PT Vale
Usung Pertambangan Rendah Emisi Karbon, PT Vale Mulai Uji Coba Truk Listrik
Truk jenis CXMG tipe XDR-80-TE ini memiliki fitur auto charging di jalan menurun dengan waktu pengisian baterai 90 menit.
Penulis: Ivan Ismar | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUNLUTIM.COM, NUHA - PT Vale Indonesia meluncurkan dump truk listrik di Mobility Equipment Facility, Plant Site Vale, Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel), Kamis (4/8/2022).
Truk diluncurkan CEO PT Vale Febriany Eddy didampingi Wakil Presiden PT Vale Adriansyah Chaniago dan Deputy COO PT Vale Abu Ashar.
PT Vale mengupayakan model pertambangan kedepannya rendah emisi karbon.
"Nikel adalah solusi untuk nanti transisi energi terbarukan, sehingga kita harus memastikan binis kita harus rendah emisi," kata Febriany Eddy.
"Di Vale sekarang tidak ada lagi visi, kalau dulu visi kita mau jadi nomor satu, itu terkesan ambisus dan egois. Tapi berkaca pada tujuan mulia kita. Kita ada karena ingin memperbaiki kehidupan," katanya.
"Jadi bapak ibu selalu ingat, kita ada untuk memperbaiki kehidupan. Ini sesuatu yang menginspirasi, kita berkarya untuk memperbaiki kehidupan," lanjutnya.
Truk ramah lingkungan ini berasal dari China, menggunakan bahan bakar 100 persen listrik atau bukan bahan bakar minyak atau BBM.
Truk jenis CXMG tipe XDR-80-TE ini memiliki fitur auto charging di jalan menurun.
Waktu pengisian baterai truk butuh 90 menit tiap 12 jam di Mining Equipment Mainternance (MEM).
Truk mampu mengangkut material berat 70 ton dikemudikan Yulianti Marcelina.
Yulianti telah bekerja di Vale sebagai driver truk selama 10 tahun 11 bulan.
PT Vale juga akan melakukan penambangan di wilayah Bahadopi, Sulteng dan Pomalaa di Sultra, join bersama Ford dan Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited (Huayou).
Rencananya, di Pomala dan Bahadopi akan dibangun pabrik.
PT Vale berkomitmen tetap melaksanakan penambangan ramah lingkungan.
"Partner kita bersedia ikut dalam perjalanan kita, komitmen kita menuju rendah karbon. Dalam semua projek baru kita ini tidak ada tenaga baru pembangkit listrik pakai batu bara," ungkapnya.
"Kita memilih opsi rendah karbon, Bahadopi sudah fix kita pakai LNG, Pomala kita sedang kaji, LNG atau lewat PLN," lanjutnya.
"Kalau PLN bisa komitmen dengan green energi, kita lanjutkan, kalau tidak bisa, baru kita lari ke LNG," katanya.(*)
Baca berita terbaru dan menarik lainnya dari Tribun-Timur.com via Google News atau Google Berita