliki.
"Karna kita mengerjakan hobi kita dan kita dibayar untuk itu. Saya pikir haru punya fashion yang besar dulu baru kita bisa memutuskan mau ke filem itu mau masuk lewat jalur mana, atau mau berkarir di bidang yang mana," tandasnya.