Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kisah Akpol

Kisah Dua Anak Surahman, Lolos Jadi Akpol hingga Cium Kaki Ibu

Surahman memeluk tubuh anaknya yang terus menangis. Saat dihampiri sang ibu, Afdhal Ananda Tomakati langsung bergegas mencium kaki ibunya.

Penulis: Desi T Aswan | Editor: Sukmawati Ibrahim
Dokumen Pribadi
Keluarga kecil La Ode Surahman dan istrinya Siti Amaliah Kurniati pada momen pelantikan putra keduanya,  Afdhal Ananda Tomakati (tengah) bersama taruna Akademi Kepolisian (Akpol). 

Apalagi, menjadi seorang Akpol tidaklah mudah.

Persiapan mental, fisik menjadi hal penting yang harus disiapkan sebelum menjalankan tes.

Penjelasan Polisi Soal Kejanggalan Tewasnya Brigadir J di Rumah Ferby Sambo, Termasuk Luka Sayatan

Baca juga: Glock 17, Pistol Canggih yang Digunakan Bharada J Menembak Mati Brigadir J

Namun, terlepas dari hal itu, menjadi Akpol adalah impian sebagian orang.

Di bawah Lembaga Pendidikan dan Latihan Polri (Lemdikpol) para calon abdi negara dibina.  Lulusannya dipersiapkan untuk menjadi perwira pemimpin  dalam garis Komando Polri.

Sehingga tak sia-sia jika telah lulus Akpol, setelah melewati perjuangan yang berat.

Saat lulus dari pendidikan, nantinya para taruna Akpol dididik selama 4 tahun untuk meraih gelar Sarjana Terapan Kepolisian (S.Tr.K).

Berasal dari keluarga bukan golongan petinggi, membuat Surahman berpikir keras untuk bisa sampai ke tingkat Akpol tidak bisa hanya berbekal kemauan yang biasa-biasa.

Bagaimana tidak, masuk dalam dunia pendidikan Akpol identik dengan persaingan yang ketat. Karena kedepannya para taruna akan dibina menjadi pimpinan-pimpinan Polri.

Nawacita kedua putranya, bagi Surahman harus mendapat dukungan dari keluarga.

"Karena keberhasilan itu didapat juga salah satunya dipengaruhi oleh dukungan dari keluarga, dan guru-guru si anak," jelasnya.

Surahman mengarahkan anak-anaknya untuk melakukan persiapan secara akademis misalnya harus menguasai materi yang akan menjadi bahan ujian, di antaranya Bahasa Inggris, Matematika, dan ilmu pengetahuan lainnya yang menunjang saat mengikuti tes Akpol.

Materi yang diterima di sekolah baginya tidak cukup, sehingga Surahman harus mengeluarkan biaya lebih untuk anak-anaknya mengikuti kelas bimbingan belajar (bimbel).

Selama ini tak pernah jauh dari anaknya, namun Surahman rela terpisah selama tiga bulan untuk mengikutkan anaknya karantina bimbel di Jakarta selama 3 bulan dengan target mencapai standar kualifikasi nasional.

Persiapan fisik menjadi hal pentingnya lainnya. Sang anak tak boleh bermalas-malasan dalam berolahraga karena menjadi taruna Akpol harus mempunyai jiwa yang samapta dan kuat secara jasmani.

Tentunya, untuk mencapai hal tersebut sang anak tak boleh rokok, minuman keras, apalagi penggunaan obat-obatan terlarang.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved