Tiga Hari, Yayasan Hadji Kalla Latih 15 UMKM dan Petani Nilam Asal Luwu
Pelatihan ini bekerjasama Atsiri Reasearch Center (ARC) Banda Aceh yang digelar di Kyriad Haka Hotel Makassar, Senin-Rabu (25-27/7/2022).
Penulis: Rudi Salam | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Sebanyak 15 UMKM dan petani nilam dan para produsen minyak nilam mentah dari Kabupaten Luwu mengikuti pelatihan Yayasan Hadji Kalla (YHK).
Pelatihan ini bekerjasama Atsiri Reasearch Center (ARC) Banda Aceh yang digelar di Kyriad Haka Hotel Makassar, Senin-Rabu (25-27/7/2022).
Selain materi teoritik, kegiatan ini juga diikuti praktik pembuatan produk turunan nilam, seperti parfum, aroma terapi hingga sabun cair.
Kepala Atsiri Research Center Universitas Syiah Kuala, Dr. Syaifullah Muhammad menjelaskan, timnya sangat senang bisa berbagi ilmu kepada para peserta pelatihan.
Menurutnya, akan hadir UMKM baru yang punya ketertarikan terhadap produk-produk baru turunan nilam.
ARC sendiri telah meneliti dan mengembangkan komoditas nilam selama kurang lebih tujuh tahun terakhir.
Nilam merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia ke banyak negara terutama di Benua Eropa.
Sebenarnya sudah sangat lama proses ekspor ini kita lakukan ke mancanegara, bahkan sudah sejak zaman penjajahan. Dalam beberapa tahun terakhir, kita sudah mulai mengembangkan produk-produk turunan dari nilam, seperti parfum, lotion, medicated oil, dan juga anti-aging dari bahan aktif nilam,” kata Syaifullah, via rilis Kalla Group.
ARC pun membina UMKM agar mereka bisa memiliki kemampuan, pengetahuan dan teknologi untuk membuat produk-produk berbasis minyak nilam,” sambungnya.
Sulawesi sendiri adalah produsen minyak nilam terbesar di Indonesia yang sebelumnya dimiliki Aceh.
Saat ini Sulawesi menjadi pemasok lebih dari 70 persen kebutuhan minyak nilam dunia.
Sudah banyak perusahaan-perusahaan besar yang mengambil minyak nilam dari Sulawesi. Hal inilah yang menjadi alasan kenapa Sulawesi menjadi tempat yang sangat potensial untuk dijadikan pusat pengembangan produk-produk turunan nilam," sebut Syaifullah.
Salah satu hal yang menarik saat pelatihan berlangsung ialah seorang peserta UMKM kain sutra ingin menyematkan aroma kepada produknya dari esensial oil nilam.
Tujuannya, kain sutra yang diproduksi akan punya aroma khas yang akan terus ada tanpa parfum atau wewangian yang disemprotkan.
Dalam sejarahnya itu, di awal abad ke-11, adalah abad di mana para pedagang dari India yang membawa sari (kain) khas India itu biasanya mereka celup kainnya ke minyak nilam, maka harganya akan sangat mahal. Nah sekarang ini ada kesempatan untuk kolaboraasi antara UMKM sutra dengan ARC. Kami berjanji untuk melakukan penelitian lagi terkait ide ini sehingga kita bisa kembali melahirkan produk seperti yang pernah ada di masa lalu,” jelas Syaifullah